BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rasa ingin tahu (curiosity) pada diri manusia merupakan
fitrah. Rasa ingin tahu menjadikan kebudayaan manusia berkembang. Manusia
disebut juga sebagai homo socius karena
ia selalu membutuhkan orang lain dalam pengaktualisasian dirinya. Perempuan
merupakan bagian dari masyarakat ia membutuhkan ilmu pengetahuan yang memadai
untuk menjalankan kehidupan yang bermakna, perempuan juga membutuhkan
pengaktualisasian diri, berkomunikasi dengan orang-orang yang dianggap mempunyai
kredibilitas akhlak yang baik sehingga bisa meng-katrol dirinya menjadi
perempuan sholihah yang diidamkan diri, keluarga dan bangsanya, hal itu bisa
ter-realisasiakan dengan pendidikan salah satunya ialah dengan kegiatan
pendidikan yang diilaksanakan di Majlis Ta’lim.
Pada umunya pendidikan adalah tugas dan tanggung jawab bersama
yang dilaksanakan secara sadar baik dari pihak pendidik maupun pihak terdidik.
Kesadaran dalam melaksanakan pendidikan adalah dimaksudkan untuk mencapai kedewasaan dan kematangan berfikir
yang dapat diusahakan melalui beberapa proses pendidikan, yaitu proses
pendidikan formal, informal dan nonformal.
Islam sebagai agama
yang menjadi pedoman hidup bagi manusia mencakup seluruh kehidupan manusia. Di
samping sebagai pedoman hidup, Islam menurut para pemeluknya juga sebagai
ajaran yang harus dida’wahkan dan memberikan pemahaman berbagai ajaran yang terkandung di
dalamnya. Sarana yang dapat dilakukan dalam mentransformasikan nilai-nilai
agama tersebut antara lain melalui Majlis Ta’lim yang berfungsi memberikan
pemahaman tentang nilai-nilai ajaran tersebut.
Berbagai kegiatan Majlis
Ta’lim yang telah dilakukan merupakan proses pendidikan yang mengarah kepada
internalisasi nilai-nilai agama sehingga perempuan mampu mereflesikan tatanan
normatif yang mereka pelajari dalam realitas kehidupan sehari-hari. Majlis Ta’lim adalah wadah
pembentuk jiwa dan kepribadian yang agamis yang berfungsi sebagai stabilisator
dalam seluruh gerak aktivitas kehidupan umat Islam Indonesia, maka sudah
selayaknya kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islami mendapat perhatian dan
dukungan dari masyarakat, sehingga tercipta insan-insan yang memiliki
keseimbangan antara potensi intelektual dan mental spiritual dalam upaya
menghadapi perubahan zaman yang semakin meng- global dan maju.
Perempuan berperan penting dalam pembentukan karakter anak (Madrosatul
Ula). Dengan memberikan pendidikan yang baik untuk perempuan itu berarti
memberi peluang besar menjadikan
generasi penerus bangsa yang kuat secara fisik dan amanah secara psikis. Majlis
Ta’lim merupakan salah satu wadah perempuan mencari ilmu, bersilaturohmi, dan
berdzikir bersama.
Bertitik tolak dari
masalah tersebut, penulis tertarik untuk meneliti aktivitas Majlis Ta’lim ini
melalui Makalah dengan judul: Peranan Majlis wdi Desa Manggungan Kec.
Terisi, kab. Indramayu.
B. Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, maka masalah yang diteliti adalah Peranan Majlis Ta’lim
Nur Mu’minah dalam Pembentukan Sikap Keberagamaan (Sense of Religion )
Perempuan di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu.
C. Rumusan Masalah
Agar pembahasan Makalah
ini terarah dan tidak ada kesalahan interpretasi, maka penulis membatasi
masalah yang diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sejarah
berdirinya Majlis Ta’lim Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab.
Indramayu?
2. Bagaimanakah kondisi tenaga pengajar dan jama’ah Majlis Ta’lim Nur
Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu?
3. Bagaimana Peranan Majlis
Ta’lim Nur Mu’minah dalam Pembentukan Sikap Keberagamaan Perempuan di Desa
Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu?
D. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian
ini ditulis dalam lima bab dirinci dalam sub-sub dengan sistematika sebagai
berikut:
Bab I
Pendahuluan, bab ini berisi latar
belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah,
sistematika penulisan.
Bab II
Landasan Teori, adalah mengenai Peranan, (pengertian
peranan dan ciri peranan). Mengenai sikap (pengertian sikap, ciri-ciri sikap, pembentukan
sikap, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap) mengenai Perempuan( pengertian Perempuan), mengenai Majlis Ta’lim, (pengertian Majlis
Ta’lim, tujuan Majlis Ta’lim) hipotesa penelitian.
Bab III Metodologi
Penelitian, bab ini memuat tentang tujuan
penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, tehnik pengumpulan data
dan tehnik
pengolahan
dan analisis data.
Bab IV
Hasil Penelitian, meliputi: Pertama, data
yang terdiri dari sejarah berdiri dan tujuan Majlis Ta’lim Nur Mu’minah,
Kondisi tentang pengajar dan jama’ah, sarana dan prasarana, materi dan
metode, struktur organisasi dan pengelolaan Majlis Ta’lim Nur Mu’minah, dan
peranannya. Kedua, pengujian hipotesis terhadap analisa dan interpretasi data terhadap
hasil penelitian hipotesis.
Bab V
Penutup, dalam bab ini terdiri dari kesimpulan
dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Peranan
1.
Pengertian Peranan
Peranan berasal dari kata
peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang
terutama.[1] Peranan menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh
Soejono Soekamto, sebagai berikut: “Peranan adalah suatu konsep prihal apa
yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat,
peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat
seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian
peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan”.[2]
Menurut Biddle dan
Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang
diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam keluarga, perilaku
ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi
sangsi dan lain-lain. Kalau peran ibu digabungkan dengan peran ayah maka
menjadi peran orang tua dan menjadi lebih luas sehingga perilaku-perilaku yang
diharapkan juga menjadi lebih beraneka ragam.[3]
2. Konflik Peran
Konflik peran terjadi karena adanya
disensus yang terpolarisasi yang menyangkut peran. Dua macam konflik peran
antara lain:
a).
Konflik antar-peran (Inter-role
confict), contoh seorang mahasiswi yang telah menikah dimana dia harus membagi waktu antara melakukan tuntutan peran
sebagai
mahasiswi selain itu juga harus memenuhi tugas-tugas sebagai isteri.
b). Konflik
dalam peran (intra-role confict), contoh pendeta dalam ketentaraan yang
berdo.a
demi perdamaian dan harus mempertahankan semangat prajurit agar siap untuk
membunuh.[4]
B. Sikap
1.
Pengertian Sikap
Sikap dalam bahasa
Inggris disebut attitude, menurut Drs. Ngalim Purwanto sikap adalah “perbuatan
atau tingkah laku sebagai respon atau reaksi terhadap suatu rangsangan atau
stimulus”[5] Sumber lain mengatakan sikap adalah “pandangan atau perasaan
yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu”.[6]
Menurut Chave,
Bogardus, La Pierre, Mead dan Gordon Allport (1935) sikap merupakan semacam
kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila
individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.[7]
Dari pengertian di
atas bahwa sikap senantiasa diarahkan kepada suatu objek. Artinya tidak ada
sikap tanpa objek, sesuai dengan pendapat Sarlito wirawan Sarwono yang
memberikan pengertian sikap bahwa “sikap adalah kesiapan pada seseorang
untuk bertindak secara tertentu terhadap hal tertentu”[8]
Adapun objek-objek sikap dapat terarah terhadap benda-benda,
manusia, peristiwa-peristiwa, pemandangan-pemandangan, lembaga-lemabaga,
norma-norma, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Ciri-Ciri
Sikap
Sikap menentukan
tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang yang datang, orang atau
kejadian. Dapat dikatakan bahwa sikap adalah faktor internal dalam diri
seseorang, tetapi tidak semua faktor internal itu sikap.
Ciri-ciri
sikap adalah sebagai berikut:
a. Sikap
dapat dipelajari (Learnability)
b. Memiliki
kestabilan (Stability)
c. Personal
sociental significance
d. Berisi
kognisi dan affeksi
e. Approach
avoldance directionality.[9]
Sarlito Wirawan
memberikan ciri-ciri sikap sebagai berikut:
1). Dalam sikap selalu
terdapat hubungan subjek-objek, tidak ada sikap tanpa objek. Objek dapat berupa
benda, orang, kelompok orang, nilai-nilai sosial, pandangan hidup, hukum,
lembaga masyarakat dan sebagainya.
2). Sikap tidak dibawa
sejak lahir melainkan dipelajari dan dibentuk dari
pengalaman.
3). Karena sikap dapat
dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan di
sekitar individu yang bersangkutan pada saat yang berbeda-beda.
4). Dalam sikap terdapat
juga faktor motivasi dan perasaan
5). Sikap tidak menghilang
walaupun kebutuhan sudah terpenuhi
6). Sikap
tidak hanya satu macam saja, melainkan bermacam-macam sesuai dengan banyaknya
objek yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan.[10]
3. Pembentukan Sikap
Secara psikologis
sikap dapat dibawa dari lahir dan dipengaruhi oleh faktor genetik. Walaupun
demikian sebagian besar para pakar psikologi sosial berpendapat bahwa sikap
terbentuk dari pengalaman melalui proses belajar. Pandangan ini mempunyai
dampak terapan yaitu bahwa berdasarkan pandangan ini dapat disusun berbagai
upaya (penerangan, pendidikan, pelatihan dan sebagainya) untuk mengubah sikap
seseorang.
Berikut ini dikemukakan pendapat beberapa ahli tentang pembentukan
sikap:[11]
a. Pengalaman Pribadi
Apa yang sudah dan
sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita
terhadap stimulus social, tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya
sikap untuk dapat mempunyai tanggapan seseorang harus mempunyai pengalaman yang
berkaitan dengan objek psikologis.
Untuk dapat menjadi
dasar terbentuknya sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang
kuat karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi
tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan factor emosional tapi dinamika
ini tidaklah sederhana dikarenakan suatu pengalaman tunggal jarang sekali dapat
menjadi dasar pembentukan sikap
b. Pengaruh orang lain yang
dianggap penting
Orang-orang yang disekitar kehidupan sehari-hari adalah salah satu
diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap, seseorang yang dianggap
penting mempengaruhi pembentukan sikap orang misalnya adalah kedua orang tua,
dan orang yang status sosialnya lebih tinggi. Pada umumnya individu cenderung
untuk memiliki sikap yang searah dengan orang yang dianggapnya penting,
kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan
keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting
tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana seseorang dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap
pengaruh pembentukan sikap, seorang ahli yang terkenal BF Skinner sangat menekankan
pengaruh lingkungan termasuk kebudayaan dalam membentuk pribadi seseorang
menurutnya kepribadian tidak lain daripada pola prilaku yang konsisten yang
menggambarkan sejarah reinforcment yang kita alami. Tanpa kita sadari kebudayaan
telah menanamkan sikap kita terhadap berbagai masalah dan telah mewarnai sikap
anggota masyarakat di dunia ini.
d. Media Masa
Sebagai sarana
komunikasi media masa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan
kepercayaan orang, pada tugas pokoknya media masa membawa pula pesan-pesan yang
berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang, pesan-pesan sugesti yang
dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberinya dasar
afektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
Dalam proses
pembentukan dan perubahan sikap peranan media masa tidaklah kecil, salah satu
informasi sugesti dalam media masa adalah dalam hal ini iklan selalu berisi
segi positif mengenai produk sehingga dapat menimbulkan pengaruh afektif yang
positif pula.
e. Lembaga pendidikan dan
lembaga Agama
Karena konsep moral
dan ajaran agama sangat menentukan sistim kepercayaan maka pada gilirannya
konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu.
f. Pengaruh faktor emosional
Terkadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari
oleh emosi dengan berfungsi sebagai semacam penyuluhan frustrasi atau
pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego, contonya adalah prasangka.
Prasangka didefinisikan sebagai sikap yang tidak toleran atau yang tidak
favourabel terhadap sekelompok orang, prasangka seringkali merupakan bentuk
sikap negatif yang di dasari oleh kelainan kepribadian pada orang-orang yang
sangat frustrasi.
Sedangkan menurut Sarlito W. S., sikap dapat terbentuk melalui
empat macam cara:[12]
a. Adopsi;
kejadian-kejadian yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus
lama
kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi
terbentuknya sikap.
b. Diferensiasi; dengan
berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya
usia maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis sekarang dipandang
tersendiri. Terhadap objek
tersebut
dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
c. Integrasi; pembentukan
sikap di sini terjadi secara bertahap dimulai dengan berbagai pengalaman yang
berhubungan dengan hal tertentu, sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal
tersebut.
d. Trauma; adalah
pengalaman-pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan kesan-kesan
mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan, pengalaman traumatis yang dapat
juga menyebabkan terbentunya sikap. Pembentukan sikap tidak terjadi demikian
saja melainkan melalui suatu proses tertentu, melalui kontak sosial terus
menerus antara individu dan individu lain disekitarnya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
Adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Isbandi SA. adalah:[13]
a. Faktor Intern; yaitu
faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan seperti selektifitas,
tidak dapat menangkap seluruh rangsangan dari luar melalui persepsi kita oleh
karena itu kita harus memilih stimulus-stimulus mana yang akan kita dapati dan mana
yang harus kita jauhi.
b. Faktor Ekstern:
1. Sifat
objek yang dijadikan sasaran sikap
2.
Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap
3. Sifat
orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
4. Media
komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap
5. Situasi
pada saat sikap itu dibentuk tentunya tidak semua factor harus dipenuhi untuk
membentuk suatu sikap kadang-kadang satu atau dua faktor sudah cukup. Tetapi
makin banyak faktor yang ikut mempengaruhi semakin cepat terbentuknya sikap.
C. Perempuan
1.
Pengertian Perempuan
Istilah Perempuan ialah untuk menunjuk
species manusia yang mempunyai ciri fisik yang disepakati sebagai perempuan dengan ciri fisik tertentu yang khas ‘sebagai pasangannya
ialah laki-laki. Dalam hal ini, salah satu ayat yang dapat diangkat adalah
firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 13:
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.s 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© @ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ×Î7yz ÇÊÌÈ
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa
dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang
paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara
kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”
Ayat ini berbicara
tentang manusia -dari seorang lelaki dan perempuan- sekaligus berbicara tentang
kemuliaan manusia -baik lelaki maupun perempuan- yang dasar kemuliaannya bukan
keturunan, suku, atau jenis kelamin, tetapi ketakwaan kepada Allah Swt. Memang
secara tegas dapat dikatakan bahwa perempuan dalam pandangan al-Qur’an
mempunyai kedudukan terhormat.[14]
D. Majlis Ta’lim
1. Pengertian Majlis Ta’lim
Majlis Ta’lim berasal
dari dua suku kata, yaitu kata Majlis dan kata Ta’lim. Dalam bahasa Arab kata Majlis adalah bentuk isim makan (kata tempat) kata
kerja dari Jalasa yang artinya tempat duduk, tempat sidang, dewan.[15] Kata Ta’lim dalam bahasa Arab merupakan masdar dari kata kerja (Allama,
Yu ‘alllimu, Ta’liman) yang
mempunyai arti “pengajaran”.[16]
Dalam Kamus Bahasa Indonesia pengertian Majlis adalah “pertemuan atau
Dari pengertian
terminologi tentang Majlis Ta’lim di atas dapatlah dikatakan bahwa Majlis
adalah tempat duduk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam.[18]
Lebih
jauh Allah berfirman dalam surat Al
mujadalah ayat 11 yaitu:
.$pkr'¯»t tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sÎ) @Ï% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿt ª!$# öNä3s9 ( #sÎ)ur @Ï% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùöt ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uy 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ×Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya: “Hai
orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam
majlis’, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan
apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah
akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang
diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang
kamu kerjakan.”
2. Tujuan Majlis
Ta’lim
Mengenai tujuan Majlis
Ta’lim, mungkin rumusnya bermacam-macam. Sesuai dengan pandangan ahli agama
para pendiri Majlis Ta’lim dengan organisasi, lingkungan dan jam’ahnya yang
berbeda tidak pernah merumuskan tujuannya. Berdasarkan renungan dan pengalaman
Dr. Hj. Tuty Alawiyah, ia merumuskan bahwa tujuan Majlis Ta’lim dari segi
fungsinya, yaitu: pertama, sebagai tempat belajar, maka tujuan Majlis Ta’lim adalah
menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong pengalaman ajaran agama.
Kedua, sebagai kontak sosial maka tujuannya adalah silaturahmi. Ketiga,
mewujudkan minat sosial, maka tujuannya adalah meningkatkan kesadaran dan
kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jama’ahnya.[19] M.
Habib Chirzin secara spesifik mengatakan bahwa Majlis Ta’lim yang diadakan oleh
masyarakat pesantren-pesantren yang ada di pelosok pedesaan maupun perkotaan
adalah:
a. Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan dan semua hal-hal yang gaib.
b. Semangat dan nilai ibadah
yang meresapi seluruh kegiatan hidup manusia dan alam semesta.
c. Inspirasi, motivasi dan stimulasi agar seluruh potensi jamaah
dapat dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal dan optimal dengan kegiatan pembinaan
pribadi dan kerja produktif untuk kesejahteraan bersama.
d. Segala kegiatan atau
aktifitas sehingga menjadi kesatuan yang padat dan
selaras.[20]
H. M. Arifin dalam
Kapita Selekta Pendidikan Islam, beliau mengemukakan pendapatnya tentang tujuan
Majlis ta’lim sebagai berikut:
Tujuan Majlis
Ta’lima dalah mengokohkan landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya di
bidang mental spiritual Keberagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas
hidupnya secara integral, lahiriyah dan batiniyahnya, duniawiyah dan ukhrawiyah
secara bersamaan sesuai tuntutan ajaran agama Islam yaitu iman dan takwa yang
melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya. Fungsi demikian
sejalan dengan pembangunan nasional kita.[21]
3. Peranan Majlis
Ta’lim
Majlis Ta’lim bila dilihat dari struktur organisasinya, termasuk
organisasi pendidikan luar sekolah yaitu lembaga pendidikan yang sifatnya non
formal, karena tidak di dukung oleh seperangkat aturan akademik kurikulum de
jure, lama waktu belajar, tidak ada kenaikan kelas, buku raport, ijazah dan
sebagainya sebagaimana lembaga pendidikan formal yaitu sekolah.[22]
Dilihat dari segi
tujuan, Majlis Ta’lim termasuk sarana dakwah Islamiyah yang secara self standing dan self disciplined mengatur dan melaksanakan berbagai kegiatan
berdasarkan musyawarah untuk mufakat demi untuk kelancaran pelaksanaan Ta’lim Islami
sesuai dengan tuntutan pesertanya. Dilihat dari aspek sejarah sebelum kemerdekaan
Indonesia sampai sekarang banyak terdapat lembaga pendidikan Islam memegang
peranan sangat penting dalam penyebaran ajaran Islam di Indonesia.
Disamping
peranannya yang ikut menentukan dalam membangkitkan sikap patriotisme dan
nasionalisme sebagai modal mencapai kemerdekaan Indonesia, lembaga ini ikut serta
menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Dilihat dari bentuk dan sifat
pendidikannya, lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut ada yang berbentuk langgar,
suarau.[23]
Telah dikemukakan
bahwa Majlis Ta’lim adalah lembaga pendidikan non formal Islam. Dengan demikian
ia bukan lembaga pendidikan formal Islam seperti madrasah, sekolah, pondok
pesantren atau perguruan tinggi. Ia juga bukan organisasi massa atau organisasi
politik. Namun, Majlis Ta’lim mempunyai kedudukan tersendiri di tengah-tengah
masyarakat yaitu antara lain:
a. Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam
rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.
b. Taman
rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya bersifat santai.
c. Wadah silaturahmi yang
menghidup suburkan syiar Islam.
d. Media penyampaian
gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa.[24]
Secara strategis Majlis-Majlis
Ta’lim menjadi sarana dakwah dan tabligh yang berperan sentral pada pembinaan
dan peningkatan kualitas hidup umat agama Islam sesuai tuntunan ajaran agama. Majlis
ini menyadarkan umat Islam untuk, memahami dan mengamalkan agamanya yang
kontekstual di lingkungan hidup sosial, budaya dan alam sekitar masing-masing,
menjadikan umat Islam sebagai ummatan wasathan ( Al-Baqoroh 143 ) yang
meneladani kelompok umat lain. Untuk tujuan itu, maka pemimpinnya harus
berperan sebagai penunjuk jalan ke arah kecerahan sikap hidup Islami yang
membawa kepada kesehatan mental rohaniah dan kesadaran fungsional selaku
khalifah dibuminya sendiri.
Dalam kaitan ini
H.M. Arifin mengatakan: Jadi peranan secara fungsional Majlis Ta’lim adalah
mengokohkan landasan hidup manusia muslim Indonesia pada khususnya di bidang
mental spiritual keberagamaan Islam dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya
secara integral, lahiriah dan batiniahnya, duniawi dan ukhrawiah bersamaan
(simultan), sesuai tuntunan ajaran agama Islam yaitu iman dan taqwa yang melandasi
kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya. Fungsi demikian sejalan
dengan pembangunan nasional kita.[25]
4. Materi
yang dikaji di Majlis Ta’lim
Materi yang
pelajari dalam Majlis Ta’lim mencakup pembacaan, Al-Qur’an serta tajwidnya,
tafsir bersama ulum Al-Qur’an, hadits dan Fiqih serta ushul fiqh, tauhid, akhlak ditambah
lagi dengan materi-materi yang dibutuhkan para jamaah misalnya masalah
penanggulangan kenakalan anak, masalah Undang-Undang Perkawinan dan lain-lain.
Materi yang disampaikan dalam Majlis Ta’lim adalah
:
a. Kelompok Pengetahuan
Agama
Bidang
pengajaran kelompok ini meliputi tauhid, tafsir, Fiqih, hadits, akhlak, tarikh,
dan bahasa Arab.
b. Kelompok Pengetahuan Umum
Karena banyaknya
pengetahuan umum, maka tema-tema atau maudlu’i yang disampaikan adalah yang langsung
berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Kesemuanya itu dikaitkan dengan agama,
artinya dalam menyampaikan uraian-uraian tersebut berdasarkan dalil-dalil agama
baik berupa ayat-ayat Al-Qur’an atau hadits-hadits atau contoh-contoh dari kehidupan Rasulullah
SAW.
Penambahan dan
pengembangan materi dapat saja terjadi di Majlis Ta’lim melihat semakin majunya
zaman dan semakin kompleks permasalahan yang perlu penanganan yang tepat. Wujud
program yang tepat dan aktual sesuai dengan kebutuhan jamaah itu sendiri
merupakan suatu langkah yang baik agar Majlis Ta’lim tidak terkesan kolot dan
terbelakang. Majlis Ta’lim adalah salah satu struktur kegiatan dakwah yang
berperan penting dalam mencerdaskan umat, maka selain pelaksanaannya
dilaksanakan secara teratur dan periodik juga harus mampu membawa jamaah ke
arah yang lebih baik lagi.
5. Metode
yang digunakan di Majlis Ta’lim
Metode adalah cara,
dalam hal ini cara penyajian bahan pengajaran dalam Majlis Ta’lim untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Makin baik metode yang dipilih makin
efektif pencapaian tujuan. Metode mengajar banyak sekali macamnya. Namun bagi Majlis
Ta’lim tidak semua metode itu dapat dipakai. Ada metode mengajar di kelas yang
tidak dapat dipakai alam Majlis Ta’lim. Hal ini disebabkan karena perbedaan
kondisi dan situasi
antara
sekolah dengan Majlis Ta’lim.
Ada berbagai metode
yang digunakan di Majlis Ta’lim, yaitu :
a. Metode Ceramah, yang
dimaksud adalah penerangan dengan penuturan lisan oleh guru terhadap peserta.
b. Metode Tanya Jawab,
metode ini membuat peserta lebih aktif. Keaktifan
dirangsang
melalui pertanyaan yang disajikan.
c. Metode Latihan, metode
ini sifatnya melatih untuk menimbulkan keterampilan dan ketangkasan.
d. Metode Diskusi, metode ini akan dipakai harus ada terlebih
dahulu masalah atau pertanyaan yang jawabannya dapat didiskusikan.
Metode
penyajian Majlis Ta’lim dapat dikategorikan menjadi:
a. Metode Ceramah, terdiri dari ceramah umum, yakni
pengajar/ustadz/kiai
tindak
aktif memberikan pengajaran sementara jamaah pasif dan ceramah
khusus,
yaitu pengajar dan jamaah sama-sama aktif dalam bentuk diskusi.
b. Metode Halaqah, yaitu
pengajar membacakan kitab tertentu, sementara
jamaah mendengarkan.
c. Metode Campuran, yakni
melaksanakan berbagai metode sesuai dengan
kebutuhan.[26]
Dewasa ini metode ceramah sudah membudaya, seolah-olah hanya
metode itu saja yang dipakai dalam Majlis Ta’lim. Dalam rangka pengembangan dan
peningkatan mutu Majlis Ta’lim dapat digunakan metode yang lain, walaupun dalam
taraf pertama mengalami sedikit keanehan.
F. Hipotesa Penelitian
Hipotesis pada
dasarnya merupakan suatu anggapan yang dianggap sah dan memerlukan jawaban dan
pengujian hipotesis sering digunakan untuk dasar pembuatan keputusan dan
penelitian mendalam.
Berdasarkan
kerangka berfikir di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan yaitu: Terhadap
hubungan positif antara peranan Majlis Ta’lim dan pembentukan sikap keberagamaan
perempuan, yaitu terdapat korelasi positif yang signifikan antara peran Majlis Ta’lim
dan pembentukan sikap keberagamaan perempuan.
Ho (Hipotesa
nihil): Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara
peran Majlis
Ta’lim dan pembentukan sikap Keberagamaan Perempuan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian
ini adalah:
1. Tujuan
akademis, meliputi:
a. Untuk mengetahui dan
meneliti lebih jauh tentang Peranan Majlis Ta’lim
terhadap sikap Keberagamaan
Perempuan, khususnya di lingkungan Majlis Ta’lim Nur Mu’minah di Desa Manggungan
Kec. Terisi Kab. Indramayu
b. Untuk meneliti sejarah
berdirinya Majlis Ta’lim Nur Mu’minah di Desa
Manggungan
Kec. Terisi Kab. Indramayu
c. Untuk mengetahui dan
meneliti kondisi tenaga pengajar dan jama.ah
Majlis Ta’limNur
Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu.
d. Untuk meneliti metode
yang dipakai dan materi yang diajarkan di Majlis
Ta’lim Nur
Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu.
e. Untuk mengetahui dan
meneliti struktur organisasi Majlis Ta’lim Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu.
2. Tujuan Praktis, meliputi:
a. Sebagai pemenuhan tugas
terstruktur mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam.
b. Sebagai tambahan wawasan
penulis terutama mengenai Majlis Ta’lim.
B. Variabel Penelitian
Variabel adalah segala
sesuatu yang dijadikan objek pengamatan penelitian, dalam kata lain variabel
dapat didefinisikan sebagai suatu sifat yang dapat dimiliki berbagai macam
nilai, segala sesuatu yang menjadi objek penelitian.[27]
Yang menjadi
variabel dalam penelitian ada dua yaitu:
a. Peranan Majlis
Ta’lim (X)
b.
Pembentukan sikap keberagamaan perempuan (Y)
VARIABEL
|
DIMENSI
|
INDIKATOR
|
Peranan Majlis Ta’lim
(X)
|
§ Kegiatan Pengajian
§ Aktivitas Keberagamaan
|
§ Meningkatkan Pengetahuan agama
Perempuan.
§ Praktek ibadah
§ Pengembangan pengajaran agama Islam
§ Menciptakan suasana yang khitmat
§ Meningkatkan aktivitas dan kreativitas
Perempuan dan tanya jawab
§ Mengikut sertakan Perempuan dalam
berbagai kegiatan yang diselenggarakan
§ Menciptakan Perempuan yang bertanggung
jawab
§
Menumbuh
kembangkan bakat para Perempuan.
|
Sikap Keberagamaan Perempuan
(Y)
|
§ Ibadah
§ Sikap, tingkah laku
dan perasaan
|
§ Praktik sholat, puasa, zakat, infaq
dan shodaqoh
§ Berintraksi pada lingkungan, keluarga,
masyarakat dengan baik
§ Cara berfikir yang luas
§ Berakhlak baik
§
Berkepribadian
yang dinamis dan agamis
|
C. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
dilakukan di Majlis Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu,
karena letak Majlis Ta'lim tersebut
dekat dengan domisili penulis, selain itu penulis merupakan salah satu jama'ah
dari Majlis Ta'lim tersebut, hal ini mendorong penulis untuk mengetahui dan
meneliti lebih mendalam peranan Majlis Ta'lim tersebut dalam membentuk spikap keberagamaan
erempuan disekitarnya. Adapun waktu penelitian dilakukan pada tanggal 10 Maret
sampai 10 April 2012.
D. Populasi Dan Sampel
1. Populasi
Yang dimaksud
populasi adalah. Keseluruhan Subjek Penelitian. Apabila orang ingin meneliti semua
elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian merupakan penelitian
populasi.[28]
Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota jamaah Majlis Ta’lim Nur
Mu’minah yang berjumlah 60 Orang.
2. Sampel
Yang dimaksud
sampel adalah “sebagian atau wakil populasi yang diteliti” [29] Menurut pendapat DR. Suwarno Surachmad,
yang antara lain: "untuk pedoman umum yang saya dapat katakan bahwa
populasi cukup homogen terdapat populasi dibawah seratus (100) maka dapat digunakan sampel sebanyak 50 %,
bila populasi dibawah seribu (1000) maka dapat digunakan sampel sebanyak 25 %
dan bila terdapat
diatas seribu (1000) maka dapat digunakan sampel sebanyak 15 %".[30]
Oleh karena itu yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 66 %
dari 60 jama'ah pengajian Perempuan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu Maka dalam tekhnik pengambilan sampel
digunakan teknik random sampling.
E. Tehnik Pengumpulan Data
Metode adalah
cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan maka dalam
penelitian ini penulis menggunakan riset kepustakaan dan riset lapangan.
Riset kepustakaan
(library research) adalah penelitian dengan membaca, dan menelaah
buku-buku, tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan variable yang diteliti, dan
riset lapangan (filed research) adalah penelitian dengan mencari dan mengumpulkan
informasi dan data tentang masalah yang diteliti ke objek penelitian, yaitu ke
pengurus Majlis ta'lim Perempuan Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi
Kab. Indramayu.
Pengolahan data
digunakan dalam penelitian adalah metode analitis uji
korelasi,
yaitu prosedur pemecahan masalah dengan mengumpulkan data, menganalisa dan
menginterpretasikan hasil dari data yang didapat pada waktu di lapangan,
sehingga dapat diambil kesimpulan apakah masalah yang diteliti terdapat korelasi
yang signifikan.
Data penelitian
ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan angket.
1. Observasi adalah
pengamatan dan pencatatan terhadap sistematika fenomena-fenomena
yang diselidiki.[31]
Dalam mengadakan observasi ini penulis mendatangi langsung serta mengamati dari
dekat kegiatan-kegiatan dan berbagai kegiatan yang dilakukan Majlis Ta’lim Nur
Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu yang tujuannya untuk
menambah informasi secara nyata bagaimana peranan dan peroses pelaksanaan
pendidikan yang dilakukan Majlis Ta’lim ini dalam membentuk sikap keagaamaan Perempuan.
2. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan
tanya
jawab
dengan pengurus Majlis Ta'lim Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab.
Indramayu. Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan informasi tentang
sejarah berdirinya Majlis Ta’lim Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi
Kab. Indramayu, struktur organisasi, kegiatan jamaah dan kegiatan-kegiatan Majlis
Ta’lim Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu, fasilitator
dan pihak lain yang terlibat dalam kegiatan Majlis Ta’lim. Wawancara dilakukan
dengan ketua Majlis Ta’lim Nur
mu’minah yaitu Ibu Safanah Lukman dan wakil ketua yaitu Ibu Mu’minah.
3. Angket penelitian, yakni
pertanyaan tertulis yang diajukan kepada responden dengan berbagai alternatif
jawaban. Penulis menyebarkan angket kepada anggota Majlis Ta’lim untuk mendapat data yang
dibutuhkan dalam penelitian ini. Jumlahnya sebanyak 22 buah yang dibagi dalam beberapa
bagian, yaitu:
- Angket tentang kegiatan keberagamaan di Majlis Ta’lim.
- Angket tentang sikap keberagamaan (ibadah dan akhlak) .
D. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data
Dalam pengolahan
data penulis menempuh cara sebagai berikut:
1. Editing
Pada tahap ini,
penulis memeriksa satu persatu angket yang telah diisi dan dikembalikan oleh
responden. Sehingga, apabila ada kekeliruan dalam pengisian angket tersebut,
maka penulis dapat mengetahuinya dan bisa meminta responden untuk melengkapinya.
2.
Tabulating dan Analisis
Setelah melakukan
pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisa secara
deskriptif analisa dengan menggunakan rumusan distribusi frekuensi:
f
N
|
Keterangan:
P = Angka
persentase
f = Frekuensi yang diperoleh dari jawaban responden
N = Number
of Cases (Jumlah banyaknya individu)
100 % =
Bilangan tetap
Setelah penulis
melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus
peresentase,
maka kemudian penulis mengklasifikasikan hasil perhitungan tersebut dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. 100 % =
Seluruhnya
b. 90-99 %
= Hampir seluruhnya
c. 60-89 %
= Sebagian besar
d. 51-59 %
= Lebih dari setengahnya
e. 50 % =
Setengahnya
f. 40-49 %
= Hampir setengahnya
g. 10-39 %
= Sebagian kecil
h. 1-9 % =
Sedikit sekali
i. 0 % =
Tidak sama sekali. [32]
BAB
IV
HASIL
PENELITIAN
Penelitian tentang Peranan Majlis Nur
Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu yang
dilakukan pada tanggal 10 Maret sampai 10
April telah berhasil mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk menjawab
persoalan dalam pembahasan Makalah ini.
Data-data tersebut
akan dideskripsikan secara lengkap untuk selanjutnya
diolah dan dianalisa secara statistic serta diinprestasikan
sehingga diperoleh suatu
kesimpulan sebagai jawaban dari persoalan Makalah ini.
A. Deskripsi Data
1. Sejarah Berdiri dan visi misi Majlis Ta'lim Nur Mu’minah di
Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu
Majlis Ta'lim Nur
Mu’minah berawal dari sebuah pengajian sederhana yang dirintis pada tahun 1999
oleh para tokoh perempuan yang interest terhadap pendidikan agama islam dan
bertekad memberikan kontribusi kebaiakan untuk mewadahi curiosity kaum
hawa disekitarnya, antara lain: Tokoh pemuka agama Ibu Mu’minah, Tokoh
perempuan dari kalangan birokrasi Ibu H. Rodhiyah ( Ibu kuwu masa bakti 1992 –
2000), Tokoh perempuan dari masyarakat sebagai penyandang dana Ibu Agustini.
Latar belakang
didirikannya pengajian Perempuan ini adalah karena Perempuan disekitar Majlis
Ta'lim Nur Mu’minah belum mempunyai wadah untuk menuntut ilmu dan
bersilaturohmi. Hal ini mendorong para perintis merasa perlu untuk memberi
perhatian kepada para Perempuan tersebut agar memiliki pengetahuan agama yang
luas.
Pengajian Perempuan
ini mulai mengalami perkembangan, hal ini terlihat dari jumlah jama'ahnya yang
semakin bertambah. Besarnya minat Perempuan yang mengikuti pengajian akhirnya
timbul pemikiran untuk menambah waktu pengajian, maka diadakanlah pengajian mingguan
yang jama'ahnya adalah jama'ah pengajian Perempuan.
Pengajian bulanan
dilaksanakan setiap hari Jum’at jam 01 30
WIB sampai dengan selesai, dengan bentuk pengajian yaitu mendengarkan ceramah
dari para ulama yang di undang untuk memberikan ceramah agama, dan pembacaan
surat Yasiin sebelumnya.
Tujuan awal
didirikannya pengajian Perempuan adalah untuk memberikan pemahaman-pemahaman
tentang agama Islam di kalangan Perempuan agar nantinya tercermin akhlaqul
karimah dalam diri mereka, serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari agar terhindar dari pengaruh negatif lingkungan baik dari segi sosial
maupun budaya. [33]
Secara spesifik
visi misi Majlis Ta’lim Nur Mu’minah ialah:
Visi: Menjadi kawah candradimuka bagi perempuan sehingga “Allah ridlo terhadap
mereka dan merekapun ridlo kepadaNya”
zÓÅ̧ ) ª!$# öNåk÷]tã (#qàÊuur çm÷Ztã 4 y (
Misi: - Membentuk sikap keberagamaan yang humanistik,
berdasarkan Al-Qur’an dan hadits.
- Menumbuhkembangkan ghiroh membaca dan
memahami isi Al- Qur’an.
- Memberi wadah kontemplasi
transadental bagi para perempuan dengan dzikir kepada Allah.
2. Kurikulum
Kuriklum yang
digunakan di Majlis Ta’lim Nur Mu’minah ialah “hiden curriculum” ini
berarti kurikulum yang digunakan tidak tertuang dan tersusun de jure, akan
tetapi bersifat kesepakatan hasil musyawarah anggota.Materi yang diajarkan di
Majlis Ta'lim Nur Mu’minah, antara lain:
v Jum’at pertama: Pengajian Yasiin dilanjutkan Siraman
Rohani bertemakan Fiqih dan syariat oleh Ustadz Taufiq Tamal, S.PdI.
v Jum’at kedua: Pengajian Yasiin Fadhilah dan siraman
rohani oleh Ustadz Yani, Ustadz Surita, Ustadzah Uli Uswatun Hasanah S.HI
v Jum’at ketiga Pembacaan ayat Wamimma (Aurodh
dari ayat Al-Qur’an yang bertemakan Rizqi ) dilanjutkan kajian Tafsir Al-Qur’an oleh Ustadzah Faizah S.Pd.
v Jum’at keempat Pembacaan Al Barjanzi dan siraman rohani
bertemkan Tauhid oleh Ustadz Hariri ali Hakim,S.Th I.
Proses pengajian dilaksanakan dari jam 13.30 sampai dengan
15. 30.
Metode yang digunakan adalah metode internalisasi pembiasaan dengan diawali membaca ayat-ayat Al-Qur’an berjama’ah
di pimpin ustadz ustadzah. Selanjutnya metode ceramah, yaitu seorang guru
menyampaikan pelajaran di depan para jama'ah dan jama'ah mendengarkan serta
menyimak bacaan yang sedang dijelaskan, dan tanya jawab
3.
Kaderisasi Tenaga Pengajar dan Kondisi Jama’ah
Tenaga
pengajar Majlis Ta'lim Nur mu’minah ialah para tokoh agama di Desa Manggungan
antara lain: Ustadz Taufiq Tamal S.PdI,
Ustadz Yani, Ustadz Surita, Ustadzah Uli Uswatun Hasanah S.HI, Ustadzah Faizah
S.Pd, Ustadz Hariri Ali Hakiem, S.Th.I. Mereka memberikan materi sesuai
spesifikasi pada bidang kajiannnya masing-masing.
Sarana kaderisasi tenaga pengajar berjalan alamiah, dalam artian Tokoh atau
putra daerah yang berkualitas di rekrut untuk aktif di Majlis untuk kemudian
bisa melanjutkan estafet pengajian yang ada.
Jama'ah Majlis Ta’lim Nur Mu’minah yang mengikuti pengajian
berjumlah 60 orang, yang berfariasi kehadirannya, terdiri dari berbagai varian
umur antara 19-64 Tahun.
Sebagian besar dari jama'ah adalah Ibu Rumah Tangga dengan
berbagai profesi tambahan baik seorang pedagang, guru, petani, buruh, dan lain
sebagainya. Dalam setiap pengajian jama'ah harus mengisi absent yaitu untuk mengetahui
kehadiran jama'ah disetiap minggunya. Pakaian yang dipakai dalam mengikuti pengajian
adalah busana muslimah.
4.
Sarana dan Prasarana
Sarana
merupakan komponen pendukung bagi kelangsungan Majlis Ta'lim ini.
Menurut data yang penulis peroleh dari hasil observasi dan survey, Majlis Ta'lim Nur Mu’minah
memiliki sarana dan prasara pendukung dalam melaksanakan proses
belajar mengajar, seperti: spidol, white board (papan tulis), alat pengeras
suara (sound
system), serta kitab-kitab.
Pengajian diadakan secara bergilir di rumah Anggota Jama’ah. Prosedur
yang digunakan ialah Arisan, nama anggota jama’ah yang
diundi dan mendapat uang arisan maka rumahnya memperoleh giliran tempat
pengajian tersebut dengan snack alakadarnya.
5.
Manajemen Kelembagaan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah
Majlis
Ta'lim Nur Mu’minah adalah pendidikan non-formal dengan berbagai
kegiatan keberagamaan, yang dikelola oleh seluruh pengurus yang struktur organisasinya
sebagai berikut:
Penasehat : KH. Waqi’ah
Pembina : Hj. Sumirah
Ketua : Safanah Lukman
Wakil Ketua
: Mu’minah
Sekretaris
I : Nur’ani
Sekretaris
II : Eti Supriyati
Bendahara I
: H. Dasri
Bendahara
II : Atun
Pengurus inilah yang mengelola kegiatan yang ada di Majlis Ta'lim sehingga
berbagai kegiatan Keberagamaan berjalan dengan baik. Dalam arti yang lebih luas
manajemen yang dipakai di Majlis Ta’lim ini sudah relative profesional,
terlihat dari distribusi kerja yang tersebar pada orang-orang yang mempunyai
kapabilitas di bidangnya. Kegiatan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah dilaksanakan satu kali
seminggu, yaitu hari Jum’at setelah shalat Jum’at. Materi yang dikaji adalah
Hadits, Tafsir, Akhlaq, Fiqh, yang diajarkan secara bergiliran oleh para guru
dalam satu minggu.
Selain kegiatan pengajian Mingguan, pengajian Perempuan Majlis Ta'lim
Nur mu’minah juga melaksanakan pengajian bulanan, dengan mengundang para ulama
atau kyai untuk memberikan siraman rohani atau pengetahuan agama Islam
(ceramah). Pengajian Perempuan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah juga mempunyai
berbagai kegiatan
yang dikelola para pengurus untuk memenuhi kebutuhan jama'ah. Kegiatan tersebut
antara lain:
· Memperingati hari-hari besar Islam yang secara rutin dilaksanakan,
yaitu:
Peringatan
Maulid Nabi Muhammad SAW, Peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW,
Peringatan Tahun Baru Islam.
·
Kunjungan
ke Majlis Ta'lim-Majlis Ta'lim lain (Study
Comperative). Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menambah wawasan para
jama'ah dan mempererat tali silaturahim antar sesama muslim.
·
Kegiatan
sosial dengan menjenguk dan memberi santunan kepada anggota yang sakit atau
meninggal dunia.
6. Peranan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah
Peranan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah secara umum dapat terlihat dari
berbagai
kegiatan yang telah diselenggarakan. Kegiatan-kegiatan tersebut pada akhirnya
akan membawa dampak positif bagi jama'ah yang selanjutnya menjadi landasan
kehidupan sehari-hari.
Peranan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah, antara lain:
a. Memberikan wawasan Keberagamaan yang luas kepada para jama'ah. Peran Majlis Ta’lim Nur Mu’minah dalam pengembangan wawasan keberagamaan
para jama.ahnya, terlihat dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Dari
berbagai kegiatan-kegiatan tersebut secara langsung para jama’ah Majlis Ta’lim tersebut
dapat mengetahui dan memahami lebih mendalam tentang wawasan agama Islam dan akhirnya
menambah pengetahuan mereka tentang Islam sebagai agama yang mereka yakini
serta mereka jadikan sebagai landasan hidup sehari-hari.
b. Mempererat tali silaturrahim antar sesama muslim.
Dari
berbagai kegiatan yang dilaksanakan Majlis Ta’limNur Mu’minah, tidak hanya
untuk menambah wawasan Keberagamaan Islam saja tetapi juga menjadi ajang untuk
mempererat tali silaturrahmi sesama jama’ah.
c. Menciptakan
masyarakat yang bertaqwa serta memiliki akhlaqul karimah. Peran Majlis
Ta’limNur Mu’minah dalam menciptakan masyarakat yang bertaqwa
serta berakhlaqul karimah, dilakukan dengan cara memberikan pemahaman
tentang pentingnya pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini
yang akan menjadikan benteng pertahanan untuk menghadapi kemajuan tekhnologi
dan perkembangan jaman.
d.
Melahirkan pribadi-pribadi yang bertanggung jawab, baik di lingkungan keluarga,
masyarakat, serta bangsa dan negara. Dengan kegiatan-kegiatan dan pemahaman tentang agama yang
diberikan di Majlis Ta’limNur Mu’minah diharapkan para jama.ah mampu menerapkan dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat,
bangsa dan negara serta menjadi pribadi yang bertanggung jawab di berbagai
aspek kehidupan.
7. Sustainability (Keberlanjutan Pengelolaaan) Majlis Ta’lim Nur
Mu’minah
Agar tetap eksis Majlis Ta’lim Nur Mu’minah menggaet PKK setempat
untuk berpartisipasi dalam berbagai acara pengajian. Hal ini di rasakan
manfaatnya karena pihak birokrasi mempunyai program pemberdayaan perempuan, misalnya
dengan pemberian modal usaha kecil dan menengah, pemberian keterampilan untuk
ibu-ibu Majlis Ta’lim maupun remajanya.
B. Analisa dan Interpretasi Data
Pada pengumpulan
data ini dideMakalahkan dengan mengambil pembuatan tabel-tabel. Mengingat terbatasnya
kemampuan penulis maka penelitian ini menggunakan sampel sebesar 66 % dari 60
jama'ah pengajian Perempuan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah. Data-data yang
terkumpul dari responden sebanyak 40 jama'ah.
Untuk mempermudah
menganalisa data angket maka tiap yang ditanyakan dalam angket diolah dalam
bentuk tabel. Hal tersebut berguna untuk menghitung besar prosentase pilihan
responden sesuai dengan rumus pada bab III.
1. Kegiatan
Keberagamaan Majlis Ta'lim
Tabel 1
Keberadaan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Sangat
penting
|
24
|
60 %
|
B
|
Penting
|
16
|
40 %
|
C
|
Kurang
penting
|
-
|
-
|
D
|
Tidak
penting
|
-
|
-
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Tabel di atas
menunjukan bahwa sebagian besar jama'ah menganggap keberadaan Majlis Ta'lim Nur
Mu’minah sangat penting yaitu sekitar 60 % dan yang menjawab penting sebayak 40
%. Hal ini membuktikan bahwa Majlis Ta'lim Al-Mu’minah mempunyai kontribusi
dalam memberikan wawasan Islam. Dengan demikian dapat diketahui bahwa Majlis
Ta'lim Nur Mu’minah mempunyai peranan yang cukup penting.
Tabel 2
Frekuensi Mengaji
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Selalu
|
32
|
32,5 %
|
B
|
Sering
|
16
|
40
%
|
C
|
Kadang-kadang
|
11
|
27,5 %
|
D
|
Tidak
pernah
|
-
|
-
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Bila dilihat dari
prosentase di atas sekitar 32,5 % dari jama'ah selalu mengikuti pengajian dan
yang menjawab sering mengikuti pengajian secara rutin sebanyak 40 %. Sedangkan
27,5 % menyatakan kadang-kadang mengikuti pengajian secara rutin. Dari tabel di
atas mununjukan bahwa Majlis Ta'lim Nur Mu’minah mempunyai daya tarik bagi
jama'ah sehingga sebagian besar sering menghadiri kegiatan tersebut.
Tabel 3
Motivasi Mengaji di Majlis Ta'lim
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Atas
kemauan sendiri
|
30
|
75 %
|
B
|
Ajakan
teman/pengurus
|
7
|
17,5 %
|
C
|
Dorongan
pihak lain
|
3
|
7,5 %
|
D
|
Ikut-ikutan
|
-
|
-
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Tabel di atas
menunjukan bahwa sebagian besar jama'ah yang mengikuti aktivitas di Majlis
Ta'lim atas kemauan sendiri, yaitu sebanyak 75 %. Sedangkan jama'ah yang
mengikuti Majlis Ta'lim karena ajakan teman atau pengurus sebanyak 17,5 % dan
7,5 % atas Dorongan pihak lain. Dengan demikian kesadaran agama dalam diri Perempuan
sudah melekat dan tidak harus dipaksa lagi.
Tabel 4
Alasan Bergabung di Majlis Ta'lim Nur Mu’minah
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Menambah
pengetahuan agama
|
35
|
87,5 %
|
B
|
Memperbanyak
teman
|
3
|
7,5 %
|
C
|
Mengisi
waktu luang
|
2
|
5 %
|
D
|
Iseng-iseng
saja
|
-
|
-
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Berdasarkan
hitungan prosentase di atas yaitu 87,5 % sebagian besar jama'ah mengikuti
pengajian di Majlis Ta'lim Nur Mu’minah untuk menambah pengetahuan agama, di
samping itu ada juga yang beralasan untuk memperbanyak teman yaitu sekitar 7,5
% dan mengisi waktu luang 5 %. Hal ini menunjukan bahwa Majlis Ta'lim sebagai
lembaga pendidikan non-formal dapat menambah pengetahuan agama khususnya bagi
para jama'ahnya.
Tabel 5
Keaktifan Mengikuti Kegiatan Keagamaaan
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Sangat
aktif
|
11
|
27,5 %
|
B
|
Aktif
|
20
|
50 %
|
C
|
Kurang
aktif
|
9
|
22,5 %
|
D
|
Tidak
aktif
|
-
|
-
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Bila dilihat
prosentase di atas 27,5 % dari jama'ah terbilang sangat aktif dan 50 % jama'ah
menyatakan aktif, sedangkan 22,5 % jama'ah kurang aktif. Hal ini menunjukan
antusias para jama'ah untuk mempelajari pengetahuan agama yang diajarkan di Majlis
Ta'lim Nur Mu’minah.
Tabel 6
Pengetahuan Bertambah Setelah Mengikuti Pengajian
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Sangat
bertambah
|
20
|
50 %
|
B
|
Cukup
bertambah
|
20
|
50 %
|
C
|
Kurang
bertambah
|
-
|
-
|
D
|
Tidak
sama sekali
|
-
|
-
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Tabel di atas
menunjukan bahwa setelah mereka mengikuti pengajian di Majlis Ta'lim Nur
Mu’minah pengetahuan agama mereka sangat bertambah yaitu 50 % dan 50 % lagi
menyatakan cukup bertambah. Ini menunjukan bahwa Majlis Ta'lim Nur Mu’minah
berperan dalam menambah wawasan Keberagamaan bagi para jama'ahnya.
Tabel 7
Cara Penyampaian Materi
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Sangat sitematis sehingga mudah
dipahami
|
18
|
45 %
|
B
|
Cukup
sederhana
|
20
|
50 %
|
C
|
Sering
berbelit-belit sehingga sukar dipahami
|
2
|
5 %
|
D
|
Tidak
menarik/membosankan
|
-
|
-
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Berdasarkan tabel
di atas menunjukan bahwa 45 % jama'ah menyatakan bahwa dalam penyampaian materi
mereka dapat memahami dengan baik karena sangat sistematis dan ada pula yang
menyatakan cukup sederhana yaitu 50 %. Sedangkan yang menyatakan sering
berbelit-belit adalah sebanyak 5 %. Hal ini menunjukan bahwa para pengajar di Majlis
Ta'lim Nur Mu’minah dalam menyampaikan materi cukup jelas sehingga mudah
dipahami oleh jama'ah.
Tabel 8
Metode yang Diinginkan
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Ceramah,
diskusi dan Tanya jawab
|
34
|
85 %
|
B
|
Ceramah
|
3
|
7,5 %
|
C
|
Diskusi
|
1
|
2,5 %
|
D
|
Tanya
jawab
|
2
|
5 %
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Tabel di atas
menunjukan bahwa 85 % dari responden menyatakan bahwa mereka menginginkan
metode ceramah, diskusi dan Tanya jawab yang dipakai di Majlis Ta'lim Nur
Mu’minah. Sedangkan metode ceramah saja 7,5 %, metode diskusi saja 2,5 % dan
metode Tanya jawab saja 5 %. Dengan demikian tabel di atas menunjukkan metode
yang dipakai harus bervariasi.
Tabel 9
Pengamalan Ilmu dalam Kehidupan Sehari-hari
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Selalu
|
7
|
17,5 %
|
B
|
Sering
|
29
|
72,5 %
|
C
|
Kadang-kadang
|
4
|
10 %
|
D
|
Tidak
pernah
|
-
|
-
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Pada tabel di atas
17,5 % responden menyatakan selalu dan 72,5 % menyatakan sering mengamalkan
ilmu yang telah diajarkan dalam kehidupan seharihari. Sedangkan yang menyatakan
kadang-kadang sebanyak 10 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar jama'ah Majlis
Ta'lim Nur Mu’minah mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel 10
Peran Majlis Ta'lim Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Keberagamaan
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Sangat
berperan
|
24
|
60 %
|
B
|
Cukup
berperan
|
16
|
40 %
|
C
|
Kurang
berperan
|
-
|
-
|
D
|
Tidak
berperan
|
-
|
-
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Prosentase di atas
60 % dari responden menyatakan bahwa Majlis Ta'lim Nur Mu’minah mempunyai
peranan dalam mempengaruhi sikap Keberagamaan. Sedangkan 40 % dari responden
menyatakan cukup berperan. Dengan demikian Majlis Ta'lim Nur Mu’minah sebagai
pendidikan non-formal mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi sikap dan
perilaku keberagamaan perempuan.
Tabel 11
Faktor lain yang Berperan Terhadap Sikap dan Perilaku Keberagamaan
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Pendidikan
keluarga
|
21
|
52,5 %
|
B
|
Pendidikan
agama di sekolah
|
6
|
15 %
|
C
|
Bimbingan
guru ngaji
|
5
|
12,5 %
|
D
|
Baca
buku agama
|
8
|
20 %
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Berdasarkan tabel
di atas meninjukan bahwa 52,5 % dari jama'ah menyatakan bahwa pendidikan
keluarga sangat berperan penting dalam membentuk sikap dan perilaku keberagamaan
selain Maj;is Ta'lim Nur Mu’minah. 15 % menunjukan bimbingan pendidikan agama
di sekolah juga memp[unyai peran dalam membentuk sikap dan perilaku keberagamaan.
Sedangkan 12,5 % dan 20 % adalah bimbingan guru ngaji dan baca buku agama juga
berperan penting dalam membentuk sikap dan perilaku keberagamaan seorang Perempuan.
2. Sikap Keberagamaan (Ibadah dan Akhlak)
Tabel 12
Kelancaran Membaca Al-Qur'an
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Ya,
lancar
|
23
|
57,5 %
|
B
|
Kurang
lancar
|
9
|
22,5 %
|
C
|
Tidak
lancar
|
8
|
20 %
|
D
|
Tidak
bisa sama sekali
|
-
|
-
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Tabel hitungan
presentase di atas 57,5 % dari responden lancar dalammembaca Al-Qur'an.
Sedangkan 22,5 % menyatakan kurang lancar. 20 % menyatakan tidak lancer. Hal
ini menunjukan bahwa sebagian besar dalam membaca Al-Qur'an setelah mengikuti
pengajian di Majlis Ta'lim ini adalah lancar
Tabel 13
Kewajiban Melaksanakan Shalat 5 Waktu
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Selalu
|
27
|
67,5 %
|
B
|
Sering
|
8
|
20 %
|
C
|
Kadang-kadang
|
5
|
12,5 %
|
D
|
Tidak
pernah
|
-
|
-
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Presentase di atas
menyatakan bahwa 67,5 % dari responden menyatakan selalu melaksanakan shalat
lima waktu. 20 % menyatakan sering dan 12,5 % menyatakan kadang-kadang
melaksanakan shalat lima waktu. Hal ini menunjukanbahwa sebagiab besar jama'ah
menyadari bah wa kewajiban sholat lima waktu merupakan perintah yang harus
dilaksanakan.
Tabel 14
Mengulur-ulur Waktu Shalat
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Selalu
|
-
|
-
|
B
|
Sering
|
9
|
22,5 %
|
C
|
Kadang-kadang
|
23
|
57,5 %
|
D
|
Tidak
pernah
|
8
|
20 %
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Tabel di atas
menunjukan presentase 20 dari jama'ah Majlis Ta'lim Nur Mu’minah tidak pernah mengulur-ulur
waktu sholat. Sedangkan 57,5 5 dariresponden menyatakan kadang-kadang mereka
mengulur-ulur waktu sholat lima waktu dan 22,5 % menyatakan sering
mengulur-ulur waktu.
Tabel 15
Pelaksanaan Shalat Jama'ah
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Selalu
|
9
|
22,5 %
|
B
|
Sering
|
12
|
30 %
|
C
|
Kadang-kadang
|
19
|
47,5 %
|
D
|
Tidak
pernah
|
-
|
-
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Berdasarkan tabel
di atas menunjukan bahwa 22,5 5 dari responden menyatakan bahwa mereka selalu
melaksanakan shalat secara berjama'ah dan 30 % menyatakan sering melaksanakan
shalat berjama'ah sedangkan 47,5 % dariresponden menyatakan kadang-kadang
melaksanakan shalat berjama'ah.
Tabel 16
Kewajiban Berpuasa di Bulan Ramadhan
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Selalu
|
36
|
90 %
|
B
|
Sering
|
4
|
10 %
|
C
|
Kadang-kadang
|
-
|
-
|
D
|
Tidak
pernah
|
-
|
-
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Berdasarkan
hitungan presentase di atas 90 % dari responden menyatakan bahwa mereka selalu
melaksanakan kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan dan 10% menyatakan sering
berpuasa di bulan Ramadhan. Hal ini menyatakan bahwa kesadaran melaksanakan
kewajiban berpuasa sudah melekat dalam diri mereka, walaupun ada juga yang
menyatakan sering.
Tabel 17
Sikap
Ketika di Perintah Oleh Orang Tua
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Menjalankan
perintahnya
dengan senang
hati
|
34
|
85 %
|
B
|
Menjalankan
perintahnya
dengan kesal
hati
|
-
|
-
|
C
|
Biasa saja
|
6
|
15 %
|
D
|
Membantah
perintahnya
|
-
|
-
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Tabel di atas menunjukan bahwa 85 %
dari responden menyatakan bahwa mereka selalu menjalankan perintah orang tua
dengan senang hati. Sedangkan sekitar 15 % dari responden menyatakan bahwa
selalu menjalankan perintah orang tua biasa saja.
Tabel 18
Adab Bertemu
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Mengucapkan
salam
|
40
|
100 %
|
B
|
Memanggil
namanya
|
-
|
-
|
C
|
Langsung
masuk
|
-
|
-
|
D
|
Diam
saja
|
-
|
-
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Tabel di atas
menunjukan bahwa 100 % dari responden menyatakan bahwa ketika mereka berkunjung
ke rumah teman selalu mengucapkan salam.
Tabel 19
Sikap
Ketika Bertemu Teman
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Mengucapkan
salam
|
21
|
52,5 %
|
B
|
Memanggil
namanya
|
18
|
45 %
|
C
|
Memanggil
julukannya
|
1
|
2,5 %
|
D
|
Masa bodoh
|
-
|
-
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Tabel di atas menunjukan 52,5 % dari responden menyatakan
bahwa merekaselalu mengucapkan salam ketika bertemu dengan tema khususnya
sesame muslim, sedangkan 45 % memanggil namanya dan 2,5 memanggil dengan nama julukannya.
Tabel 21
Kehadiran Dalam Kegiatan Keberagamaan di Sekitar Linkungan
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Sering
hadir
|
8
|
20 %
|
B
|
Sering
|
15
|
37,5 %
|
C
|
Kadang-kadang
|
17
|
42,5 %
|
D
|
Tidak
pernah
|
-
|
-
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Berdasarkan tabel
di atas 20 % dari responden menyatakan selalu hadir dalam setiap Keberagamaan
yang diadakan disekitar lingkungan mereka, sedangkan 37,5 % dari anggota
jama'ah menyatakan sering, dan 42,5 % menyatakan kadang-kadang.
Tabel 22
Sikap Ketika Melihat Teman Terkena Musibah
No
|
Alternatif Jawaban
|
( F )
|
( P )
|
A
|
Menolong
dan menghiburnya
|
14
|
35 %
|
B
|
Melihat
dan menjenguk
|
24
|
60 %
|
C
|
Mengucapkan
rasa iba
|
2
|
5 %
|
D
|
Masa
bodoh
|
-
|
-
|
Jumlah
|
N=40
|
100%
|
Berdasarkan tabel
di atas 35 % dari jama'ah Majlis Ta'lim menyatakan jika mereka melihat teman
mereka tertimpa musibah mereka selalu menolong danmenghiburnya, sedangkan 60 %
mereka selalu melihat dan menjenguknya
dan 5 % mengucapkan rasa iba. Dari semua tabel di atas menunjukan bahwa
keberadaan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah mempunyai peranan yang sangat penting
dalam membentuk sikap keberagamaan Perempuan di Desa Manggungan Kec. Terisi
Kab. Indramayu. Pernyataan
ini bisa dibuktikan dari rata-rata jawaban responden yang menjawab selalu dan
sering. Meskipun sebagian kecil responden menyatakan Majlis Ta'lim hanya
sedikit berperan dalam membentuk sikap Keberagamaan Perempuan, ini dapat
dilihat dari jawaban responden yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah.
Apabila dilihat
dari ilmu pengetahuan, responden menyatakan bahwa setelah mengikuti pengajian
di Majlis Ta'lim Nur Mu’minah pengetahuan agama sangat bertambah sekitar 50 %,
adapun yang mengikuti pengajian di Majlis Ta'lim atas kemauan sendiri yaitu
sekitar 75 %. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan tentang agama mereka sangat
bertambah setelah mengikuti pengajian di Majlis Ta'lim Nur Mu’minah. Motivasi
itu timbul dari diri Perempuan tersebut tanpa paksaan dari orang lain. Ini
terlihat kesadaran tentang agama terhadap Perempuan sudah melekat.
Majlis Ta'lim Nur
Mu’minah dalam keikutsertaannya (peranannya) dalam membentuk sikap Keberagamaan
Perempuan diaplikasikan dengan melakukan berbagai macam kegiatan yang telah
mendidik dan mengarahkan Perempuan agar jangan sampai mereka melakukan
perbuatan yang dilarang.
Melalui
kegiata-kegiatan itulah para Perempuan akan mendapat pengetahuan dan pendidikan
agama maupuan umum dan dapat membawa Perempuan menjadi manusia-manusia yang berkepribadian
muslim yang diharapkan semua orang baik keluarga, masyarakat dan agama.
Berdasarkan
penelitian ternyata hipotesa alternatif (Ha) diterima karena teruji kebenarannya,
berarti: pengaruh yang signifikan antara peranan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah dan
pembentukan sikap Keberagamaan Perempuan di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab.
Indramayu. Dan sebaliknya hipotesa nihil (Ho) ditolak karena tidak teruji
kebenarannya.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah penulis lakukan untuk menulis Makalah dengan judul “Peranan
Majlis Ta’lim Nur Mu’minah dalam Pembentukan Sikap Keberagamaan Perempuan di Desa
Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu”, penulis mengambil beberapa kesimpulan
sebagai berikut:
1. Kegiatan yang dilaksanakan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah tidak
hanya menyelenggarakan pengajian rutin saja. Akan tetapi masih banyak kegiatan
lain yang sering diselenggarakan, antara lain:
a. Memperingati hari-hari besar Islam yang secara rutin dilaksanakan,
yaitu: Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Peringatan Isra Mi'raj Nabi
Muhammad SAW, Peringatan Tahun Baru Islam, dan lain sebagainya.
b. Kunjungan ke Majlis
Ta'lim-Majlis Ta'lim lain (Study Comperative). Kegiatan ini dilakukan dengan
tujuan untuk menambah wawasan para jama'ah dan mempererat tali silaturahim
antar sesama muslim.
2. Majlis Ta'lim Nur Mu’minah sebagai sebuah lembaga pendidikan non-formal
banyak mempunyai peranan dalam masyarakatnya, antara lain:
a. Memberikan wawasan Keberagamaan yang luas
b. Mempererat tali silaturrahim antar sesama muslim
c. Mengkaderisasi para ulama yang ada disekitar
d. Menciptakan masyarakat yang bertaqwa serta memiliki akhlaqul
karimah
e. Membentuk pribadi-pribadi yang bertanggung jawab, baik di lingkungan
keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara.
B. Saran
Dari hasil
penelitian yang penulis lakukan di Majlis Ta'lim Nur Mu’minah yang terletak di Desa
Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu, telah dapat penulis simpulkan
sebagaimana tertulis sebelumnya di atas.
Bertolak dari
kesimpulan tersebut, maka penulis menganjurkan saran sebagai berikut:
1.
Untuk
lebih meningkatkan intelektualitas para jama'ah, hendaklah jama'ah tidak hanya
mendengarkan dan menerima materi yang diajarkan saja. Akan tetapi usahakan
materi yang akan dibahas terlebih dahulu dibaca oleh jama'ah secara bergiliran,
sehingga jama'ah lebih memperhatikan materi yang akan dibahas.
2.
Dalam
menjelaskan materi yang sedang dibahas janganlah bersifat monoton yang
selajutkan akan membuat bosan jama'ah, usahakan penjelasan materi dikaitkan
dengan perkembangan zaman yang sedang berkembang, sehingga para jama'ah mudah
memahami dan merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Kegiatan-kegiatan
yang diselenggarakan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah hendaklah lebih bervariasi
sehingga menarik minat para jama'ah untuk ikut menghadiri.
4.
Majlis
Ta'lim Nur Mu’minah sebagai lembaga pendidikan non-formal yang telah lama
berdiri dan telah mengalami perkembangan, hendaklah diimbangi dengan sistem pengelolaan
yang baik. Kemandirian dan ketangguhan dalam mengantisipasi setiap perubahan,
baik yang berskala lokal, nasional dan internasional menjadi suatu hal yang
penting yang harus diperhatikan para pengurus.
5.
Peranan
Majlis Taklim yang strategis dalam pembentukan personality perempuan hendaknya
diimbangi dengan aktifitas nyata, tidak sebatas tahu dan faham (Tataran
kognitif) tapi bagaimana mengaplikasikan materi keagamaan dalam kehidupan
sehari-hari (Being),misal menghindari ekses negatif dari kesan pamer perhiasan
dan busana. Majlis Taklim diharapkan sebagai kawah candradimuka pembentukan
kepribadian yang bersahaja.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu
Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), cet. XI
Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka cipta,
1991), cet I
Azwar, Saefudin, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya) Cet-2,
Pustaka Pelajar, 1998
Alawiyah, Tuti, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Ta’lim,
(Bandung: Mizan,
1997),
cet. Ke-1
Arifin, M., H., Kapita Selekta Pendidikan Islam,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-3
Chirzin, Habib, M., Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta:
LP3ES), cet. Ke-3
Daradjat, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan
Bintang, 2003), cet XVI
........, Perempuan Harapan dan Tantangan, (Jakarta: CV.
Ruhama, 1995), Cet. II
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 1999), cet. Ke-10
Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT.
Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), cet. Ke-4, jilid 3
Huda, Nurul, H., (e.d.), Pedoman Majlis Ta’lim, (Jakarta:
Koordinasi Dakwah Islam (KODI), 1986/1987)
Hadi, Aminul dan Haryono, Metodologi Penelitian pendidikan, (Bandung
CV. Pustaka Setia, 1998)
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi
Offset, 1991), cet. ke-10
Purwanto, Ngalim, M., Psikologi Pendidikan, (Bandung; Perempuan
Rosdakarya 1995), cet. Ke-10
Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta:
PN. Balai Pustaka, 1985)
Rukminto Adi, Isbandi, Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu
kesejahteraan Sosial (dasar-dasar Pemikiran), PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta 1994
Soekamto, Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta:
Rajawali Press, 1982)
Sutarno, R., Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius,
1995), cet-II
Salam, Abdus, HM., K.H., Wawancara Pribadi, 21 april 2006
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet II
Wirawan Sarwono Sarlito, Dr., Teori-teori Psikologi Sosial, PT.
Raja Grafindo Persada Jakarta: 2000, cet. V
W. S, Sarlito, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT Bulan
Bintang, 1991), cet VI
......., Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang,
1996) cet VII
......, Psikologi Sosial, Bulan Bintang, 2000
Warson Munawir, Ahmad, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia,
(Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997), cet. Ke-14
Zuhairi, dkk., Sejarah Pendidikan Islam,
(Jakarta: Bumi Aksara, 1997)
Zakiyah Darajat, Perempuan Harapan dan Tantangan, (Jakarta:
CV. Ruhama, 1995), Cet. II,
Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang,
2003), cet XVI, hal.
[1] W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa
Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985), hlm.
735
[2] Soejono Soekamto, Sosiologi
Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1982), hlm. 238
Jakarta:2000, cet. V, hlm. 224-225
[5]
M.
ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung; Perempuan Rosdakarya
1995), cet.10, hal. 141
[6]
R.
Sutarno, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), cet-II,
hal. 41
[7]
Saepudin Azwar, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya), cet.2,
Pustaka Pelajar, 1998, hal-5
[8]
Sarlito W. S, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT Bulan
Bintang, 1991), cet VI, hal. 91
[9]
Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka cipta, 1991),
cet I, hal. 163
[10]
Sarlito Wirawan, op.cit, hal. 95
[11]
Saefudin Azwar, op.cit, hal. 30
[12]
Sarlito W. S. , Psikologi Sosial, Bulan Bintang, 2000, hal.
96
[13]
Isbandi Rukminto Adi, Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu
kesejahteraan Sosial (dasardasar Pemikiran), PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta 1994, hal. 182
[14] Shihab, M. Quraish, Wawasan al-Qur’an:
Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Pesoalan Umat, (Bandung: Mizan Media Utama
(MMU), 2007), hlm. 298
[15] Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir
Kamus Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Progresif, 1997), cet. Ke-14, h. 202
[17] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa
Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 1999), cet. Ke-10, h. 615
[18] Dewan Redaksi
Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994),
cet. Ke-4, jilid 3, h. 120
[19] Tuti Alawiyah, Strategi
Dakwah di Lingkungan Majlis Ta’lim, (Bandung: Mizan, 1997),
cet. Ke-1, h. 78
[20] M. Habib Chirzin, Pesantren
dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES), cet. Ke-3, h.77
[21] H. M. Arifin, Kapita
Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-3
[22] H. Nurul Huda (e.d.), Pedoman Majlis Ta’lim, (Jakarta:
Koordinasi Dakwah Islam (KODI), 1986/1987), hlm. 13
[23]
Zuhairi, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi
Aksara, 1997), h. 192
[24] Dewan Redaksi
Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, loc.cit.
[25] H.M. Arifin, op.cit., h. 120
[26] Dewan Redaksi
Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, op.cit., h. 121
[27] Aminul Hadi dan
Haryono, Metodologi Penelitian pendidikan, (Bandung CV. Pustaka Setia,
1998), hal. 205
[28] Suharsini Arikunto, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), cet.
Ke-11, h. 115.
[30] Dr. Suwarno Surachman, Pengantar
Dasar dan Teknik (Bandung: Transito, 1982), h. 93
[31] Sutrisno Hadi, Metodologi
Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), cet. ke-10, hlm. 136
[32] Ahmad Supardi dan
Wahyudin Syah, Metodologi Riset, (Bandung; IAIN, Sunan Gunung Djati
Bandung, 1984), Cet. Ke-1, hal-52.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar