Senin, 02 Juli 2012

COPERATIVE LEARNING


COOPERATIVE LEARNING SUATU MODEL PEMBELAJARAN ALTERNATIF UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN
GENERASI MUSLIM QOWIYYUN AMIIN


MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Model-Model Pembelajaran
Dosen: DR. A. R. IDHAMKHOLID, S.Ag. M.Ag



Disusun Oleh :
FAIJAH
NIM. 14116310010
KONSENTRASI. PENDIDIKAN AGAMA ISLAM




PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SYEKH NURJATI
 CIREBON
2011

KATA PENGANTAR


      Segala puja dan puji bagi Allah yang Maha Agung dan Maha Sempurna atas semua sifat-Nya.
 Shalawat dan salam kepada Rasulullah, Muhammad SAW, yang telah memberi petunjuk jalan yang benar.
            Syukur alhamdulillah penulis telah menyelesaikan tugas ini dengan judul COOPERATIVE LEARNING SUATU MODEL PEMBELAJARAN ALTERNATIF UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN GENERASI MUSLIM QOWIYYUN AMIIN untuk memenuhi tugas mata kuliah Model-Model Pembelajaran pada  program studi Pendidikan Islam konsentrasi Pendidikan Agama Islam Pascasarjana  IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
                   Dalam penulisan tugas ini diusahakan semaksimal mungkin kearah kesempurnaan dengan bimbingan bapak dosen, namun demikian kiranya perlu disadari bahwa masih terdapat beberapa kekurangan.
                  Untuk itulah penulis dengan segala rendah hati mohon kiranya ada kritik  dan saran demi perbaikan selanjutnya.
      Akhirnya penulis berharap semoga penulisan tugas ini bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
                                                                                                                                                                                    P e n u l i s

BAB I
PENDAHULUAN


Pendidikan, khususnya madrasah, harus memiliki sistem pembelajaran yang menekankan pada proses dinamis yang didasarkan pada upaya meningkatkan keingintahuan (curiosity) siswa tentang dunia. Pendidikan harus mendesain pembelajarannya yang responsif dan berpusat pada siswa agar minat dan aktivitas sosial mereka terus meningkat.
Model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran dikelas maupun tutorial. Model pembelajaran harus mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk tujuan-tujuan pembelajaran, lingkungan dan pengelolahan kelas. Melalui pembelajaran guru dapat membantu peserta didik mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berfikir dan mengekpresikan ide. Juga berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran.
Dalam dunia pendidikan pembelajaran kooperatif telah memiliki sejarah yang panjang sejak zaman dahulu kala, para guru telah mendorong siswa-siswa mereka untuk bekerja sama dalam tugas-tugas kelompok tertentu dalam diskusi, debat, atau pelajaaran tambahan. Menurut beberapa ahli bahwa cooperative learning tidak hanya unggul dalam membantu siswa memahami konsep yang sulit, akan tetapi sangat berguna untuk menumbuhkan berfikir kritis.
Jadi, cooperative learning adalah konsep yang lebih luas yang meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
 Model pembelajaran Cooperative learning ini relevan untuk Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dimana Pendidikan Islam mempunyai  Ruh untuk mengasah kemampuan siswa untuk hidup dan berkembang bersama dan mengesampingkan kompetitif individualistik.


Menurut Ali Ashraf dalam Jamali Sahrodi (2009) Pendidikan Islam adalah pendidikan yang melatih sensibilitas murid-murid sedemikian rupa, sehingga dalam perilaku mereka terhadap kehidupan, langkah-langkah dan keputusan, begitu pula pendekatan mereka terhadap semua ilmu pengetahuan, diatur oleh nilai-nilai etika Islam yang sangat dalam dirasakan.[1] Penggunaan model pembelajaran Cooperative learning merupakan salah satu alternatif  guru mengimplementasikan nilai-nilai pengajaran  yang diamanatkan dalam Al Qur’an  surat al-Qhashas ayat 26:
ôMs9$s% $yJßg1y÷nÎ) ÏMt/r'¯»tƒ çnöÉfø«tGó$# ( žcÎ) uŽöyz Ç`tB |Nöyfø«tGó$# Èqs)ø9$# ßûüÏBF{$#
Artinya: “Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: "Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena Sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang Kuat lagi dapat dipercaya".

Dengan Cooperative learning diharapkan guru mampu mengelaborasi heterogenitas kemampuan siswa, untuk mencapai generasi Muslim yang kompetitif dan kuat secara fisik serta care  juga terasah keamanahannya. Atas dasar asumsi diatas maka penulis interest untuk mengkaji lebih jauh tentang apa dan bagaimana cooperative learning tersebut.




BAB II
PEMBAHASAN


A.    Ruang Lingkup Pembelajaran Kooperatif
1.    Landasan Pemikiran
            Roger dalam Miftahul Huda (2011) menyatakan cooperative learning is group learning activity organized in such a way that learning is based on the socially structured change of information betwaeen learning in group in which each learner is held accountable for his or her own learning and is motivated to increase the learning of other (Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain).[2]
Cooperative learning adalah strategi pembelajaran yang cukup berhasil pada kelompok-kelompok kecil, dimana pada tiap-tiap kelompok tersebut terdiri dari siswa-siswa dari berbagai tingkat kemampuan, melakukan berbagai tingkat kegiatan belajar untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang materi pelajaran yang sedang dipelajari. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab untuk tidak hanya belajar apa yang diajarkan tetapi teapi juga untuk membantu rekan-rekan belajar, sehingga bersama-sama mencapai keberhasilan. Semua siswa berusaha sampai semua anggota kelompok berhasil memahami dan melengkapinya.
2.    Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Selain meningkatkan keterampilan kognitif dan afektif siswa, pembelajaran kooperatif  juga memberikan manfaat-manfaat besar lainnya seperti berikut ini:
a)    Meningkatkan aktifitas belajar siswa dan prestasi akademiknya (siswa yang diajari dengan dan dalam struktur-struktur kooperatif akan memperoleh hasil pembelajaran yang lebih tinggi)
b)   Siswa yang berprestasi dalam pembelajaran kooperatif akan memiliki sikap harga diri yang lebih tinggi dan motivasi yang lebih besar untuk belajar.
c)    Meningkatkan rasa penerimaan siswa terhadap teman-temannya yang berasal dari latar belakang ras dan etnik yang berbeda-beda.
     Memperoleh kemahiran dalam menjalankan pembelajaran kooperatif di kelas membutuhkan waktu lama. Kemahiran tercermin dalam penampilan seseorang, kecakapan, kompetensi, dan keterampilan dalam menyusun upaya-upaya kooperatif.
3.    Unsur Penting dan prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif
            Sebuah pendekatan konseptual memerlukan guru yang harus terlibat dalam proses yang sama melalui mempelajari konseptualisasi komponen mendasar dari pembelajaran kooperatif dan menerapkan model konseptual tersebut untuk situasi pengajaran, lingkungan siswa, dan kebutuhan pengajaran mereka yang unik. Tiap-tiap guru harus mengadaptasi dan memperbaiki pembelajaran kooperatif agar cocok dengan situasi dan perangkat pembelajaran yang tersedia. Tiap-tiap kelas mungkin memerlukan adaptasi berbeda untuk memaksimalkan kefektifan pembelajaran kooperatif.
Setelah memahami unsur mendasarnya guru berkesempatan berfikir secara metakognitif tentang pembelajaran kooperatif dan memperoleh sasaran dari mengembangkan keahlian untuk:
a)      Melaksanakan materi ajar  dan menyusunnya secara kooperatif.
b)      Membiasakan dan memanfaatkan kegunaan pembelajaran kooperatif sampai mereka menggunakannya secara rutin/integral dan menjalankan  pembelajaran kooperatif setidaknya sebanyak 60% dari waktu mereka di kelas.
c)      Menjelaskan secara tepat apa yang mereka lakukan dan mengapa mereka melakukannya.
d)     Menerapkan prinsip-prinsip kerjasama kepada bidang lainnya, seperti hubungan sesama kolega dan pertemuan staf pengajar.[3]
4.    Implikasi Model Pembelajaran Kooperatif
Semua anggota kelompok berusaha untuk saling menguntungkan sehingga semua anggota kelompok bisa :
a)         Merasakan keuntungan dari setiap usaha teman lainnya. (Kesuksesan Anda Bermanfaat Bagi Saya Dan Keberhasilan Saya Bermanfaat Untuk Anda)
b)        Menyadari bahwa semua anggota kelompok mempunyai nasib yang sama. (Tenggelam Atau Mengapung Kita Bersama)
c)         Tahu bahwa prestasi seseorang ditentukan oleh orang lain dalam satu kelompok. (Kami Tidak Dapat Melakukannya Tanpa Anda)
d)        Merasa bangga dan merayakan bersama ketika salah satu anggota kelompok mendapat keberhasilan. (Kami Semua Merasa Sukses Atas Kesuksesan Anda)
5.    Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif
Jika seorang guru ingin melaksanakan model pembelajaran kooperatif di dalam kelasnya atau mata pelajaran yang diampunya, maka guru harus memperhatikan dan merencanakan dengan matang agar pada pembelajarannya tersebut terdapat empat tahapan keterampilan kooperatif, yang akan dikuasi siswa.
Keempat tahapan keterampilan kooperatif itu adalah sebagai berikut:
a.    Forming (pembentukan), yaitu suatu keterampilan kooperatif yang dibutuhkan untuk membentuk kelompok yang solid dan membentuk sikap yang sesuai dengan norma.
b.    Functioning (pengaturan), yaitu suatu keterampilan kooperatif yang dibutuhkan untuk mengatur aktivitas kelompok dalam menyelesaikan tugas dan membina hubungan kerja sama di antara anggota kelompok.
c.    Formating (perumusan), yaitu suatu keterampilan kooperatif yang dibutuhkan untuk pembentukan pemahaman yang lebih dalam terhadap bahan-bahan yang sedang dipelajari, merangsang penggunaan tingkat berpikir yang lebih tinggi, dan menekankan penguasaan serta pemahaman dari materi yang diberikan.
d.   Fermenting (penyerapan), yaitu suatu keterampilan koperatif yang dibutuhkan untuk merangsang pemahaman konsep sebelum pembelajaran, memunculkan konflik kognitif, mencari lebih banyak informasi, dan mengkomunikasikan pemikiran untuk memperoleh kesimpulan.

B.        BEBERAPA VARIASI DALAM MODEL COOPERATIVE LEARNING
                   Dalam model pembelajaran kooperatif sangat penting untuk memfasilitasi siswa untuk dapat belajar dan bekerjasama dalam kelompok. Ada beberapa strategi bagaimana membuat dan menjalankan skenario pembelajaran secara kelompok. Berikut ini beberapa di antaranya.
1.    STAD (Student Teams Achievement Divisons)
            Secara umum, STAD dapat dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a)    Membentuk kelompok yang beranggotakan 4 orang secara heterogen (campuran menurut prestasi, jenis kelamin, atau suku),
b)   Guru menyajikan pelajaran,
c)    Guru memberikan tugas kepada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok. Anggota kelompok yang sudah memahami materi, diharapkan menjelaskan apa yang sudah dimengertinya kepada anggota kelompok yang lain sampai setiap anggota kelompok tersebut memahami materi yang dimaksud,
d)   Guru memberikan kuis/pertanyaan kepada seluruh siswa. Pada saat mengerjakan kuis/pertanyaan, siswa harus bekerja sendiri,
e)    Memberi evaluasi,
f)    Kesimpulan.



2.    Tim Ahli (Jigsaw)
Jigsaw dapat digunakan untuk mengembangkan konsep, menguasai materi, serta untuk diskusi dan tugas kelompok.
Langkah-langkahnya adalah sbb:
a)         Siswa dikelompokkan ke tim.
b)        Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
c)         Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
d)        Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka.
e)         Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh
f)         Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
g)        Dilakukan tes untuk mengetahui apakah siswa telah memahami materi yang didiskusikan.
h)        Guru memberi evaluasi dan kesimpulan
                        Strategi yang disampaikan ini masih sangat umum dan dapat dimodifikasi serta disesuaikan dengan situasi dan kondisi kelas.
3.    Investigasi Kelompok (Group Investigation)
            Menurut Killen dalam Aunurrahman (1998) memaparkan beberapa ciri essensial investigasi kelompok sebagai pendekatan pembelajaran adalah: Para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil dan memilki independensi terhadap  guru
a)         Kegiatan-kegiatan siswa terfgokus pada upaya menjawab pertanyaan yang telah dirumuskan
b)        Kegiatan belajar siswa akan selalu mempersaratkan mereka untuk mengumpulkan   sejumlah data, menganalisisnya dan mencapai beberapa kesimpulan
c)         Siswa akan menggunakan pendekatan yang beragam di dalam belajar
d)        Hasil-hasil dari penelitian siswa dipertukarkan di antara seluruh siswa.[4]
            Dalam pembelajaran kooperatif tipe investigasi kelompok  guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok dengan anggota 5 atau 6 siswa heterogen dengan mempertimbangkan keakraban dan minat yang sama dalam topik tertentu. Siswa memilih sendiri topik yang akan dipelajari, dan kelompok merumuskan penyelidikan dan menyepakati pembagian kerja untuk menangani konsep-konsep penyelidikan yang telah dirumuskan. Dalam diskusi kelas ini diutamakan keterlibatan pertukaran pemikiran para siswa.
4.    Think-Pair-Share (TPS)
Strategi ini berguna untuk mendengarkan satu sama lain serta memiliki kesempatan waktu yang lebih banyak. Setelah berdiskusi secara berpasangan, siswa diharapkan akan dapat belajar berbicara dan mendengarkan orang lain.
Urutan strategi pembelajaran kelompok think-pair-share ini:
a)    Siswa mendengarkan sementara guru memberikan pertanyaan atau tugas.
b)   Siswa diberi waktu untuk memikirkan jawaban/respon secara individu.
c)    Siswa berpasangan dengan salah satu temannya dan membicarakan tanggapan mereka.
d)   Siswa kemudian diundang untuk berbagi tanggapan dengan seluruh kelompok/pasangan lain.
            Kelemahan cara ini adalah dengan kelompok yang hanya terdiri dari dua orang, siswa kurang mendapat sudut pandang pendapat yang beragam.
5.    Numbered Heads Together (NHT)
            Strategi ini berguna untuk memeriksa pemahaman, untuk meninjau, sebagai obat penawar untuk seluruh kelas menjawab pertanyaan-format.
Langkah:
Siswa membentuk sebuah tim dari 3-5 siswa dan diberi nomor untuk tiap siswa. Kelompok merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar
a)         Guru mengajukan pertanyaan langsung atau melalui LKS.
b)        Siswa mendiskusikan jawaban bersama-sama dan memastikan semua anggota tahu jawabannya. Jika perlu, ada anggota yang berfungsi mengecek jawaban dari masing-masing anggota.
c)         Guru memanggil siswa dengan menyebut nomor secara acak dan siswa dengan nomor tersebut mengangkat tangan dan memberikan jawaban untuk disampaikan ke seluruh siswa di kelas.
d)        Pada akhir sesi, guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disampaikan.
Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah antara lain adalah :
·       Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
·       Memperbaiki kehadiran
·       Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
·       Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
·       Konflik antara pribadi berkurang
·       Pemahaman yang lebih mendalam
·       Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
·       Hasil belajar lebih tinggi
6.    Teams Games Tournament (TGT)
Ada lima komponen utama dalam TGT, yaitu:
a)         Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi dalam penyajian kelas, biasanya dilakukan dengan pengajaran langsung atau dengan ceramah, diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini , siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang diberikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok dan pada saat game karena skor game akan menentukan skor kelompok.
b)        Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri atas empat sampai dengan lima orang siswa. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
c)         Game
Game terdiri atas pertanyaan-pertanyaan yang dirancang untuk menguji pengetahuan yang didapat siswa dari penyajian kelas dan belajar kelompok. Kebanyakan game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapatkan skor.
d)        Turnamen
Untuk memulai turnamen masing-masing peserta mengambil nomor undian. Siswa yang mendapatkan nomor terbesar sebagai reader 1, terbesar kedua sebagai chalennger 1, terbesar ketiga sebagai chalenger 2, terbesar keempat  sebagai chalenger 3. Dan kalau jumlah peserta dalam kelompok itu lima orang maka yang mendapatkan nomor terendah sebagai reader2. Reader 1 tugasnya membaca soal dan menjawab soal pada kesempatan yang pertama. Chalenger 1 tugasnya menjawab soal yang dibacakan oleh reader1 apabila menurut chalenger 1 jawaban reader 1 salah. Chalenger 2 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 tadi apabila jawaban reader 1 dan chalenger 1 menurut chalenger 2 salah. Chalenger 3 tugasnya adalah menjawab soal yang dibacakan oleh reader 1 apabila jawaban reader1, chalenger 1, chalenger 2 menurut chalenger 3 salah. Reader 2 tugasnya adalah membacakan kunci jawaban . Permainan dilanjutkan pada soal nomor dua. Posisi peserta berubah searah jarum jam. Yang tadi menjadi chalenger 1 sekarang menjadi reader1, chalenger 2 menjadi chalenger 1, chalenger3 menjadi chalenger 2, reader 2 menjadi chalenger 3 dan reader 1 menjadi reader2. Hal itu terus dilakukan sebanyak jumlah soal yang disediakan guru.
e)    Penghargaan kelompok (team recognise)
Guru kemudian mengumumkan kelompok yang menang, masing-masing team akan mendapat sertifikat atau hadiah apabila rata-rata skor memenuhi kriteria yang ditentukan.

C. KENDALA UTAMA PEMBELAJARAN KOOPERATIF
Pembelajaran kooperatif dalam rangka pendidikan dan pengajaran ialah kelompok dari kumpulan beberapa individu yang bersifat paedagogis yang didalamnya terdapat adanya hubungan timbal balik antar individu serta sikap saling percaya.
Namun dalam pembelajaran kooperatif  ini terdapat beberapa kendala yang dihadapi, yakni:
1)   Pembelajaran kooperatif  memerlukan persiapan yang agak rumit apabila dibandingkan dengan metode lain.
2)   Apabila terjadi persaingan negatif, hasil pekerjaan akan lebih memburuk.
3)   Siswa yang malas memiliki kesempatan untuk tetap pasif dalam kelompoknya dan memungkinkan akan mempengaruhi kelompoknya, sehingga usaha kelompok tersebut akan gagal.[5]
4)   Timbulnya Free Rider (Pengendara bebas) Yang dimaksud Free Rider disini ialah beberapa siswa yang tidak bertanggungjawab secara personal pada tugas kelompoknya mereka mengekor saja apa yang dilakukan oleh teman-teman satu kelompoknya yang lain.
5)   Terjadinya Diffusion of Responsibility (Penyebaran tanggungjawab) ini adalah suatu kondisi di mana beberapa anggota yang dipresepsikan tidak mampu cenderung diabaikan oleh anggota-anggota lain yang lebih mampu.
6)   Learning a part of task specialization dalam beberapa metode tertentu seperti  jigsaw misalnya setiap kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi yang berbeda-beda antar satu dengan yang lainnya. Pembagian semacam ini seringkali  membuat siswa hanya terfokus pada bagian materi yang menjadi tanggungjawabnya saja sementara materi yang dikerjakan oleh kelompok lain diabaikan padahal antar satu materi dengan lainnya saling terkait.

D.      COOPERATIVE LEARNING SUATU MODEL PEMBELAJARAN ALTERNATIF UNTUK MENGIMPLEMENTASIKAN GENERASI MUSLIM QOWIYYUN AMIIN
Cooperative learning merupakan suatu model pembelajaran yang berusaha mengimplementasikan empat ranah domain kemampuan peserta didik yaitu :
-        Learning to know                                -   Learning to do
-        Learning to be                                     -   Learning to life together
Peran guru dalam mengeksplorasi peserta didik dan merencanakan kegiatan pembelajaran kooperatif  memegang peran penting, sehingga upaya pengajaran yang dilakukan tidak hanya banyak secara kuantitas akan tetapi bisa optimal secara kualitas.
Seperti yang  diungkapkan dalam surat al-Mulk ayat 2:
Ï%©!$# t,n=y{ |NöqyJø9$# no4quptø:$#ur öNä.uqè=ö7uÏ9 ö/ä3ƒr& ß`|¡ômr& WxuKtã 4 uqèdur âƒÍyèø9$# âqàÿtóø9$#
Artinya: “Yang menjadikan mati dan hidup, supaya dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”

 Pesan dan kesan al-Qur’an yang dapat penulis tangkap dari ayat diatas ialah bahwa dalam mengerjakan amal dalam hal ini pengajaran diperlukan ahsanu ‘amala bukan akstaru ‘amala. Impliksinya ialah guru harus terus berupaya agar meningkatkan kualitas pengajarannya agaar tercipta generasi muslim yang qowiyyun amiin salah satu alternatif pembelajaran yang digunakan yaitu cooperative learning.
Wallahu A’lam.


BAB III
KESIMPULAN


Di lihat dari proses penyelesaian tugas, dalam pembelajaran kelompok, yang terjadi adalah musyawarah antar anggota untuk memperoleh kesamaan pandang dalam penyelesaian tugas, baik menyangkut prosedur kerja maupun hasil kerja. Dimungkinkan sekali dalam penyelesaian tugas, anggota kelompok melakukan diskusi apabila tugas-tugas yang harus diselesaikan berupa persoalan-persoalan yang mengundang anggota kelompok untuk saling tukar pendapat atau saling mempertahankan pendapat.
 Cooperative learning  mampu mengelaborasi heterogenitas kemampuan siswa, untuk mencapai generasi Muslim yang kompetitif dan kuat secara fisik serta care  juga terasah keamanahannya (Qowiyyun Amiin) karena dengan model cooperative learning, dapat menumbuhkan (1) rasa kebersamaan dan rasa diri positif, (2) aktualisasi diri dan kesehatan mental berkembang, (3) siswa memperoleh pengetahuan dan tumbuhnya kesadaran pada diri anak akan adanya kebenaran yang lain yang berasal dari anggota kelompok, (4) tumbuhnya komunikasi positif, (5) penerimaan dan dukungan dari teman anggota kelompok, (6) keutuhan hubungan antar anggota, (7) dapat mereduksi timbulnya konflik antar anggota kelompok. Hal itu menggambarkan bahwa melalui penggunaan pembelajaran kelompok, efektif untuk menumbuhkan keterampilan sosial dan keterampilan dalam mengadakan hubungan interpersonal dengan sesama anggota kelompok serta menghindari terjadinya kompetisi negatif maupun sikap yang individualistik



DAFTAR PUSTAKA


Ahmadi, Abu 1997,  Strategi Belajar Mengajar, Semarang: Pustaka Setia

Aunurrahman, 2009, Belajar dan Pembelajaran, Bandung: Alfabeta

Al-Syaibany, Omar mohammad al-Toumy, 1979, Falsafah Pendidikan Islam, Terj. Hasan Langgulung. Cet. Ke-1, Jakarta: Bulan Bintang

Campbell, Linda, dkk, 2004, Metode Praktis Pembelajaran Berbasis Multiple Intelligences, alih bahasa Tim Intuisi, Depok: Intuisi

Dalyono, M, 1997, Psikologi Pendidikan,Jakarta: Rineka Cipta

Hernawan, Asep Herry, dkk, 2006, Belajar dan Pembelajaran Sekolah Dasar, Bandung: UPI Press

Huda, Miftahul, 2011, Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Mulyasa, E, 2004, Manajemen Berbasis Sekolah, Konsep, Strategi dan Implementasi, Cet. Ke-5, Bandung: Remaja Rosdakarya

Sahrodi, Jamali, 2011,  Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Arfindo Raya

Sharan, Shlomo, 2012, The Handbook of Cooperative Learning, Yogyakarta: Familia









[1]  Lihat Jamali Sahrodi, Filsafat Pendidikan Islam, Materi Perkuliahan Semester Genap Pada Program Pascasarjana Tahun Akademik 2009/2010
[2] Miftahul Huda, Cooperative Learning, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011), hlm. 29
[3] Shlomo Sharan, The Handbook of Cooperative Learning, (Yogyakarta: Familia, 2012), hlm. 107
[4]  Aunurrahman, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung: Alfabeta, 2009), Hlm. 146
[5]  Abu Ahmadi, Strategi Belajar Mengajar, (Semarang: Pustaka Setia, 1997), hlm. 65

Tidak ada komentar:

Posting Komentar