Teknik
Evaluasi Nontes Sebagai Alternatif Assessment Pendidikan Agama Islam
MAKALAH
Diajukan Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
EVALUASI PENDIDIKAN
Dosen: Prof. DR. H. SYUAEB KURDIE, M.Pd
Disusun Oleh :
FAIJAH
NIM.
14116310010
KONSENTRASI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
SEMESTER TIGA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SYEKH NURJATI
CIREBON
2011
KATA PENGANTAR
Segala
puja dan puji bagi Allah yang Maha Agung dan Maha Sempurna atas semua
sifat-Nya.
Shalawat dan salam kepada Rasulullah, Muhammad
SAW, yang telah memberi petunjuk jalan yang benar.
Syukur alhamdulillah penulis telah
menyelesaikan tugas ini dengan judul Teknik Evaluasi Nontes sebagai
Alternatif Assessment Pendidikan Agama Islam, untuk memenuhi
tugas mata kuliah Evaluasi Pendidikan pada program studi Pendidikan Islam konsentrasi
Pendidikan Agama Islam Pascasarjana IAIN
Syekh Nurjati Cirebon.
Dalam penulisan tugas ini diusahakan
semaksimal mungkin kearah kesempurnaan dengan bimbingan bapak dosen, namun
demikian kiranya perlu disadari bahwa masih terdapat beberapa kekurangan.
Untuk itulah
penulis dengan segala rendah hati mohon kiranya ada kritik dan saran demi perbaikan selanjutnya.
Akhirnya
penulis berharap semoga penulisan tugas ini bermanfaat bagi para pembaca pada
umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
P e n u l i s
BAB
I
PENDAHULUAN
Pendidikan agama Islam merupakan salah satu realisasi dari tujuan
pendidikan nasional yaitu mencetak generasi yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa dan berakhlak mulia, seperti amanat UU Nomor 20 Tahun 2003 pasal 3
dikatakan tujuan pendidikan nasional, yaitu untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab .
Internalisasi nilai-nilai pendidikan islam tidak bisa diukur hanya
dengan teknik tes,akan tetapi untuk ranah afektif dan internalisasi nilai
dibutuhkan perangkat evalusi nontes untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan
internalisasi nilai islam dan iman serta akhlaqul karimah.
Goal dari Pendidikan Islam ialah melahirkan generasi yang beriman
dan bertaqwa serta berakhlaq karimah, bukan generasi yang hanya pintar dan
mahir tentang ilmu agama nya tanpa pengamalan yang signifikan. Imam Gozali
memberikan steatment ilmu tanpa amal akan lumpuh. Dan yang paling menggelitik
pemikiran penulis untuk menulis makalah ini bahwa yang harus dicermati ialah untuk
eksistensi dalam beragama ialah pengamalan beragama bukan berilmu agama. Para
missionaris mereka mengerti ilmu Islam tapi sekedar untuk menjadikan ilmu pengetahuan
tidak untuk diamalkan.
Untuk meminimalisir verbalistiik dalam pendidikan agama Islam ialah
penggunaan teknik nontes . Salah satu teknik yang sangat membantu dalam
penilaian terhadap hal-hal yang bersangkutan dengan penanaman nilai dan
habitual siswa.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tehnik Nontes
Tehnik
penilaian nontes berarti melaksanakan penilain dengan tidak mengunakan tes
(Soal yang harus dijawab siswa), Tehnik penilaian ini umumnya untuk menilai
kepribadian anak secara menyeluruh meliputi sikap, tingkah laku, sifat, sikap
sosial, ucapan, riwayat hidup dan lain-lain. Yang berhubungan dengan kegiatan
belajar dalam pendidikan, baik secara individu maupun secara kelompok. [1]
Keberhasilan
siswa dalam proses belajar-mengajar tidak hanya dapat diukur dengan alat tes.
Sebab masih banyak aspek-aspek kemampuan siswa yang sulit diukur secara
kuantitatif dan mencakup objektifitas misalnya aspek afektif dan psikomotorik siswa.
B.
Penggolongan Tehnik Nontes
1) Observasi (Pengamatan)
Observasi
merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah
lakunya Secara umum. observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan
(data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara
sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan objek pengamatan.[2]
Observasi dapat
dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran, dihalaman
sekolah pada waktu bermain, di mushola
atau masjid ketika Sholat berjama’ah.
a.
Cara dan Tujuan Observasi
Menurut cara
dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam :
1) Observasi partisipatif dan non partisipatif
Observasi
partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer)
ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya.
Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam
kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis”
seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif Misalnya guru ikut serta sholat berjamaah
masuk melebur dalam shof siswa. Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya
sebagai pengamat, dan tidak ikut aktif dalam kegiatan yang diamati tersebut.
2) Observasi sistematis dan observasi nonsistematis
Observasi
sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur
sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati
Sedangkan
observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur
ketegori yang akan diamati.
Contoh
observasi sistematis misalnya guru yang sedang mengamati anak-anak Sholat berjama’ah
Disini sebelum guru melaksanakan
observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang:
Kekhusukan
dalam sholat, bacaan yang dilafalkan, kesungguhan dalam sholat dan lain
sebagainya. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid
dalam Sholat berjama’ah.
Kalau observasi
nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung
mengamati anak yang sedang Sholat bejama’ah.
3) Observasi Eksperimental
Observasi
eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi
sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala
sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan. [3]
Sebagai alat
evaluasi, observasi digunakan untuk :
a) Menilai minat, sikap dan
nilai yang terkandung dalam diri siswa.
b) Melihat
proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.
c) Suatu
tes essay/obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat
menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan
siswa dalam mengumpulkan data.
b. Sifat Observasi
Observasi yang
baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu :
1. Hanya
dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
2. Direncanakan
secara sistematis
3. Hasilnya
dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
4. Dapat
diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaannya.
c. Kebaikan dan Kelemahan Observasi
Observasi
sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kebaikan, antara lain :
1.
Observasi
dapat memperoleh data sebagai aspek habitual anak.
2.
Dalam
observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala
atau kejadian yang penting.
3.
Observasi
dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik
lain, misalnya wawancara atau angket.
4.
Observer
tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati,
kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran.
Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan.
Kelemahan
observasi:
1.
Observer
tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan.
Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak
dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia
kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia.
Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
2.
Apabila
si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak
mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
3.
Observer
banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol
sebelumya.
d.
Alat Pencatat Observasi
Agar
hasil observasi dapat dikumpulkan dengan baik maka sebelumnya guru harus
menyiapkan alat untuk observasi yaitu :
1.
Catatan Anekdot (Anecdotal
Record). Yaitu catatan khusus mengenai hasil pengamatan tentang tingkah
laku anak yang dianggap penting (istimewa). Catatan anekdot ini ada dua macam
yaitu anekdot insidental, digunakan untuk mencatat peristiwa yang terjadi
sewaktu-waktu, tidak terus-menerus. Sedangkan catatan anekdot
periodik digunakan untuk mencatat peristiwa tertentu yang terjadi secara
insedental dalam suatu periode tertentu. Catatan anekdot mempunyai kegunaan
dalam melaksanakan observasi trerhadap tingkah laku anak. Kegunaanya untuk
memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang murid sebagai individu yang
kompleks, memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari suatu problema yang
dihadapinya, dan dapat dijadikan dasar utuk pemecahan masalah anak dalam
belajar.
2.
Daftar
cek (Check List). Daftar
cek adalah sebuah catatan tertulis yang berisi kemungkinan jawaban yang
dipilih, dengan tinggal membubuhkan sebuah tanda pada kemungkinan jawaban yang
benar. Dalam bentuk daftar cek, semua tingkah laku, sikap yang diobservasi
dijabarkan dalam suatu daftar.
3.
Skala
Penilaian (Rating Scale). Dalam skala penilaian, tingkah laku, sikap yang
diobservasikan dijabarkan dalam bentuk skala.
2) Wawancara (Interview)
Wawancara
adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog)
baik secara langsung (face to face relation) secara langsung apabila
wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau
kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat
dipengaruhi oleh beberapa hal :
a.
Hubungan
baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya
pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai.
b.
Keterampilan
pewawancara. Keterampilan
pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan,
karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan
wawancara.
c.
Pedoman
wawancara. Keberhasilan
wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum
guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci,
tentang pertanyaan yang akan diajukan.
Keuntungan dan
kelemahan wawancara
Keuntungan
wawancara yaitu :
1.
Wawancara
dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung pada hubungan
baik antara pewawancara dengan objek.
2.
Wawancara
dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya.
3.
Wawancara
dapat dilaksanakan serempak dengan observasi.
4.
Data
tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan
dengan observasi dan angket.
5.
Wawancara
dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek.
Sedangkan
Kelemahan wawancara sebagai alat penilaian, yaitu :
1.
Keberhasilan
wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang
diwawancarai.
2.
Kelancaran
wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara.
3.
Wawancara
menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara.
4.
Adanya
pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara.
Ada dua jenis
wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu :
a.
Wawancara
terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara
berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic
Interview).
b.
Wawancara
tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah
wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic
Interview), atau wawancara bebas.
a.
Guru
yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai back ground tentang apa yang
akan ditanyakan.
b.
Guru
harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara tersebut.
c.
Harus
menjaga hubungan yang baik.
d.
Guru
harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya.
e.
Pertanyaan
hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya jelas.
f.
Hindarkan
hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara.
g.
Guru
harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber data.
h.
Hindari
kevakuman pembicaraan yang terlalu lama.
i.
Batasi
waktu wawancara.
j.
Hindari
penonjolan aku dari guru. [4]
3) Angket (Questionare)
Pada dasarnya
angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan
diukur (responden). [5]
Pada umumnya
tujuan penggunaan anngket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama
adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai
salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
Angket sebagai
alat penilaian nontes dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak
langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila angket itu diberikan kepada anak
yang dinilai atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak
langsung apabila agket itu diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan
tentang keadaan orang lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau
diberikan kepada temannya.
Ditinjau dari
strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2 macam, yaitu angket berstuktur dan
angket tidak berstuktur. Angket berstuktur adalah angket yang bersifat tegas,
jelas, dengan model pertanyan yang terbatas, singkat dan membutuhkan jawaban
tegas dan terbatas pula. Sedangkan angket tidak berstruktur adalah angket yang
membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak
dituntut untuk memberi penjelasan-penjelasan, alasan-alasan terbuka.
Angket sebagai
alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak,
mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan
angket antara lain :
a.
Dengan
angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya
membutuhkan waktu yang sigkat.
b.
Setiap
anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama.
c.
Dengan
angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan.
Sedangkan
kelemahan angket, antara lain :
a.
Pertanyaan
yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal
yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali.
b.
Kadang-kadang
pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas
menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
c.
Ada
kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak
anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak
memberikan kembali angketnya.
4). Pemeriksaan Dokumen (Documentary
Analisis) [6]
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar
peserta didik tanpa menguji (tehnik nontes) juga dapat dilengkapi atau
diperkaya dengan cara melakukan pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya
dokumen yang memuat infomasi mengenai riwayat hidup (auto biography).
Riwayat hidup adalah gambaran
tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari
riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang
kepribadian kebiasaan atau sikap dari obyek yang dinilai.
Berbagai informasi, baik mengenai
peserta didik, orangtua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada
saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik
dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.
5)
Sosiometri [7]
Sosiometri
adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan kedudukan seseorang
dalam suatu kelompok. Sehingga sosiometri merupakan alat yang tepat untuk
menilai hubungan sosial dan tingkah laku sosial dari murid-murid dalam suatu
kelas, yang meliputi stuktur hubungan individu, susunan antar individu dan arah
hubungan sosial. Sehingga dengan demikian seorang guru dapat mengetahui
bagaimana keadaan hubungan social dari tiap-tiap anak dalam suatu kelompok atau
kelas.
Langkah yang
ditempuh guru dalam sosiometri ada 3 yaitu :
a.
Langkah
pemilihan teman
Disini guru
menyuruh semua murid untuk memilih teman-temannya yang disenangi secara
berurutan sebanyak satu atau dua anak. Dalam memilih anak perlu disebutkan alasan
mengapa harus memilih teman itu.
Contoh :
Nama : Tono
Kelas : III A
Teman yang saya pilih:
1.
Candra Karena aktif belajar dan pandai
2. Sumarsono Karena tegas dalam berbicara
3.
Nunung Karena penurut
b.
Langkah
pertabelan
Guru membuat
tabel dalam materi tes sosiomentri dari data yang telah diperoleh dalam langkah
pemilihan teman.
Misalnya setiap anak memiliki 2 dari
6 orang
Dipilih
Pemilih
Andi
Ani
Ana
Susi
Sandi
Anto
|
Andi
1
1
|
Ani
1
1
|
Ana
2
2
1
|
Susi
2
1
|
Sandi
2
2
|
Anto
2
|
Pilihan I
|
2
|
2
|
1
|
1
|
-
|
-
|
Pilihan II
|
-
|
-
|
2
|
1
|
2
|
1
|
Jumlah
|
2
|
2
|
3
|
2
|
2
|
1
|
c.
Langkah
Pembuatan Gambar (Sosiogram)
Dari data yang
telah kita buat dalam metrik sosiometri, dapat pula kita buat sebuah peta atau
sosiogram. Dalam pembuatan sosiogram usahakan anak yang paling banyak dipilih
diletakan ditengah-tengah, agar dapat mudah diketahui siapa yang paling banyak
dipilih.
Dengan melihat
hasil sosiometri kita dapat mengetahui bagaimana kedudukan dan relasi sosial
dari masing-masing anak dalam kelompok. Sehingga hasil dari sosiogram ini dapat
dibuat pertimbangan untuk menilai sikap sosial anak dan kepribadiannya dalam
kelompok.
Sosiometri
sebagai alat penilaian nontes sangat berguna bagi guru dalam beberapa hal,
antara lain:
1.
Untuk
pembentukan kelompok dalam menentukan kelompok kerja (pembagian tugas).
2.
Untuk
pengarahan dinamika kelompok.
3.
Untuk
memperbaiki hubungan individu dalam kelompok dan memberi bimbingan kepada
setiap anak.
Sosiometri dapat dilakukan dengan cara
menyuruh siswa di kelas
untuk memilih satu atau doa orang teman yang paling disukai ataupun yang kurang
disukainya. Dengan cara tersebut maka dapat diketahui siswa mana saja yang
menghadapi kesulitan dalam penyesuaian diri dengan lingkungannya, kemudian
diberi bantuan.
FORMAT
VISUALISASI SOSIOMETRI KEDALAM SOSIOGRAM
VISUALISASI SOSIOMETRI KEDALAM SOSIOGRAM
G
|
E
|
C
|
A
|
F
|
D
|
B
|
Model: Praktinyo Prawironegoro (1984)
6). Studi Kasus
Studi kasus pada dasarnya mempelajari individu
secara intensif yang dipandang memiliki kasus tertentu. Misalnya mempelajari
anak yang sangat nakal, sangat rajin, sangat pintar atau sangat lamban dalam
memahami pelajaran. Penekanan utama dalam studi kasus adalah mencari penyebab
mengapa individu tersebut melakukan sesuatu dan apa pengaruhnya terhadap
lingkungan.
Kelebihan dari studi kasus adalah subjek
dipelajari secara mendalam dan menyeluruh sehingga karakter individu tersebut
dapat diketahui dengan selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya yaitu tidak
dapat digeneralisasi dengan individu lain sekalipun memiliki kasus yang hampir
sama.
7). Catatan
kejadian
Catatan
kejadian yaitu suatu catatan peristiwa
yang dialami oleh siswa, yang dianggap sangat penting bagi siswa maupun
sekolah. Misalnya saja siswa yang mempunyai prestasi yang luar biasa selain
dalam bidang akademik, contohnya berhasil mencegah tawuran atau berhasil
mencegah terjadinya kebakaran.
Tindakan-tindakan
positif tersebut hendaknya dicatat sebagai bahan pertimbangan dalam pemberian
beasiswa, penentuan siswa teladan, atau
yang sejenis.
Dari uraian
tersebut diatas dapatlah dipahami, bahwa dalam rangka hasil evaluasi hasil
belajar peserta didik, evaluasi tidak harus semata-mata dilakukan denan
mengunakan alat berupa tes-tes hasil belajar.
Teknik-teknik
nontes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil
belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta
didik, seperti persepsinya terhadap guru, minatnya, bakatnya, tingkah laku atau
sikapnya, dan sebagainya, yang kesemuannya itu tidak mungkin dievaluasi dengan
mengunakan tes sebagai alat pengukurnya.
C.
ASSESSMENT PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
1.
Pengertian assessment
Menurut R. Ibrahim,
asesmen (assessment) atau pengukuran hasil belajar ialah suatu alat yang
digunakan dalam konteks yang lebih sempit daripada evaluasi dan biasanya
dilaksanakan secara internal yakni oleh orang-orang yang menjadi bagian dari
suatu sistem.[8]
Sedangkan penilaian atau evaluasi (evaluation)
ialah aplikasi suatu standar atau sistem pengambilan keputusan terhadap data
asesmen, yaitu untuk menghasilkan keputusan (judgments) tentang besarnya
dan kelayakan pembelajaran yang telah berlangsung.
Asesmen hasil belajar siswa merupakana satu
kesatuan atau bagian dari pembelajaran. Apalah artinya suatu proses
pembelajaran apabila tidak diukur hasil pembelajarannya. Kata asesmen berasal
dari Latin assidere, yang berarti sit beside. Dalam konteks
pendidikan, hal ini meliputi kegiatan mengobservasi belajarnya siswa yaitu mendeskripsikan, mengumpulkan, merekam,
memberi markah (skor), dan menginterpretasi informasi mengenai pembelajaran siswa Kegunaan utama asesmen sebagai bagian dari
proses belajar ialah refleksi (cerminan) pemahaman dan kemajuan siswa secara individual. Mengajar tanpa mengetahui
apakah hasil mengajarnya itu telah “menjadikan siswa itu
belajar”, belumlah dapat dikatakan sebagai “mengajar”.
2.
Makna Pendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam adalah Pendidikan melalui ajaran-ajaran agama Islam yang
terkandung dalam Al Qur’an dan Hadist, yaitu berupa bimbingan dan asuhan
terhadap anak didik agar nantinya setelah selesai dari pendidikan itu ia dapat
memahami, menghayati, dan mengamalkan ajaran-ajaran agama Islam yang telah
diyakininya secara menyeluruh, serta menjadikan ajaran agama Islam sebagai
suatu pandangan hidupnya demi keselamatan dan kesejahteraan hidup di dunia
maupun di akhirat kelak.[9]
Mohammad Natsir berpendapat bahwa pendidikan
bukanlah bersifat parsial, pendidikan adalah universal, ada keseimbangan (balance)
antara aspek intelektual dan spiritual, antara sifat jasmani dan rohani, tidak
ada dikotomis antar cabang-cabang ilmu. Beliau juga sangat tegas menolak teori dikotomi ilmu yang
memisahkan antara ilmu agama dan ilmu umum. Makanya beliau menampik pemisahan
pendidikan agama dan pendidikan umum. Dikotomi ilmu agama dan ilmu umum adalah
teori yang lahir dari rahim sekularisme.[10]
Bila ditelisik sejarah pengajaran yang
dipaparkan dalam Al Qur’an melalui dialog teatris antara Allah , Adam dan
malaikat. Allah mengajarkan seluruh ilmu pengetahuan “Seluruhnya” bukan hanya
ilmu ilmu tentang ketuhanan saja akan tetapi seluruh ranah dari samudra ilmu
Allah. Hal ini tertangkap dari penggunaan kata “ Kullaha” dalam ayat :
zN¯=tæur tPy#uä uä!$oÿôF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ
Artinya : “Dan dia mengajarkan kepada Adam
nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para
malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika
kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
Selain itu
menurut Ahmad D. Marimba: Pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani
berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian
utama menurut ukuran-ukuran Islam. Dengan pengertian yang lain sering kali
beliau mengatakan kepribadian yang memiliki nalai-nilai agama Islam, memilih
dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung
jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam.[11]
Dapat disimpulkan bahwa pendidikan Agama Islam adalah segala upaya yang mengarah kepada
pertumbuhan total anak didik. Ini identik dengan pendidikan agama dalam arti
menyeluruh, yang berorientasi kepada seluruh tingkah laku terpuji manusia, yang
dilakukan demi memperoleh ridha Allah Swt. Tingkah laku ini membentuk keutuhan
manusia yang berbudi luhur (akhlak karimah) atas dasar iman dan takwa
kepada Allah Swt. Pendidikan Agama Islam
diharapkan menghasilkan manusia yang selalu menyempurnakan iman, takwa, dan
akhlak, serta aktif membangun peradaban dan keharmonisan kehidupan, khususnya
dalam memajukan peradaban bangsa yang bermartabat.
Manusia seperti
itu diharapkan tangguh dalam menghadapi tantangan, hambatan, dan perubahan yang
muncul dalam pergaulan masyarakat baik dalam lingkup lokal, nasional, regional
maupun global.
Dalam dunia pendidikan profesional, adanya diskursus-diskursus
dalam pengkajian ilmu bukanlah bermaksud mendikotomikan antara ilmu agama dan
ilmu umum akan tetapi untuk lebih memberikan spesifikasi dalam pengkajian
diskursus tersebut,jelas didisini yang menjadi kajian Pendidikan Agama Islam
ilah bagaimana membentuk dan memberi fondasi pada peserta didik agar mereka
menjadi insan yang beriman dan dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta
berakhlak karimah.
D.
Teknik Evaluasi Nontes
sebagai Alternatif
Assessment Pendidikan
Agama Islam
Pendidikan Agama Islam
yang menuntut tersentuhnya tiga taksonomi dalam pendidikan yaitu ranah
kognitif, ranah psikomotorik, ranah afektif. Oleh karena itu Pendidikan Agama
Islam harus bisa mengevalusi pembelajarannya dengan teknik yang bisa menyentuh
tiga ranah tersebut. Apabila teknik tes mempunyai keunggulan dalam mengukur
ranah kognitif, maka teknik evalusi nontes diharapkan dapat mengukur kemampuan
siswa dalam ranah afektif dan psikomotornya.
Teknik evaluasi nontes ini
bisa dilakukan dan diaplikasikan oleh
pendidik Agama Islam dengan mempertimbangkan kesesuaian materi dan faktor
faktor penunjang yang lainnya. Misalnya sekolah yang berada pada mileu pedesaan
yang minim fasilitas tentu assessment nontes ini dibersahajakan dengan
fasilitas yang tersedia tanpa perlu memaksakan sesuatu yang keberadaannya sulit
direalisasikan. Ini bisa terwujud bila sekolah tidak mempunyai fasilitas
Mushola maka untuk Praktek Sholat Dhuha menggunakan fasilitas ruang kelas atau
lapangan sekolah yang dikondisikan sedemikan rupa menjadi tempat yang layak
untuk Sholat, atau juga bisa mengajak siswa ke masjid desa. Hal ini bisa
dilakukan oleh pendidik yang profesional bagaimana memfasilitasi siswa
berkembang maksimal dengan fasilitas yang terbatas.
Dalam Pendidikan Agama
Islam yang menitikbertkan pada kemulian budi, kondisi psikologis pendidik juga
berpengaruh, pendidik yang ikhlas dalam membimbing siswanya mengenal Tuhan,
bukan pendidik yang komersial yang berorientasi hanya kepentingan dunianya
belaka.
Teknik evaluasi nontes
merupakan alternatif assessment pendidikan agam Islam diharapkan Pendidikan
yang bisa berdaya guna dan berhasil guna. Mencerdaskan otak siswa dengan teknik
evalusi tes, memuliakan budi siswa dengan mengasessment kegiatan habitual siswa baik dengan observasi
interview atau sosiometri dan teknik evaluasi nontes lainnya agar tercipta
generasi yang handal. Amiin
WaAllahu A’lam Bishowab..
DAFTAR
PUSTAKA
Ahmad D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung
: Al-Ma’arif, 1962)
Drs.
Slamela, Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Bina Aksara, 1988)
Dr.
Sutomo, Teknik Penilaian Pendidikan, (Surabaya : PT. Bina Ilmu, 1985)
Drs. Anas Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo, 2005)
Ganna Parydharizal, Konsep Pendidikan M.
Natsir “Mendidik Umat Dengan Tauhid”, diambil dari Majalah Sabili, Edisi
Khusus 100 tahun Mohammad Natsir, hal. 44
H.
Daryanto, Evaluasi Pendidkan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001)
R. Ibrahim, Teori Evaluasi Pendidikan, (Bandung:
Imtima, 2007)
Zakiah Darajat,
et. Al., Ilmu Penididkan Islam, (Jakarta : Bumi Aksara, 2000)