Diajukan Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM
Dosen:
Prof. Dr. H. Jamali Sahrodi, M.Ag
Disusun Oleh :
FAIJAH (14116310010)
PRODI: PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) SMT II
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
SYEKH NURJATI
CIREBON
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur
penulis
panjatkan kehadirat Allah SWT
atas nikmat yang diberikan.
Shalawat beserta
salam kepada Rasulullah, Muhammad SAW yang telah
memberi petunjuk jalan yang benar.
Alhamdulillah penulis telah
menyelesaikan tugas review buku FILSAFAT ILMU untuk memenuhi tugas mata kuliah Filsafat
Pendidikan Islam pada program pascasarjana program studi Pendidikan
Islam konsentrasi Pendidikan Agama Islam IAIN Syekh Nurjati Cirebon.
Dalam penulisan
tugas ini diusahakan semaksimal mungkin kearah kesempurnaan dengan bimbingan
bapak dosen, namun demikian kiranya perlu disadari bahwa masih terdapat
beberapa kekurangan.
Untuk itulah penulis dengan segala
rendah hati mohon kiranya ada kritik dan
saran demi perbaikan selanjutnya.
Penulis berharap semoga Review Buku ini
bermanfaat bagi para pembaca pada umumnya dan bagi penulis pada khususnya.
P e n u l i s
DATA BUKU
Judul
Buku : Filsafat
Ilmu
Penulis : Prof. Dr. Cecep Sumarna
Penerbit : CV.
Mulia Press, Bandung
Tahun Terbit : Cetakan Keempat 2010
Tebal
Buku : 271
halaman
|
A. MUQODDIMAH
Buku
yang berjudul “Filsafat Ilmu” ini adalah suatu tulisan tentang filsafat yang
disebut sebagai induknya ilmu, dimana filsafat telah banyak berjasa dalam
proses kemajuan ilmu itu sendiri. Bahkan tidak sedikit diantara para tokoh atau
ilmuan juga disebut sebagai filsuf, karena ilmunya mumpuni dan cara berpikirnya
sudah termaktub dalam kriteria berfikir filsafat.
Penulisan
dalam buku ini memuat tentang suatu prinsip yang disebut sebagai cara berpikir
filsafat. Ketika kita berfilsafat berarti kita sedang berfikir, dan tidak
berarti berfikir dapat disebut berfilsafat. Setidaknya ada beberapa ciri
berpikir filsafat, diantaranya, pertama, radikal
yaitu berpikir sampai ke akarnya; kedua, sistemik,
yaitu berpikir secara logis, bergerak selangkah demi selangkah penuh kesadaran,
berurutan dan penuh rasa tanggung jawab; ketiga, universal
(berpikir secara menyeluruh, tidak terbatas pada bagian–bagian tertentu).
Jadi,
filsafat adalah sesuatu yang berharga dan bermanfaat dalam perkembangan umat
manusia, terlebih dalam dunia pengetahuan dan ilmu. Dalam pengembangan,
pengujian atau pembuatan ilmu pun filsafat punya wadah khusus yang tugas dan
fungsinya di bidang tersebut, yaitu filsafat ilmu.
Dihadapkan
pada nilai guna dan manfaatnya, maka di dalam buku ini diuraikan tentang
pandangan terhadap filsafat ilmu yang layak untuk terus dikaji dan dipahami
setiap orang, termasuk diantaranya para akademisi dan ilmuwan di bidangnya.
Karena tidak menutup kemungkinan dengan filsafat ilmu ini ilmu baru akan
tercipta dan tercipta dari ilmu sebelumnya.
Di
samping itu, buku ini juga mengajak kita untuk lebih mengenal tentang filsafat
ilmu yang mengajarkan kepada kita untuk terus mempertanyakan dimensi why, sehingga
menuntut kita masuk kedalam logika orang.
Bukan
sebaliknya, memaksa orang dalam logika kita. Yang terpenting dalam filsafat
ilmu, dengan filsafat ilmu, kita diajak untuk menelusuri dan membuktikan
sesuatu ilmu dan pengetahuan itu yang harus betul-betul bermakna buat kita dan
keberlangsungan umat manusia.
B. ISI BUKU
MENGAPA
FILSAFAT ILMU
Sebelum
membahas lebih jauh tentang filsafat ilmu, maka penulisan dalam buku ini
diawali dengan pertanyaan mengapa filsafat ilmu? Tentu saja dari maksud diawali
dengan pertanyaan tersebut, bahwa penulis berusaha mengajak pembacanya untuk
lebih tertarik guna mengenal dan mendalami filsafat ilmu, serta membenarkan
beberapa kekeliruan pandangan terhadap filsafat ilmu, dan menyatakan bahwa
filsafat ilmu bukanlah ilmu filsafat.
Pada bab
ini diulas pula tentang lahirnya filsafat ilmu, dimana filsafat di satu sisi
dapat menjadi pembuka lahirnya ilmu, di sisi lainnya, juga dapat menjadi
pembuka lahirnya ilmu, di sisi lainnya juga dapat berfungsi sebagai cara kerja
akhir ilmuwan. ”Sombongnya”, filsafat sering disebut sebagai induk ilmu (mother
of science) dan sekaligus menjadi pamungkas keilmuan yang
dalam beberapa hal tidak dapat diselesaikan oleh ilmu.
Kenapa
demikian? Sebab filsafat dapat merangsang lahirnya sejumlah keinginan dari
temuan filosofis melalui berbagai observasi dan eksperimen yang melahirkan
berbagai pencabangan ilmu. Realitas juga menunjukkan bahwa hampir tidak ada
satu cabang ilmu pun yang lepas dari filsafat atau serendahnya tidak
tidak terkait dengan persoalan filsafat. Bahkan untuk kepentingan perkembangan
ilmu itu sendiri, lahir suatu disiplin filsafat yang khusus mengkaji ilmu pengetahuan.
Rumusan ilmu dimaksud disebut filsafat pengetahuan, yang berkembang dalam
cabang baru yang disebut sebagai filsafat ilmu.
SEJARAH
ILMU PENGETAHUAN
Pada bab
ini, Dr. Cecep Sumarna, sang penulis buku, menjelaskan tentang sejarah ilmu
pengetahuan yang dimulai dari cara berpikir manusia yang berbau mistik. Yunani
Kuno memiliki peranan penting dalam melakukan proses perubahan paradigm
berpikir manusia dari sesuatu berbau mistik ke dunia ilmu, dunia logika, dunia
factual, dunia terukur. Para filosof besar Yunani Kuno seperti
Socrates, Plato, dan Aristoteles, mampu membalikkan mitos atau mistik menjadi
ilmu. Yunani kuno didukung kuat dan luasnya aspek mitos di kalangan masyarakat.
Harus pula diakui, bahwa mitos dapat menjadi perintis filsafat. Melalui mitos,
manusia mampu melakukan percobaan untuk mengerti tentang sesuatu secara
filosofis-spekulatif,
Mite (kata besar dari mitos) dapat mencari
keterangan tentang asal usul alam semesta dan kejadian yang berlangsung di
dalamnya. Mite mampu
memberikan jawaban atas sejumlah pertanyaan dasar tentang asal usul alam
semesta. Jawaban yang diberikan mite atas pertanyaan dasar tentang asal usul alam
semesta ini, secara teoretik kemudian disebut dengan kosmogonis. Ketika sudah menjadi kajian kosmogonis, tentu
tidak lagi murni mistik Tetapi sedikit banyak sudah filosofis sekaligus sedikit
banyak ilmiah, dan lahirlah ilmu pengetahuan.
Di
samping berbicara tentang sejarah ilmu pengetahuan yang cakupannya di wilayah
Yunani Kuno, Cecep Sumarna selaku penulis buku ini, juga memiliki asumsi bahwa
dunia Islam sebagai penyelamat ilmu pengetahuan Yunani Kuno.
MENGENAL FILSAFAT
Pada bab
ini, penulis mengajak kita untuk lebih mengenal filsafat dengan memahami
filsafat itu sendiri. Dijelaskan
dalam bab ini bahwa filsafat berasal dari bahasa Yunani, philosophi dan
philosophos, terstruktur dari kata philos dan Sophia atau philos
dan shopos. Philos berarti cinta, dan sophia atau shopos berarti kebijaksanaan, pengetahuan tertinggi,
hikmah.
Dalam
arti yang agak umum, filsafat dapat digunakan untuk menjawab berbagai
pertanyaan yang muncul dalam pikiran manusia tentang berbagai kesulitan yang
dihadapinya, serta berusaha untuk menemukan solusi yang tepat. Misalnya ketika
kita menanyakan: “Siapa kita? Darimana kita berasal? Mengapa kita ada di suatu
tempat? Kemana kita akan pergi dan berlalu? Apa yang dimaksud dengan kebenaran
dan kebathilan? Dan apakah yang dimaksud dengan kebaikan dan kejahatan?
Namun
demikian, dalam bab ini juga diungkapkan bahwa filsafat dapat juga diartikan
dalam arti yang khusus. Dalam arti
ini, kata filsafat biasanya bersinonim dengan sistem dari sebuah madzhab
tertentu dalam filsafat. Misalnya, filsafat dirangkaikan dengan salah
seorang filosof, seperti filsafat Aristoteles atau filsafat Plato.
Rangkaian
kata filsafat dengan nama seorang filosof tertentu mengindikasikan bahwa setiap
filosof dengan aktivitas filsafat yang dilakukannya bermaksud membangun suatu
bentuk penafsiran yang lengkap dan menyeluruh terhadap segala sesuatu yang
diyakini kebenarannya oleh filosof tertentu itu.
Selanjutnya,
penulis menjelaskan juga tentang ciri berpikir filsafat dengan ciri-ciri
sebagai berikut: radikal, sistemik, universal dan spekulatif. Berpikir
radikal artinya berpikir sampai ke akar persoalan. Sistemik adalah berpikir
logis, yang bergerak selangkah demi selangkah, penuh kesadaran, berurutan dan
penuh rasa tanggung jawab. Universal artinya berpikir secara menyeluruh tidak
terbatas pada bagian-bagian tertentu, tetapi mencakup keseluruhan aspek, yang
konkret dan abstrak atau yang fisik dan metafisik. Terakhir, spekulatif, karena
seorang filosof memiliki cara berpikir yang spekulatif, maka seorang filosof
terus melakukan ujicoba dan memberikan pertanyaan terhadap kebenaran yang dianutnya.
METAFISIKA
Buku ini menjelaskan pula tentang metafisika. Dalam
filsafat ilmu, metafisika perlu dibahas, karena memiliki nilai guna sebagai
bahan studi atau pemikiran tentang sifat tertinggi atau terdalam (ultimate
nature) dari keadaan atau kenyataan yang tampak nyata
dan variatif. Melalui pengkajian dan penghayatan terhadap metafisika, manusia
akan dituntun pada jalan dan penumbuhan moralitas hidup.
Hubungan
antara metafisika dengan filsafat ilmu dapat diibaratkan seperti
hubungan dua sisi mata uang yang sulit dipisahkan meski gampang dibedakan.
Filsafat ilmu membincangkan persoalan metafisika lebih karena hampir tidak ada ilmupun yang
terlepas dari persoalan metafisika. Bahkan
dalam banyak hal, ilmu dan pengkaji ilmu (ilmuwan) yang kering makna metafisika akan berakibat pada keringnya makna ilmu itu
sendiri. Tentu ini subjektif, tetapi kelihatannya sangat sulit ditolak.
SUMBER
ILMU PENGETAHUAN
Sumber ilmu pengetahuan yang menjadi kajian di bab ini adalah aspek-aspek yang
mendasari lahirnya ilmu. Aspek-aspek tadi, mungkin telah memperlihatkan
perkembangan yang ada atau mungkin muncul di tengah kehidupan manusia.
Cecep
Sumarna, sang penulis, memberikan penekanan tentang pentingnya mengkaji sumber
ilmu pengetahuan didasarkan atas: 1) Adanya perbedaan pandangan di kalangan
filosof dansaintis tentang
apa yang menjadi sumber ilmu; dan 2) Perbedaan ini ternyata berkonsekwensi pada
perbedaannya paradigma yang dianut masing-masing komunitas masyarakat dalam
memandang dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan.
Dilihat
dari sejarah, lahirnya sumber ilmu pengetahuan seperti terlihat dalam corak
ilmu pengetahuan Barat kontemporer, namun sebenarnya berakar dari tradisi
dialektis filosof Yunani pada abad kelima dan keempat sebelum masehi.
Perlu diketahui
pula, ada cara lain yang juga dapat disebut sebagai sumber pengetahuan, yaitu
intuisi dan wahyu. Kelompok yang menganggap bahwa intuisi dan wahyu dapat
menjadi sumber pengetahuan adalah mereka yang masih menjunjung tinggi peranan
wujud tertentu di laut dzat atau benda fisik yang tampak dan dapat dibuktikan
oleh alat indera manusiawi.
Intuisi
dapat juga dianggap dapat menjadi sumber pengetahuan karena melalui intuisi
manusia mendapati ilmu pengetahuan secara langsung tidak melalui proses
penalaran tertentu. Melalui intuisi, menurut Cecep Sumarna, manusia secara
tiba-tiba menemukan jawaban dari permasalahan yang dihadapinya.
PENALARAN:
SARANA BERPIKIR ILMIAH
Pada bab
ini, Cecep Sumarna mencoba mengenalkan kepada pembacanya tentang penalaran yang
merupakan sarana berpikir ilmiah. Seseorang telah melakukan pentalaran dengan
benar, dan karena tidak disebut telah memiliki ciri berpikir nalar, apabila ia
memperlihatkan pemikirannya yang logic dan analytic.
Logika
adalah suatu kegiatan berpikir dengan menggunakan suatu pola tertentu atau
menurut logika tertentu, ketidak konsistenan dalam menggunakan alur logika,
dapat menyebabkan kekacauan penalaran. Sedangkan analitik adalah kegiatan
berpikir yang menyandarkan diri kepada logika ilmiah dengan menggunakan
langkah-langkah tertentu dalam bingkai ilmiah tadi. Cara berpikir tertentu baru
termasuk ke dalam suatu penalaran yang benar, apabila ia menggunakan penalaran
yang logis dan analitik.
Dengan
demikian, pada intinya yang diungkapkan oleh Cecep Sumarna pada bab ini adalah
bahwa sarana berpikir ilmiah berlandaskan pada logika. Dengan kata lain, logika
adalah cara penalaran dalam menarik kesimpulan, untuk memperoleh cara berpikir
yang lebih shahih.
Dalam
praktisnya, serendahnya terdapat dua cara penarikan kesimpulan melalui cara kerja
logika. Dua cara itu adalah: induktif dan deduktif. Logika induktif diartikan
sebagai penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi
kesimpulan yang bersifat umum dan rasional. Logika deduktif adalah cara
penarikan kesimpulan dari hal-hal yang bersifat umum rasional menjadi
kasus-kasus yang bersifat khusus sesuai fakta di lapangan.
Dalam
implementasinya, kedua cara penarikan kesimpulan ini memiliki implikasi yang
amat luas, yang secara perlahan-lahan akan terurai melalui berbagai penjelasan
di bab berikut buku ini.
METODE
BERPIKIR ILMIAH
Metode
berpikir ilmiah adalah prosedur, cara dan teknik memperoleh pengetahuan. Meski
tidak semua pengetahuan didapatkan melalui metode atau pendekatan ilmiah,
tetapi apa yang disebut dengan ilmu, harus didapatkan melalui pendekatan dan
metode ilmiah. Kaidah filsafat ilmu, bahkan disebut bahwa suatu pengetahuan,
baru dapat disebut sebagai ilmu, apabila cara perolehannya dilakukan melalui
kerangka kerja ilmiah. Salah satu cara kerja ilmiah dimaksud disebut metode
ilmiah.
Dengan
menggunakan metode berpikir ilmiah, manusia terus menerus mengembangkan
pengetahuannya. Dengan metodenya manusia terus memperoleh kenikmatan dan
kebahagiaan hidup. Perspektif ini oleh sang penulis buku ini dikatakan hanya
akan terwujud sikap ingin tahu manusia dan itu semua dilakukan melalui metode
berpikir tertentu yang disebut dengan metode berpikir ilmiah.
Manusia
memiliki sifat ketergantungan yang luar biasa terhadap pengetahuan. Sifat ingin
tahu yang melekat pada diri manusia, telah mendorong manusia untuk
mengungkapkan pengetahuan, meski dengan berbagai cara dan pendekatan yang
digunakan.
Yang
perlu kita ketahui dalam hal ini, bahwa secara historis, ada empat cara manusia
memperoleh pengetahuan, yaitu: 1) Berpegang pada suatu yang telah ada (metode
keteguhan); 2) Merujuk kepada pendapat ahli (metode
otoritas); 3) Berpegang pada intuisi (metode intuisi), dan; 4)
menggunakan metode ilmiah.
MENYUSUN
PROPOSAL PENELITIAN
Kegiatan
ilmiah, biasanya dilakukan melalui penelitian. Sebuah penelitian biasanya
diawali dari penyusunan proposal atau rencana penelitian. Sehingga di dalam
buku ini, sang penulis, Cecep Sumarna, mengemukakan tentang beberapa langkah
yang harus ditempuh peneliti dalam merumuskan proposal penelitian.
Langkah-langkah
dimaksud adalah: latar belakang masalah, identifikasi masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, menyusun kerangka teoritis, metode penelitian,
menyusun laporan penelitian, dan menyusun kesimpulan. Selain susunan di atas,
dalam penelitian juga dilengkapi oleh abstrak, daftar pustaka dan riwayat hidup
peneliti.
ETIKA
Etika
adalah salah satu unsure penting yang terdapat dalam teori nilai. Kata teori
nilai yang terdiri dari dua suku kata, yakni teori dan nilai itu, tampaknya
merupakan terjemahan dari bahasa Yunani, logos (akal
dan teori) dan aksios (nilai atau suatu yang berharga).
Para
ahli filsafat sering menyebut teori nilai sama dengan aksiologi. Seperti
diketahui bahwa aksiologi merupakan bagian dari tiga cabang besar
filsafat ilmu, yakni: ontology,
epistemology dan aksiologi. Aksiologi
sering disebut sebagai ilmu yang melakukan penyelidikan mengenai
kodrat, kriteria
dan status metafisik dari nilai.
Nilai
disebut aksiologi, karena
cabang filsafat ini menyelidiki hakikat nilai ditinjau dari sudut pandang
kefilsafatan. Louis O. Kattsoff menyebutkan beberapa cabang pengetahuan
yang terkait dengan masalah nilai, atau setidaknya berkeperluan terhadap nilai.
Nilai dimaksud seperti ekonomi, etika, estetika, filsafat agama dan
epistemology kebenaran. Bidang–bidang ini menurut Kattsoff, mesti dibingkai
dalam kaidah nilai. Sebab betapapun tingginya capaian fisik yang dihasilkan
dari basis keilmuan di atas, ia tetap akan kehilangan nilai substantifnya,
tanpa nilai yang mengidealisir system bangunannya.
Sehingga
di dalam bab ini, Cecep Sumarna sang penulis buku ini, berupaya menonjolkan
semangat pada bab ini yang akan menguraikan tentang nilai dalam ilmu. Bagaimana
nilai harus diterapkan ketika berhadapan dengan wilayah keilmuan? Apakah nilai
dapat disusun dalam rumusan tunggal sehingga diakui bahwa nilai itu mengandung
makna universalnya atau tidak? Lalu bagaiman ilmuwan dan kita semua bersikap
ketika fakta menunjukkan bahwa penilaian terhadap nilai itu subjektif? Sebatas
mana pula subjektivitas itu ditoleransi? Inilah urgensi terpenting dari kajian
bab ini.
ESTETIKA
Di
dalam bab estetika ini, penulis buku mengawali tulisannya dengan suatu ungkapan
yang cukup membuat orang penasaran untuk lebih memahami bab ini, yaitu: menarik tidak untuk tertarik, mencintai tidak
untuk memiliki, memiliki tidak untuk mencintai, memiliki tidak untuk menikmati,
bahkan menikmati tak berarti harus mencintai dan memiliki.
Bab ini
juga diawali dengan contoh-contoh penilaian estetika dari kaum adam terhadap
kaum hawa yang di dalam penilaian tersebut tidak terlepas dari penilaian yang
subjektif. Namun, yang perlu kita perhatikan dalam estetika adalah bahwa
estetika merupakan bagian dari tritunggal, yakni teori tentang kebenaran (epistemologi),
kebaikan dan keburukan (etika) dan keindahan itu sendiri (estetika).
Estetika misalnya berbicara mengenai hakikat keindahan. Selain itu, estetika
juga berbicara tentang teori mengenai seni. Seni yang melukiskan bahasa
perasaan.
Dengan
demikian, estetika berarti suatu teori yang meliputi: 1) Penyelidikan mengenai
yang indah; 2) Penyelidikan mengenai prinsip-prinsip yang mendasari
seni; dan 3) Pengalaman yang bertalian dengan seni, penciptaan
seni, penilaian terhadap seni atau perenungan terhadap seni.
BAHASA
& NOTASI ILMIAH
Di lautan yang teduh, setiap orang kemungkinan dapat menjadi nakhoda perjalanan.
Kalimat ini menjadi awal tulisan dalam bab ini, yang pada hakekatnya penulis
buku ini ingin mengutarakan tentang fungsi bahasa dalam komunikasi. Setiap
komunikasi, pasti menggunakan bahasa. Bahasa adalah sarana berpikir. Bahasa
berguna untuk menjadi alat komunikasi dalam menyampaikan jalan pikiran dirinya
kepada orang lain. Melalui bahasa, manusia tidak mungkin berpikir secara
sistematis.
Bahasa
memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Dengan bahasa, manusia mampu
melakukan abstraksi sekaligus simbolisasi dari realitas faktual empiris ke
dalam dunia ide.
Bahasa
dapat mendorong manusia melakukan proses transformasi. Melalui bahasa, manusia
dapat melakukan proses berpikir dengan cara menarik realitas factual ke dalam
dunia ide, meski objek-objek faktual dimaksud tidak lagi factual-empiris dan
telah berada di luar jangkauan dirinya. Melalui bahasa manusia dapat melakukan
komunikasi apa saja dari satu subjek kepada objek lain.
Bahasa
itu sendiri kadang tertuang dalam bentuk tulisan. Sehingga penulis buku ini,
Cecep Sumarna, berupaya memberikan penekanan terhadap tulisan yang memiliki
peranan yang cukup kuat dalam mempengaruhi pikiran manusia. Di dalam tulisan
ilmiah, mensyaratkan adanya notasi ilmiah. Ia berfungsi untuk menjadi alat ukur
penegakkan prinsip kejujuran ilmiah. Prinsip dasarnya, setiap pemikiran tidak
pernah berdiri sendiri, sebagai sesuatu yang benar-benar baru. Setiap
pengetahuan selalu dan pasti merupakan tumpukan dan lanjutan dari satu item kepada item lain.
Ada tiga
bentuk sistem notasi ilmiah. Ketiga bentuk dimaksud adalah: Pertama, harus teridentifikasi dari siapa penulis melakukan
rujukan. Kedua, media
atau alat komunikasi yang dijadikan oleh mereka yang pikirannya disadur. Ketiga, juga
harus jelas lembaga yang menerbitkan tulisan mereka yang oleh penulisan
pikirannya disadur. Masuk dalam ranah ini, termasuk tahun penerbitan dan
halaman berapa mereka menulis.
Dalam
bentuknya, notasi ilmiah dibagi ke dalam tiga bentuk. Ketiga bentuk dimaksud
adalah: 1) Catatan kaki (foot note); 2) In
Note (catatan di dalam tulisan), dan 3) End Note (diletakkan di akhir tulisan).
C. PENUTUP
Buku
yang ditulis oleh Cecep Sumarna ini, pada hakekatnya ingin mengungkapkan
tentang pengetahuan, ilmu dan anak turunannya (teknologi) yang selalu menjadi
perhatian orang. Wajar saja ini dituangkan dalam tulisan ini, karena hampir
setiap dinamika kehidupan manusia akan sangat tergantung pada tiga persoaan di
atas. Abad ini, yang disinyalir oleh berbagai ahli sebagai abad informasi,
telah menggeser paradigm berpikir masyarakat. Perubahan paradigma dimaksud,
salah satunya dipengaruhi kuat oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Perkembangan teknologi saat ini misalnya, bukan hanya sekedar
dijadikan alat, tetapi ia kini telah menjadi komoditi yang dapat diperjual
belikan dengan berbagai kepentingan.
Dihadapkan
pada kondisi tersebut di atas, maka penulis buku filsafat ilmu ini,
yaitu Cecep Sumarna, beliau mampu mencermati dan mengimbangi hal tersebut
dengan menampilkan pemikirannya terhadap sesuatu yang sedikit jarang dilakukan
dan diperhatikan orang, dan ini menurut saya cukup urgen untuk diteliti
lebih jauh, yaitu pembahasan mengenai hakikat pengetahuan, ilmu dan teknologi
itu sendiri khususnya ketika harus berelasi dengan manusia.
Harus
diakui bahwa perhatian terhadap hal ini telah melahirkan banyak aliran dalam
filsafat dengan segala persamaan dan perbedaannya, dan itu semua melahirkan filsafat
ilmu yang dibahas secara terperinci dalam buku ini oleh sang penulis Cecep
Sumarna.
Tulisan
ini merupakan obsesi Cecep Sumarna untuk memajukan pola pikir bangsa ini serta
mengembangkan, menguji dan membuat ilmu dalam satu wadah khusus yaitu filsafat
ilmu.
Namun,
sebagai cendekiawan muslim, Cecep Sumarna dalam mengembangkan tulisannya
tentang filsafat ilmu masih berkiblat kepada filosof-filosof Yunani. Walau
demikian, terdapat upaya Cecep Sumarna untuk mengimbangi kelemahannya ini
dengan menampilkan beberapa filosof muslim, dan di dalam buku ini juga
dikemukakan tentang peranan dunia Islam sebagai penyelamat ilmu pengetahuan
Yunani Kuno. Di dalam buku ini juga terdapat semangat Cecep Sumarna untuk
melakukan islamisasi filsafat ilmu dan pengetahuan, namun pengembangannya masih
terbatas karena di dalam tulisannya masih terungkap pandangan dan pemikiran
para filosof Yunani Kuno, seperti Aristoteles, Socrates dan lain-lain.
Walau
demikian, perlu diakui, bahwa pemikiran-pemikiran yang diangkat oleh Dr. Cecep
Sumarna ini merupakan buah karya anak muda yang produktif untuk membantu
khazanah kita untuk memikirkan atau ikut serta berpikir tentang masalah
filsafat ilmu yang memegang peranan penting dalam kehidupan manusia sehingga
ilmunya dapat memberikan manfaat yang positif bagi kelangsungan hidup umat
manusia di muka bumi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar