Minggu, 22 Januari 2012

TEKNOLOGI INFORMASI


JAWABAN SOAL UAS TEHNOLOGI INFORMASI DALAM PENDIDIKAN
Oleh : FAIJAH (14116310010)

1.  Menurut Barry Mories, bila dilihat dari penggunaan media didalam kegiatan pembelajaran ada empat pola pembelajaran yaitu : pola pembelajaran tradisional 1, Pola pembelajaran tradisional 2, Pola pembelajaran guru-media, dan pola pembelajaran media. Coba anda gambarkan secara berurutan pola-pola pembelajaran tersebut, berikan penjelasan secara tepat dan contohnya. Menurut anda pola pembelajaran manakah yang lebih efektif bila diterapkan pada era pengetahuan abad ke 21 ini !
Jawab :

                   Pembelajaran pada hakekatnya merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa. Baik interaksi secara langsung maupun tidak langsung. Di dasari oleh adanya perbedaan interaksi tersebut maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pola pembelajaran. Barry Morris  mengklasifikasikan 4 pola pembelajaran yang digambarkan sebagai berikut.:
a.    Pola pembelajaran tradisional 1
Pola ini, memposisikan pendidik sebagai satu-satunya sumber belajar, sementara siswa menjadi objek pembelajaran. Dengan pola ini pembelajaran dilakukan dengan lebih berpusat pada guru (teacher centered). Karena itu, maka komunikasi yang dibangun atau interaksi pendidik dan peserta didik lebih bersifat monologis, satu arah dari guru ke siswa bukannya dialogis. Jika digambarkan kurang lebih sebagai berikut:
Tujuan →Penetapan isi dan metode→Guru→Siswa
Pola pembelajaran tradisional pertama adalah pola pembelajaran dimana guru sebagai pusat dari informasi, dalam pola guru memiliki peranan yang sangat besar dalam proses pembelajaran, siswa hanya sebagai pendengar.
b.    Pola pembelajaran tradisional 2
Seiring dengan perkembagan waktu, pola tradisional yang menekankan pada peran guru kemudian berkembang dengan dimasukkannya unsur media untuk membantu pencapaian tujuan pembelajaran. Media pembelajaran dalam pola tradisional dengan media ini hanya sebatas membantu bilamana dibutuhkan. Jadi peran guru masih sangat dominan, media hanya sebagai faktor komplemen saja. Jika digambarkan kurang lebih sebagai berikut:
Tujuan→Penetapan isi dan met
ode→Guru dan media→Siswa
Pola tradisional kedua dalam proses pembelajaran sudah digunakan media sebagai alat bantu dalam menyampaikan informasi kepada siswa, pada pola kedua ini guru sudah memanfaatkan media sebagai alat untuk menyampaikan materi, misalnya guru menggunakan OHP, Flowchart, Media Audio, dan lain-lain
c.    Pola pembelajaran guru-media
Semakin maju dan berkembangnya zaman dan juga teknologi, pola tradisional dengan media kurang memadai lagi untuk pembelajaran. Guru, buku-buku dirasakan tidak lagi cukup memadai untuk menjadi sumber belajar bagi peserta didik. Perkembangan zaman menuntut penyediaan sumber belajar yang lebih dari sekedar guru dan buku. Diperlukan cara baru untuk mengkomunikasikan segala pengetahuan dan pesan baik secara verbal maupun non verbal. Media atau alat pembelajaran menjadi sarana untuk mengkomunikasikan pengetahuan dan keterampilan.
Untuk memenuhi tuntutan semacam itu, diperlukan adanya penyediaan sumber belajar yang memadai sehingga memungkinkan peserta didik untuk belajar secara mandiri. Kecenderungan semacam itu biasanya terjadi pada pembelajaran di perguruan tinggi, yang pada umumnya di antara tenaga pengajar atau pendidiknya menyusun sumber belajar agar peserta didik dapat belajar secara terstruktur dan mandiri. Sumber belajar demikian itu dapat diposisikan sebagaimana guru di kelas. Jadi ada sumber belajar yang berupa guru yang mengajar di kelas, dan juga media sebagai sumber belajar atau guru yang berupa media. Jadi posisi guru dan media sejajar untuk kepentingan pembelajaran. Jika digambarkan pola guru dan media semacam itu kurang lebih sebagai berikut:
Tujuan→Penetapan isi dan metode
Pola ketiga adalah pola pembelajaran guru dan media, dalam hal ini guru menyampaikan materi kepada siswa kemudian pada saat feedback dilakukan melalui media.

d.    Pola pembelajaran bermedia
Berbeda dengan ketiga pola sebelumnya, pembelajaran dengan pola bermedia ini semata-mata disandarkan pada media. Media pembelajaran yang biasanya berupa modul disusun oleh dosen secara tersistematis, dan terpogram untuk kemudian dijadikan panduan bagi peserta didik dalam menempuh program pembelajaran tertentu dalam waktu tertentu. Pola pembelajaran semacam ini sering dikenal dengan pola pembelajaran modul. Pola demikian ini tentunya menuntut kesadaran yang tinggi dan kedewasaan yang cukup bagi peserta didik. Jika tidak maka tujuan pembelajaran dipastikan tidak akan dapat dicapai secara maksimal, karena peran guru/pendidik/dosen lebih banyak digantikan oleh media. Guru/pendidik/dosen tidak mengintervensi dan juga tidak berhubundan secara langsung dalam pembelajaran yang diikuti oleh peserta didik. Jika digambarkan pola pembelajaran bermedia ini kurang lebih sebagai berikut:
Tujuan → Penetapan isi dan metode→Media→Siswa
Pola keempat adalah pola pembelajaran bermedia, pada pola ini guru tidak lagi berperan sebagai satu-satunya sumber informasi bagi kegiatan pembelajaran para siswa. Akan tetapi siswa dapat memperoleh informasi dari berbagai media. Saat ini dan di masa yang akan datang, guru tidaklah hanya sebagai pengajar tetapi dia harus mampu berperan sebagai director of learning yaitu sebagai pengelola belajar yang memfasilitasi kegiatan belajar siswa melalui pemanfaatan dan pengoptimalan berbagai sumber belajar.

Pembelajaran Abad 21, adalah suatu suatu model pembelajaran yang menuntut siswa berperan lebih aktif, dimana dalam model pembelajaran ini alat bantu teknologi ICT dan sarana penunjang lainnya sangat berperan dalam membantu kesuksesan proses belajar mengajar.
Didalam model pembelajaran ini peran aktif dari siswa haruslah lebih dominan didalam segala aspek kegiatan didalam kelas dan guru berfungsi sebagai fasilitator dengan segala kecakapan yang dimilikinya  tentu saja penguasaan teknologi ICT menjadi hal yang sangat mendasar untuk dikuasai.
Kemampuan guru untuk mengembangkan kegiatan pembelajaran yang mampu mengembangkan kecakapan-kecakapan di abad ke-21 untuk siswanya menjadi tuntutan yang tidak bisa dielakkan lagi. Untuk mendapatkan pendidikan yang berkualitas di abad 21 agaknya sederhana saja rumusnya, yakni guru jangan mengajar asal-asalan. Sangat mustahil kalau guru-guru yang demikian dapat bertindak atas nama peningkatan kualitas, berfungsi sebagai konselor, motivator dan fasilitator bagi murid-murid. Mustahil pula seorang guru akan ikut berpartisipasi sempurna dalam pendidikan kalau ia sendiri belum menampakkan, kualitas diri. Untuk itu kita mengharapkan agar guru-guru bersikap tulus dalam meningkatkan kualitas pendidikan dan diri sendiri.
Untuk itu maka, sekolah abad 21 harus mengintegrasikan teknologi (laptop, notebook, ipad, smartboard, termasuk internet) ke dalam seluruh proses pembelajarannya. Sekolah abad 21 harus menyediakan suatu lingkungan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan sikap ingin tahunya, mengajarkan ketrampilan-ketrampilan yang bermanfaat untuk kehidupan siswa di masa depan dan memungkinkan mereka untuk mempraktekan kemampuan untuk bekerja secara kolaboratif di dalam tim untuk mencari tahu, memecahkan masalah, membuat dan mengkomunikasikan hasil pekerjaan mereka melalui wadah dan bentuk yang paling sesuai dengan kondisi dan kapasitas anak abad 21 yang digital-based.



2.  Bagaimana anda menempatkan konsep dan aplikasi pembelajaran berbasis computer di dalam kegiatan pembelajaran di madrasah. Lakukan analisis terhadap penerapan pembelajaran berbasis computer model drill and practice, tutorial, simulasi dan game di madrasah
Jawab :

Model pembelajaran yang diterapkan dalam pembelajaran berbasis komputer secara umum dapat diklasifikasikan menjadi empat model, yaitu :
1) tutorial,
2) drill and practice,
3) simulation, dan
4) game. Dalam model 1 dan 2, komputer berperan sebagai pengajar, sedangkan model 3 dan 4, untuk mengembangkan penggunaan kemampuan memecahkan masalah melalui pendekatan discovery atau exploratory. Beberapa hasil penelitian menyatakan bahwa pembelajaran ini dapat meningkatkan motifasi belajar, media pembelajaran yang efektif, tidak adanya batas ruang dan waktu belajar.
a.    Model pembelajaran berbasis computer model tutorial di madrasah
Program CBI tutorial dalam merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak berupa program komputer yang berisi materi pelajaran. Metode Tutorial dalam CBI pola dasarnya mengikuti pengajaran Berprograma tipe  Branching yaitu  informasi/mata pelajaran disajikan dalam unit – unit kecil, lalu disusul dengan pertanyaan. Respon siswa dianalisis oleh komputer (Diperbandingkan dengan jawaban yang diintegrasikan oleh penulis program) dan umpan baliknya yang benar diberikan.
Program ini juga menuntut siswa untuk mengaplikasikan ide dan pengetahuan yang dimilikinya secara langsung dalam kegiatan pembelajaran.

b.    Model pembelajaran berbasis computer model drill and practice di madrasah
Adalah model simulasi dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.

c.    Model pembelajaran berbasis computer model simulasi di madrasah
Model simulasi dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.

d.    Model pembelajaran berbasis computer model game di madrasah
Model permainan ini dikembangkan berdasarkan atas “pembelajaran menyenangkan”, di mana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan permainan. Dalam konteks pembelajaran sering disebut dengan  Instructional Games.

3.  Tantangan pendidikan abad 21 sering dijadikan bahan kajian dalam berbagai diskusi diberbagai forum. Anda diminta untuk membuat suatu kajian dalam berbagai forum. Anda diminta untuk membuat kajian analistis komprehensif tentang: apa, mengapa, dan bagimana pembelajaran berbasis web (e-learning) diterapkan dalam pendidikan islam.
Jawab :

Dunia pendidikan telah dan sedang mengalami perubahan besar. Kebutuhan akan pendidikan untuk meningkatkan sumber daya manusia di Indonesia menjadi semakin penting dan mendesak. Tuntutan dari stake holder pendidikan semakin besar, sementara perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat belum secara optimal dimanfaatkan oleh pengelola pendidikan, khususnya madrasah. Terdapat lima alasan minimal mengapa e-Leraning menjadi penting bagi lembaga pendidikan Islam:
a.    Umat Islam telah tersebar di seluruh penjuru dunia. Internet merupakan sarana yang mudah dan murah untuk selalu keep in touch dengan komunitas muslim yang lain.
b.    Citra Pendidikan Islam yang buruk perlu diperbaiki. Internet menawarkan kemudahan untuk menyebaran pemikiran-pemikiran yang jernih dan benar serta pesan-pesan ketuhanan ke seluruh dunia.
c.    Pemanfaatan Internet untuk pendidikan menunjukkan bahwa kaum muslim dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan peradaban selama tidak bertentangan dengan akidah.
d.    Citra pendidikan Islam yang buruk perlu diperbaiki. Internet menawarkan kemudahan untuk menyebaran pemikiran-pemikiran yang jernih dan benar serta pesan-pesan pendidikan Islam ke seluruh dunia.
e.    Penyesuaian terhadap kemajuan teknologi informasi. Pemanfaatan Internet untuk pendidikan menunjukkan bahwa kaum muslim dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan peradaban selama tidak bertentangan dengan akidah.
E-learning merupakan penerapan teknologi informasi dan komunikasi yang memerlukan dukungan infrastruktur dan superstruktur yang terkait dengan lembaga pendidikan (sekolah atau perguruan tinggi), pengajar dan peserta didik. Oleh karena itu, keberhasilan e-learning dipengaruhi juga oleh daya beli pengajar dan peserta didik terhadap fasilitas teknologi informasi dan komunikasi yang dibutuhkan untuk mengakses fasilitas yang disajikan melalui internet. Cara yang hendaknya dilakukan adalah menyediakan fasilitas komputer, laptop atau note book. Fasilitas ini pada saat ini masih sesuatu yang mahal, tidak murah dan cenderung sulit disediakan oleh pengajar maupun peserta didik terutama secara perorangan. Hal ini bisa menjadikan kurang optimalnya pemanfaatan e-learning dalam pembelajaran.
E-learning akan berhasil dengan baik jika dilakukan dengan benar dan optimal. Namun, jika sebaliknya maka penerapan e-learning itu akan mengalami kegagalan. Penyebabnya antara lain salahnya penerapan pendekatan dalam pembelajaran, yaitu tidak menerapkan pendekatan pembelajaran berpusat pada peserta diidik (student/learned centered learning) melainkan pengajaran berpusat pada pengajar (teacher centered learning). Pengajaran berpusat pada pengajar kurang tepat diterapkan dalam e-learning karena pengajar menjadi subyek yang mendominasi pembelajaran. Sedangkan, peserta didik hanya sebagai obyek belajar bukan subyek belajar yang hanya memanfaat fasilitas tersebut. Peserta didik sangat bergantung kepada pengajar. Akibatnya mereka menjadi pasif  dan mengalami kesulitan untuk mengeksplorasi materi pembelajaran secara mandiri dan menggali potensi yang dimilikinya. Selain itu, sumber materi pembelajaran berada pada pengajar dan dirumuskannya sendiri tanpa melibatkan atau mengikutsertakan peserta didik. Akibatnya, peserta didik akan mengalami kesulitan memahami materi pembelajarn tersebut secara mandiri, dan akhirnya akan meminta bantuan atau penjelasan langsung dari pengajar. Rasa percaya diri peserta didik untuk belajar mandiri pun akan berkurang.
Kehadiran e-learning dengan menggunakan teknologi internet merupakan suatu kenyataan yang harus dimanfaat untuk memperkaya khasanah di dalam proses pendidikan. E-learning bermanfaat dalam upaya perluasan dan pemerataan akses pendidikan yang ditujukan dalam upaya perluasan daya tampung satuan pendidikan. Selain itu juga memberikan kesempatan yang sama bagi seluruh peserta didik dari berbagai golongan masyarakat yang beraneka ragam baik secara sosial, ekonomi, gender, geografis, maupun tingkat kemampuan intelektual dan kondisi fisik. Perluasan dan pemerataan akses memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi siapa saja untuk dapat belajar sepanjang hayat.

4.  Bila anda ditugaskan oleh pimpinan untuk mengembangkan pembelajaran berbasis multi media. Bagaimana anda melakukan pengembangan tersebut berdasarkan analisis kebutuhan di lembaga anda tersebut? Analisis dapat difokuskan pada RA, MI, MTs, Ma atau pendidikan islam yang lain.
Jawab
      
Dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di masa sekarang ini, penggunaan multimedia dalam pembelajaran adalah suatu kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Guru sebagai aktor penting harus mempunyai daya kreatifitas yang tinggi untuk mengembangkan dan menerapkan pembelajaran multimedia, agar pemahaman siswa terhadap pokok bahasan yang diajarkan lebih mendalam.
Manfaat pembelajaran multi media, yakni dengan multimedia maka pembelajaran akan berlangsung dengan baik, efektif, dan menyenangkan, karena dapat menarik minat dan perhatian siswa, sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan kratifitas siswa terhadap pokok bahasan yang diajarkan.
Adapun fungsi multimedia dalam pembelajaran, antara lain:
a.    Alat bantu instruksional;
b.    Tutorial interaktif;
c.    Sumber petunjuk belajar; dan
d.    Pembuatan proyek.
Namun Keterbatasan Sarana & Prasarana yang ada, Pemanfaatan multimedia pembelajaran yang belum maksimal dan Tenaga spesialis TIK Belum ada merupakan permasalahan pembelajaan multimedia.
Satu hal yang merupakan kunci keberhasilan pelaksanaan pembelajaran khususnya di madrasah adalah kreativitas guru. Kreativitas guru diperlukan terutama untuk mengeliminasi keterbatasan sarana dan prasarananya yang ada, kreativitas dalam menyusun skenario pembelajaran, mendesain metodologi, pendekatan yang menarik dan menyenangkan bagi siswa.
Pembuatan alat-alat peraga sederhana yang bahan dan alatnya biasa kita peroleh dari lingkungan menjadi sangat penting. Bagi guru yang kreatif bahan yang tidak berguna mampu diubah menjadi media pembelajaran yang menarik. Selain itu diperlukan kemampuan untuk memunculkan keterampilan hidup yang kita harapkan dari diri siswa untuk masing-masing kompetensi dasar yang ada.
Fakta membuktikan bahwa saat ini telah terjadi konvergensi antara teknologi komunikasi, media dan informatika. (telematika). Tidak berlebihan apabila disebutkan perkembangan dunia saat ini sedang memasuki era revolusi digital yang berdampak pada perubahan masyarakat industri menjadi masyarakat informasi. Dalam banyak kegiatan, kemajuan teknologi juga banyak memberikan manfaat positif bagi masyarakat dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia sehari-hari. Demikian pula dalam bidang pendidikan, kehadiran teknologi dan informasi tidak dapat dibendung sehingga bentuk media pembelajaran banyak memanfaatkannya.
Terdapat beberapa jenis kegiatan pengembangan dalam penguasaan ICT untuk diintegrasikan dalam kegiatan pembelajaran, yakni: pelatihan pembuatan desain presentasi multimedia yang meliputi desain pesan dan penguasaan tool multimedia projector, pelatihan pembuatan CD interaktif berbagai mata pelajaran, pelatihan internet dasar dan pemanfaatan internet sebagai sumber belajar efektif, pelatihan pembuatan web blog dan pelatihan pembuatan desain web untuk E-learning dan learning management system (LMS).

5.  Indonesia adalah salah satu neara yang berusaha mengurangi digital devide diantara penduduknya melalui penggunaan tehnologi computer dalam berbidang kehidupan. Kebijakan pemerintah atas pengunaan TIK didasrkan kepada keppres No 50/2000 tentang pengadaan koordinir telematika Indonesia. Dalam pelaksanaannya kelompok kerja tersebut telah menyusun rencana kerja selama lima tahun untuk pengembangan dan pelaksanaan e-ducation yang tujuannya adalah: a. mempersiapkan suatu rancangan pengembangan sumber daya manusia dalam mengaplikasikan ICT, b. mengembangkan penerapan kurikulum dan pembelajaran di sekolah, universitas dan pusat-pusat pembelajaran, dan d. memfasilitasi penggunaan internet dengan efisien dalam proses pembelajaran. Berdasarkan penjelasan di atas

a.    Menurut anda mengkinkan e-ducation dapat diterapkan di Indonesia. Kalau mungkin di jenjan pendidikan manakah yang cocok untuk diterapkan!
Jawab:

e-Education merupakan konsep strategis untuk mengatasi keterbatasan kapasitas institusi pendidikan dalam menyediakan pendidikan bagi masyarakat Indonesia
Peranan e-education yang begitu banyak memberi kontribusi positif idealnya harus diterapkan di semua lini pendidikan di Indonesia. Dari pendidikan dasar, menengah hingga ke pendidikan tinggi. Dari perdesan hingga perkotaan. Namun pada kenyataannya penerapan pendidikan berbasis elektronik secara merata di tanah air bukan tanpa kendala alias tidak semudah membalikkan telapan tangan. Banyak sekali kendala di Indonesia yang menyebabkan IT dan Internet belum dapat digunakan seoptimal mungkin pada institusi pendidikan.
Salah satu penyebab utama adalah kurangnya ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM) atau brainware, serta sejumlah kendala krusial lainnya, seperti proses transformasi teknologi, infrastruktur telekomunikasi dan perangkat hukumnya yang mengaturnya. Soalnya, infrastruktur hukum yang melandasi operasional pendidikan di Indonesia belum cukup memadai untuk menampung perkembangan baru berupa penerapan IT untuk pendidikan ini. Apalagi, seperti diketahui bahwa Cyber Law (undang-undang tentang dunia maya (internet-red)) belum diterapkan pada dunia Hukum di Indonesia.
Selain itu masih terdapat kekurangan pada hal pengadaan infrastruktur teknologi telekomunikasi, multimedia. dan informasi yang merupakan prasyarat terselenggaranya IT untuk pendidikan. Hal itu didukung oleh penetrasi komputer (PC) di Indonesia yang masih rendah.
Keterbatasan anggaran tak bisa dipungkiri menyebabkan keterbatasan pengembangan pendidikan di tanah air. Namun demikian, kontribusi positif yang besar bagi perkembangan pendidikan, e-education menjadi salah satu solusi menerobos keterbatasan pendidikan konvensional yang berlaku saat ini. Untuk itu bagaimanakah seharusnya agar penerapan e-education dapat merata di tanah air, menjadi pemikiran kita bersama untuk mencari solusi terbaiknya.
Intinya, pemerataan teknologi harus dilakukan untuk mempersiapkan pelaksanaan pendidikan berbasis komputer dan internet.
Selain itu, penerapan media internet untuk pendidikan tidak bisa menggantikan peran guru. Hal itu dikarenakan tujuan pendidikan sendiri adalah pembentukan karakter. Jadi, sebelum cyber-education berbasis internet menyentuh seluruh lapisan masyarakat, alangkah baiknya jumlah guru di Indonesia dipenuhi terlebih dahulu. Teknologi mendasar seperti komputer harus dipenuhi terlebih dahulu.



b.    Mungkinkah blended learning dapat diterapkan di Madrasah? Berikan analisis kritis berdasarkan fakta di lapangan.

Jawab
Seiring dengan perkembangan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi atau dikenal dengan istilah ICT, banyak konsep pembelajaran bermunculan. Seperti e-learning, online learning, virtual learning, blended learning dan lain-lain.
Istilah blended learning digunakan untuk mendeskripsikan situasi pembelajaran yang memadukan beberapa metode pembelajaran sekaligus pada sebuah atmosfir pembelajaran yang menetapkan tujuan menciptakan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Pembelajaran ini berupaya memadukan penggunaan tehnologi seperti videotape, CD-Rom, website, film dan lain-lain.
Madrasah Aliayah sebagai lembaga pendidikan tingkat menengah di bawah Departemen Agama mungkinkah hal ini dapat melakukannya. Sebagai Madrasah yang ingin maju dan tetap ingin mampu bersaing dengan SMU/SMK harus dijawab mungkin, bahkan seharusnya tidak terdapat keraguan untuk menerapkan blended learning.
Siapa yang harus memulainya? Sudah barang tentu Departemen Agama dan Kanwil Departemen Agama harus mengerjakan pekerjaan rumah (PR), yaitu menyediakan biaya, sarana prasarana dan hardware serta softwarenya. Peran Madrasah dan guru adalah mempersiapkan diri untuk dapat menjalankan dan mengembangkan dalam kegiatan  pembelajarannya sehingga menjadi PBM yang menarik dan menyenangkan.
Dengan demikian siapakah Madrasah dan gurunya menghadapi pendidikan yang berbasis blended learning? Bukan sebuah keniscayaan dapat memulai dan mengembangkannya, yaitu pendidikan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.

c.    Menurut anda pelajaran berbasis TIK seperti apakah yang mungkin dapat diterapkan di madrasah

Jawab
Fakta membuktikan bahwa saat ini telah terjadi konvergensi antara teknologi komunikasi, media dan informatika. (telematika). Tidak berlebihan apabila disebutkan perkembangan dunia saat ini sedang memasuki era revolusi digital yang berdampak pada perubahan masyarakat industri menjadi masyarakat informasi. Dalam banyak kegiatan, kemajuan teknologi juga banyak memberikan manfaat positif bagi masyarakat dan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia sehari-hari. Demikian pula dalam bidang pendidikan, kehadiran teknologi dan informasi tidak dapat dibendung sehingga bentuk media pembelajaran banyak memanfaatkannya.
E-learning memang seperti internet tidak akan hilang penggunaannya, jangka panjang akan menjadi populer dan teknologi ini diterapakan menjadi bagian integral dan biasa dalam dunia pendidikan. E-learning bukanlah satu-satunya solusi atau obat untuk mengatasi semua masalah pembelajaran. Analisia kebutuhan dan pemahaman terhadap potensi yang ditawarkan oleh e-learning menjadi sangat penting.
Dengan e-leraning dimungkinkan berkembangnya fleksibilitas belajar yang tinggi artinya mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang serta dapat berinteraksi dengan sumber belajar di mana dan kapan saja.
Secara umum intervensi e-learning dalam proses pembelajaran  dapat dikelompokkan menjadi dua: komplementer dan substitusi. Yang pertama cara pembelajaran dengan pertemuaan tatap muka masih berjalan tetapi ditambah dengan model interaksi berbantuan TI, sedang yang kedua sebagian besar proses pembelajaran dilakukakan berbantuan TI.
Seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi bahwa sudah saatnya memanfaatkan teknologi informasi tersebut karena akan memberikan nilai tambah dalam proses pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan semakin tingginya kebutuhan informasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang semuanya tidak dapat diperoleh disekolah.