Senin, 02 Juli 2012

PERANAN MAJLIS TAKLIM NUR MU,MINAH MANGGUNGAN TERISI INDRAMAYU


BAB I
PENDAHULUAN


A.  Latar Belakang Masalah
          Rasa ingin tahu (curiosity) pada diri manusia merupakan fitrah. Rasa ingin tahu menjadikan kebudayaan manusia berkembang. Manusia disebut  juga sebagai homo socius karena ia selalu membutuhkan orang lain dalam pengaktualisasian dirinya. Perempuan merupakan bagian dari masyarakat ia membutuhkan ilmu pengetahuan yang memadai untuk menjalankan kehidupan yang bermakna, perempuan juga membutuhkan pengaktualisasian diri, berkomunikasi dengan orang-orang yang dianggap mempunyai kredibilitas akhlak yang baik sehingga bisa meng-katrol dirinya menjadi perempuan sholihah yang diidamkan diri, keluarga dan bangsanya, hal itu bisa ter-realisasiakan dengan pendidikan salah satunya ialah dengan kegiatan pendidikan yang diilaksanakan di Majlis Ta’lim.
Pada umunya pendidikan adalah tugas dan tanggung jawab bersama yang dilaksanakan secara sadar baik dari pihak pendidik maupun pihak terdidik. Kesadaran dalam melaksanakan pendidikan adalah dimaksudkan untuk  mencapai kedewasaan dan kematangan berfikir yang dapat diusahakan melalui beberapa proses pendidikan, yaitu proses pendidikan formal, informal dan nonformal.
          Islam sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi manusia mencakup seluruh kehidupan manusia. Di samping sebagai pedoman hidup, Islam menurut para pemeluknya juga sebagai ajaran yang harus dida’wahkan dan memberikan pemahaman berbagai ajaran yang terkandung di dalamnya. Sarana yang dapat dilakukan dalam mentransformasikan nilai-nilai agama tersebut antara lain melalui Majlis Ta’lim yang berfungsi memberikan pemahaman tentang nilai-nilai ajaran tersebut.
          Berbagai kegiatan Majlis Ta’lim yang telah dilakukan merupakan proses pendidikan yang mengarah kepada internalisasi nilai-nilai agama sehingga perempuan mampu mereflesikan tatanan normatif yang mereka pelajari dalam realitas kehidupan sehari-hari. Majlis Talim adalah wadah pembentuk jiwa dan kepribadian yang agamis yang berfungsi sebagai stabilisator dalam seluruh gerak aktivitas kehidupan umat Islam Indonesia, maka sudah selayaknya kegiatan-kegiatan yang bernuansa Islami mendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat, sehingga tercipta insan-insan yang memiliki keseimbangan antara potensi intelektual dan mental spiritual dalam upaya menghadapi perubahan zaman yang semakin meng- global dan maju.
Perempuan berperan penting dalam pembentukan karakter anak (Madrosatul Ula). Dengan memberikan pendidikan yang baik untuk perempuan itu berarti memberi  peluang besar menjadikan generasi penerus bangsa yang kuat secara fisik dan amanah secara psikis. Majlis Ta’lim merupakan salah satu wadah perempuan mencari ilmu, bersilaturohmi, dan berdzikir bersama.
          Bertitik tolak dari masalah tersebut, penulis tertarik untuk meneliti aktivitas Majlis Ta’lim ini melalui Makalah dengan judul: Peranan Majlis wdi Desa Manggungan Kec. Terisi, kab. Indramayu.

B. Masalah
          Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang diteliti adalah Peranan Majlis Ta’lim Nur Mu’minah dalam Pembentukan Sikap Keberagamaan (Sense of Religion ) Perempuan di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu.

C. Rumusan Masalah
          Agar pembahasan Makalah ini terarah dan tidak ada kesalahan interpretasi, maka penulis membatasi masalah yang diteliti sebagai berikut:
1. Bagaimanakah sejarah berdirinya Majlis Ta’lim Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu?
2. Bagaimanakah kondisi tenaga pengajar dan jamaah Majlis Ta’lim Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu?
     3. Bagaimana Peranan Majlis Ta’lim Nur Mu’minah dalam Pembentukan Sikap Keberagamaan Perempuan di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu?
D. Sistematika Penulisan
          Hasil penelitian ini ditulis dalam lima bab dirinci dalam sub-sub dengan sistematika sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan, bab ini berisi latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan dan perumusan masalah, sistematika penulisan.
Bab II Landasan Teori, adalah mengenai Peranan, (pengertian peranan dan ciri peranan). Mengenai sikap (pengertian sikap, ciri-ciri sikap, pembentukan sikap, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap) mengenai Perempuan( pengertian Perempuan),  mengenai Majlis Talim, (pengertian Majlis Ta’lim, tujuan Majlis Ta’lim) hipotesa penelitian.
Bab III Metodologi Penelitian, bab ini memuat tentang tujuan penelitian, variabel penelitian, populasi dan sampel, tehnik pengumpulan data dan tehnik
pengolahan dan analisis data.
Bab IV Hasil Penelitian, meliputi: Pertama, data yang terdiri dari sejarah berdiri dan tujuan Majlis Ta’lim Nur Mu’minah, Kondisi tentang pengajar dan jamaah, sarana dan prasarana, materi dan metode, struktur organisasi dan pengelolaan Majlis Ta’lim Nur Mu’minah, dan peranannya. Kedua, pengujian hipotesis terhadap analisa dan interpretasi data terhadap hasil penelitian hipotesis.
Bab V Penutup, dalam bab ini terdiri dari kesimpulan dan saran.


BAB II
LANDASAN TEORI


A. Peranan
1. Pengertian Peranan
          Peranan berasal dari kata peran, berarti sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama.[1]  Peranan menurut Levinson sebagaimana dikutip oleh Soejono Soekamto, sebagai berikut: Peranan adalah suatu konsep prihal apa yang dapat dilakukan individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat, peranan meliputi norma-norma yang dikembangkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti ini merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan”.[2]
          Menurut Biddle dan Thomas, peran adalah serangkaian rumusan yang membatasi perilaku-perilaku yang diharapkan dari pemegang kedudukan tertentu. Misalnya dalam keluarga, perilaku ibu dalam keluarga diharapkan bisa memberi anjuran, memberi penilaian, memberi sangsi dan lain-lain. Kalau peran ibu digabungkan dengan peran ayah maka menjadi peran orang tua dan menjadi lebih luas sehingga perilaku-perilaku yang diharapkan juga menjadi lebih beraneka ragam.[3]
2. Konflik Peran
          Konflik peran terjadi karena adanya disensus yang terpolarisasi yang menyangkut peran. Dua macam konflik peran antara lain:
a).   Konflik antar-peran (Inter-role confict), contoh seorang mahasiswi yang telah menikah dimana dia harus membagi waktu antara melakukan tuntutan peran
sebagai mahasiswi selain itu juga harus memenuhi tugas-tugas sebagai isteri.
b).          Konflik dalam peran (intra-role confict), contoh pendeta dalam ketentaraan yang berdo.a demi perdamaian dan harus mempertahankan semangat prajurit agar siap untuk membunuh.[4]

B. Sikap
1. Pengertian Sikap
          Sikap dalam bahasa Inggris disebut attitude, menurut Drs. Ngalim Purwanto sikap adalah “perbuatan atau tingkah laku sebagai respon atau reaksi terhadap suatu rangsangan atau stimulus[5] Sumber lain mengatakan sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap objek tertentu.[6]
          Menurut Chave, Bogardus, La Pierre, Mead dan Gordon Allport (1935) sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suatu objek dengan cara-cara tertentu, apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.[7]     
          Dari pengertian di atas bahwa sikap senantiasa diarahkan kepada suatu objek. Artinya tidak ada sikap tanpa objek, sesuai dengan pendapat Sarlito wirawan Sarwono yang memberikan pengertian sikap bahwa sikap adalah kesiapan pada seseorang untuk bertindak secara tertentu terhadap hal tertentu[8]  Adapun objek-objek sikap dapat terarah terhadap benda-benda, manusia, peristiwa-peristiwa, pemandangan-pemandangan, lembaga-lemabaga, norma-norma, nilai-nilai dan sebagainya.

2. Ciri-Ciri Sikap
          Sikap menentukan tabiat tingkah laku dalam hubungannya dengan perangsang yang datang, orang atau kejadian. Dapat dikatakan bahwa sikap adalah faktor internal dalam diri seseorang, tetapi tidak semua faktor internal itu sikap.
Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut:
a. Sikap dapat dipelajari (Learnability)
b. Memiliki kestabilan (Stability)
c. Personal sociental significance
d. Berisi kognisi dan affeksi
e. Approach avoldance directionality.[9]
          Sarlito Wirawan memberikan ciri-ciri sikap sebagai berikut:
1).   Dalam sikap selalu terdapat hubungan subjek-objek, tidak ada sikap tanpa objek. Objek dapat berupa benda, orang, kelompok orang, nilai-nilai sosial, pandangan hidup, hukum, lembaga masyarakat dan sebagainya.
2).   Sikap tidak dibawa sejak lahir melainkan dipelajari dan dibentuk dari
pengalaman.
3).   Karena sikap dapat dipelajari, maka sikap dapat berubah-ubah sesuai dengan keadaan lingkungan di sekitar individu yang bersangkutan pada saat yang berbeda-beda.
4).   Dalam sikap terdapat juga faktor motivasi dan perasaan
5).   Sikap tidak menghilang walaupun kebutuhan sudah terpenuhi
6).   Sikap tidak hanya satu macam saja, melainkan bermacam-macam sesuai dengan banyaknya objek yang dapat menjadi perhatian orang yang bersangkutan.[10]
3. Pembentukan Sikap
          Secara psikologis sikap dapat dibawa dari lahir dan dipengaruhi oleh faktor genetik. Walaupun demikian sebagian besar para pakar psikologi sosial berpendapat bahwa sikap terbentuk dari pengalaman melalui proses belajar. Pandangan ini mempunyai dampak terapan yaitu bahwa berdasarkan pandangan ini dapat disusun berbagai upaya (penerangan, pendidikan, pelatihan dan sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang.
Berikut ini dikemukakan pendapat beberapa ahli tentang pembentukan
sikap:[11]
a. Pengalaman Pribadi
          Apa yang sudah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus social, tanggapan akan menjadi salah satu dasar terbentuknya sikap untuk dapat mempunyai tanggapan seseorang harus mempunyai pengalaman yang berkaitan dengan objek psikologis.
          Untuk dapat menjadi dasar terbentuknya sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan factor emosional tapi dinamika ini tidaklah sederhana dikarenakan suatu pengalaman tunggal jarang sekali dapat menjadi dasar pembentukan sikap
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang-orang yang disekitar kehidupan sehari-hari adalah salah satu diantara komponen sosial yang ikut mempengaruhi sikap, seseorang yang dianggap penting mempengaruhi pembentukan sikap orang misalnya adalah kedua orang tua, dan orang yang status sosialnya lebih tinggi. Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang searah dengan orang yang dianggapnya penting, kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana seseorang dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pengaruh pembentukan sikap, seorang ahli yang terkenal BF Skinner sangat menekankan pengaruh lingkungan termasuk kebudayaan dalam membentuk pribadi seseorang menurutnya kepribadian tidak lain daripada pola prilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcment yang kita alami. Tanpa kita sadari kebudayaan telah menanamkan sikap kita terhadap berbagai masalah dan telah mewarnai sikap anggota masyarakat di dunia ini.
d. Media Masa
          Sebagai sarana komunikasi media masa mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang, pada tugas pokoknya media masa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini seseorang, pesan-pesan sugesti yang dibawa oleh informasi tersebut, apabila cukup kuat akan memberinya dasar afektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.
          Dalam proses pembentukan dan perubahan sikap peranan media masa tidaklah kecil, salah satu informasi sugesti dalam media masa adalah dalam hal ini iklan selalu berisi segi positif mengenai produk sehingga dapat menimbulkan pengaruh afektif yang positif pula.
e. Lembaga pendidikan dan lembaga Agama
       Karena konsep moral dan ajaran agama sangat menentukan sistim kepercayaan maka pada gilirannya konsep tersebut ikut berperan dalam menentukan sikap individu.
f. Pengaruh faktor emosional
Terkadang suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari oleh emosi dengan berfungsi sebagai semacam penyuluhan frustrasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego, contonya adalah prasangka. Prasangka didefinisikan sebagai sikap yang tidak toleran atau yang tidak favourabel terhadap sekelompok orang, prasangka seringkali merupakan bentuk sikap negatif yang di dasari oleh kelainan kepribadian pada orang-orang yang sangat frustrasi.
Sedangkan menurut Sarlito W. S., sikap dapat terbentuk melalui empat macam cara:[12]
a. Adopsi; kejadian-kejadian yang terjadi berulang-ulang dan terus menerus
lama kelamaan secara bertahap diserap ke dalam diri individu dan mempengaruhi terbentuknya sikap.
b. Diferensiasi; dengan berkembangnya intelegensi, bertambahnya pengalaman, sejalan dengan bertambahnya usia maka ada hal-hal yang tadinya dianggap sejenis sekarang dipandang tersendiri. Terhadap objek
tersebut dapat terbentuk sikap tersendiri pula.
c.  Integrasi; pembentukan sikap di sini terjadi secara bertahap dimulai dengan berbagai pengalaman yang berhubungan dengan hal tertentu, sehingga akhirnya terbentuk sikap mengenai hal tersebut.
d. Trauma; adalah pengalaman-pengalaman yang tiba-tiba mengejutkan yang meninggalkan kesan-kesan mendalam pada jiwa orang yang bersangkutan, pengalaman traumatis yang dapat juga menyebabkan terbentunya sikap. Pembentukan sikap tidak terjadi demikian saja melainkan melalui suatu proses tertentu, melalui kontak sosial terus menerus antara individu dan individu lain disekitarnya.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
          Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi sikap menurut Isbandi SA. adalah:[13]
a.   Faktor Intern; yaitu faktor yang terdapat dalam diri orang yang bersangkutan seperti selektifitas, tidak dapat menangkap seluruh rangsangan dari luar melalui persepsi kita oleh karena itu kita harus memilih stimulus-stimulus mana yang akan kita dapati dan mana yang harus kita jauhi.
b. Faktor Ekstern:
1. Sifat objek yang dijadikan sasaran sikap
2. Kewibawaan orang yang mengemukakan suatu sikap
3. Sifat orang-orang atau kelompok yang mendukung sikap tersebut
4. Media komunikasi yang digunakan dalam menyampaikan sikap
5. Situasi pada saat sikap itu dibentuk tentunya tidak semua factor harus dipenuhi untuk membentuk suatu sikap kadang-kadang satu atau dua faktor sudah cukup. Tetapi makin banyak faktor yang ikut mempengaruhi semakin cepat terbentuknya sikap.

C. Perempuan
1. Pengertian Perempuan
          Istilah Perempuan ialah untuk menunjuk species manusia yang mempunyai ciri fisik yang disepakati sebagai perempuan dengan ciri fisik tertentu yang khas ‘sebagai pasangannya ialah laki-laki. Dalam hal ini, salah satu ayat yang dapat diangkat adalah firman Allah dalam surat al-Hujurat ayat 13:
$pkšr'¯»tƒ â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.sŒ 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© Ÿ@ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ׎Î7yz ÇÊÌÈ
         
Artinya: “Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.”

          Ayat ini berbicara tentang manusia -dari seorang lelaki dan perempuan- sekaligus berbicara tentang kemuliaan manusia -baik lelaki maupun perempuan- yang dasar kemuliaannya bukan keturunan, suku, atau jenis kelamin, tetapi ketakwaan kepada Allah Swt. Memang secara tegas dapat dikatakan bahwa perempuan dalam pandangan al-Qur’an mempunyai kedudukan terhormat.[14]

D. Majlis Ta’lim
1. Pengertian Majlis Ta’lim
          Majlis Ta’lim berasal dari dua suku kata, yaitu kata Majlis dan kata Ta’lim. Dalam bahasa Arab kata Majlis  adalah bentuk isim makan (kata tempat) kata kerja dari Jalasa yang artinya tempat duduk, tempat sidang, dewan.[15]  Kata Ta’lim dalam bahasa Arab merupakan masdar dari kata kerja (Allama, Yu ‘alllimu, Ta’liman) yang mempunyai arti pengajaran.[16] Dalam Kamus Bahasa Indonesia pengertian Majlis adalah pertemuan atau
perkumpulan orang banyak atau bangunan tempat orang berkumpul.[17]
          Dari pengertian terminologi tentang Majlis Ta’lim di atas dapatlah dikatakan bahwa Majlis adalah tempat duduk melaksanakan pengajaran atau pengajian agama Islam.[18]
               Lebih  jauh Allah berfirman dalam surat Al mujadalah ayat  11 yaitu:

.$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ
Artinya:  “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: ‘Berlapang-lapanglah dalam majlis’, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”




2. Tujuan Majlis Ta’lim
          Mengenai tujuan Majlis Ta’lim, mungkin rumusnya bermacam-macam. Sesuai dengan pandangan ahli agama para pendiri Majlis Ta’lim dengan organisasi, lingkungan dan jam’ahnya yang berbeda tidak pernah merumuskan tujuannya. Berdasarkan renungan dan pengalaman Dr. Hj. Tuty Alawiyah, ia merumuskan bahwa tujuan Majlis Ta’lim dari segi fungsinya, yaitu: pertama, sebagai tempat belajar, maka tujuan Majlis Ta’lim adalah menambah ilmu dan keyakinan agama yang akan mendorong pengalaman ajaran agama. Kedua, sebagai kontak sosial maka tujuannya adalah silaturahmi. Ketiga, mewujudkan minat sosial, maka tujuannya adalah meningkatkan kesadaran dan kesejahteraan rumah tangga dan lingkungan jamaahnya.[19] M. Habib Chirzin secara spesifik mengatakan bahwa Majlis Ta’lim yang diadakan oleh masyarakat pesantren-pesantren yang ada di pelosok pedesaan maupun perkotaan adalah:
a. Meletakkan dasar keimanan dalam ketentuan  dan semua hal-hal yang gaib.
b. Semangat dan nilai ibadah yang meresapi seluruh kegiatan hidup manusia dan alam semesta.
c. Inspirasi, motivasi dan stimulasi agar seluruh potensi jamaah dapat dikembangkan dan diaktifkan secara maksimal dan optimal dengan kegiatan pembinaan pribadi dan kerja produktif untuk kesejahteraan bersama.
d.  Segala kegiatan atau aktifitas sehingga menjadi kesatuan yang padat dan
selaras.[20]
          H. M. Arifin dalam Kapita Selekta Pendidikan Islam, beliau mengemukakan pendapatnya tentang tujuan Majlis ta’lim sebagai berikut:
Tujuan Majlis Ta’lima dalah mengokohkan landasan hidup manusia Indonesia pada khususnya di bidang mental spiritual Keberagamaan Islam dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriyah dan batiniyahnya, duniawiyah dan ukhrawiyah secara bersamaan sesuai tuntutan ajaran agama Islam yaitu iman dan takwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya. Fungsi demikian sejalan dengan pembangunan nasional kita.[21]
3. Peranan Majlis Ta’lim
Majlis Ta’lim bila dilihat dari struktur organisasinya, termasuk organisasi pendidikan luar sekolah yaitu lembaga pendidikan yang sifatnya non formal, karena tidak di dukung oleh seperangkat aturan akademik kurikulum de jure, lama waktu belajar, tidak ada kenaikan kelas, buku raport, ijazah dan sebagainya sebagaimana lembaga pendidikan formal yaitu sekolah.[22]
          Dilihat dari segi tujuan, Majlis Ta’lim termasuk sarana dakwah Islamiyah yang secara self  standing dan self disciplined mengatur dan melaksanakan berbagai kegiatan berdasarkan musyawarah untuk mufakat demi untuk kelancaran pelaksanaan Ta’lim Islami sesuai dengan tuntutan pesertanya. Dilihat dari aspek sejarah sebelum kemerdekaan Indonesia sampai sekarang banyak terdapat lembaga pendidikan Islam memegang peranan sangat penting dalam penyebaran ajaran Islam di Indonesia.
          Disamping peranannya yang ikut menentukan dalam membangkitkan sikap patriotisme dan nasionalisme sebagai modal mencapai kemerdekaan Indonesia, lembaga ini ikut serta menunjang tercapainya tujuan pendidikan nasional. Dilihat dari bentuk dan sifat pendidikannya, lembaga-lembaga pendidikan Islam tersebut ada yang berbentuk langgar, suarau.[23]  
          Telah dikemukakan bahwa Majlis Ta’lim adalah lembaga pendidikan non formal Islam. Dengan demikian ia bukan lembaga pendidikan formal Islam seperti madrasah, sekolah, pondok pesantren atau perguruan tinggi. Ia juga bukan organisasi massa atau organisasi politik. Namun, Majlis Ta’lim mempunyai kedudukan tersendiri di tengah-tengah masyarakat yaitu antara lain:
a.    Sebagai wadah untuk membina dan mengembangkan kehidupan beragama dalam rangka membentuk masyarakat yang bertakwa kepada Allah SWT.
b. Taman rekreasi rohaniah, karena penyelenggaraannya bersifat santai.
c. Wadah silaturahmi yang menghidup suburkan syiar Islam.
d.  Media penyampaian gagasan-gagasan yang bermanfaat bagi pembangunan umat dan bangsa.[24]
          Secara strategis Majlis-Majlis Ta’lim menjadi sarana dakwah dan tabligh yang berperan sentral pada pembinaan dan peningkatan kualitas hidup umat agama Islam sesuai tuntunan ajaran agama. Majlis ini menyadarkan umat Islam untuk, memahami dan mengamalkan agamanya yang kontekstual di lingkungan hidup sosial, budaya dan alam sekitar masing-masing, menjadikan umat Islam sebagai ummatan wasathan ( Al-Baqoroh 143 ) yang meneladani kelompok umat lain. Untuk tujuan itu, maka pemimpinnya harus berperan sebagai penunjuk jalan ke arah kecerahan sikap hidup Islami yang membawa kepada kesehatan mental rohaniah dan kesadaran fungsional selaku khalifah dibuminya sendiri.
          Dalam kaitan ini H.M. Arifin mengatakan: Jadi peranan secara fungsional Majlis Ta’lim adalah mengokohkan landasan hidup manusia muslim Indonesia pada khususnya di bidang mental spiritual keberagamaan Islam dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya secara integral, lahiriah dan batiniahnya, duniawi dan ukhrawiah bersamaan (simultan), sesuai tuntunan ajaran agama Islam yaitu iman dan taqwa yang melandasi kehidupan duniawi dalam segala bidang kegiatannya. Fungsi demikian sejalan dengan pembangunan nasional kita.[25]
4. Materi yang dikaji di Majlis Ta’lim
          Materi yang pelajari dalam Majlis Ta’lim mencakup pembacaan, Al-Quran serta tajwidnya, tafsir bersama ulum Al-Quran, hadits dan Fiqih serta ushul fiqh, tauhid, akhlak ditambah lagi dengan materi-materi yang dibutuhkan para jamaah misalnya masalah penanggulangan kenakalan anak, masalah Undang-Undang Perkawinan dan lain-lain.
           Materi yang disampaikan dalam Majlis Ta’lim adalah :
a. Kelompok Pengetahuan Agama
Bidang pengajaran kelompok ini meliputi tauhid, tafsir, Fiqih, hadits, akhlak, tarikh, dan bahasa Arab.
b. Kelompok Pengetahuan Umum
          Karena banyaknya pengetahuan umum, maka tema-tema atau maudlu’i yang disampaikan adalah yang langsung berkaitan dengan kehidupan masyarakat. Kesemuanya itu dikaitkan dengan agama, artinya dalam menyampaikan uraian-uraian tersebut berdasarkan dalil-dalil agama baik berupa ayat-ayat Al-Quran atau hadits-hadits atau contoh-contoh dari kehidupan Rasulullah SAW.
          Penambahan dan pengembangan materi dapat saja terjadi di Majlis Ta’lim melihat semakin majunya zaman dan semakin kompleks permasalahan yang perlu penanganan yang tepat. Wujud program yang tepat dan aktual sesuai dengan kebutuhan jamaah itu sendiri merupakan suatu langkah yang baik agar Majlis Ta’lim tidak terkesan kolot dan terbelakang. Majlis Ta’lim adalah salah satu struktur kegiatan dakwah yang berperan penting dalam mencerdaskan umat, maka selain pelaksanaannya dilaksanakan secara teratur dan periodik juga harus mampu membawa jamaah ke arah yang lebih baik lagi.
5. Metode yang digunakan di Majlis Ta’lim
          Metode adalah cara, dalam hal ini cara penyajian bahan pengajaran dalam Majlis Ta’lim untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Makin baik metode yang dipilih makin efektif pencapaian tujuan. Metode mengajar banyak sekali macamnya. Namun bagi Majlis Ta’lim tidak semua metode itu dapat dipakai. Ada metode mengajar di kelas yang tidak dapat dipakai alam Majlis Ta’lim. Hal ini disebabkan karena perbedaan kondisi dan situasi
antara sekolah dengan Majlis Ta’lim.
          Ada berbagai metode yang digunakan di Majlis Ta’lim, yaitu :
a. Metode Ceramah, yang dimaksud adalah penerangan dengan penuturan lisan oleh guru terhadap peserta.
b. Metode Tanya Jawab, metode ini membuat peserta lebih aktif. Keaktifan
dirangsang melalui pertanyaan yang disajikan.
c.  Metode Latihan, metode ini sifatnya melatih untuk menimbulkan keterampilan dan ketangkasan.
d. Metode Diskusi, metode ini akan dipakai harus ada terlebih dahulu masalah atau pertanyaan yang jawabannya dapat didiskusikan.
Metode penyajian Majlis Ta’lim dapat dikategorikan menjadi:
a.    Metode Ceramah, terdiri dari ceramah umum, yakni pengajar/ustadz/kiai
tindak aktif memberikan pengajaran sementara jamaah pasif dan ceramah
khusus, yaitu pengajar dan jamaah sama-sama aktif dalam bentuk diskusi.
b. Metode Halaqah, yaitu pengajar membacakan kitab tertentu, sementara
jamaah mendengarkan.
c. Metode Campuran, yakni melaksanakan berbagai metode sesuai dengan
kebutuhan.[26]
Dewasa ini metode ceramah sudah membudaya, seolah-olah hanya metode itu saja yang dipakai dalam Majlis Ta’lim. Dalam rangka pengembangan dan peningkatan mutu Majlis Ta’lim dapat digunakan metode yang lain, walaupun dalam taraf pertama mengalami sedikit keanehan.

F. Hipotesa Penelitian
          Hipotesis pada dasarnya merupakan suatu anggapan yang dianggap sah dan memerlukan jawaban dan pengujian hipotesis sering digunakan untuk dasar pembuatan keputusan dan penelitian mendalam.
          Berdasarkan kerangka berfikir di atas dapatlah ditarik suatu kesimpulan yaitu: Terhadap hubungan positif antara peranan Majlis Ta’lim dan pembentukan sikap keberagamaan perempuan, yaitu terdapat korelasi positif yang signifikan antara peran Majlis Ta’lim dan pembentukan sikap keberagamaan perempuan.
          Ho (Hipotesa nihil): Tidak terdapat korelasi positif yang signifikan antara
peran Majlis Ta’lim dan pembentukan sikap Keberagamaan Perempuan.



BAB III
METODOLOGI PENELITIAN


A. Tujuan Penelitian
            Tujuan penelitian ini adalah:
1. Tujuan akademis, meliputi:
a. Untuk mengetahui dan meneliti lebih jauh tentang Peranan Majlis Ta’lim
     terhadap sikap Keberagamaan Perempuan, khususnya di lingkungan Majlis Ta’lim Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu
b. Untuk meneliti sejarah berdirinya Majlis Ta’lim Nur Mu’minah di Desa
Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu
c. Untuk mengetahui dan meneliti kondisi tenaga pengajar dan jama.ah
Majlis Ta’limNur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu.
d. Untuk meneliti metode yang dipakai dan materi yang diajarkan di Majlis
Ta’lim Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu.
e. Untuk mengetahui dan meneliti struktur organisasi Majlis Ta’lim Nur Mu’minah  di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu.
2. Tujuan Praktis, meliputi:
a. Sebagai pemenuhan tugas terstruktur mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam.
b. Sebagai tambahan wawasan penulis terutama mengenai Majlis Ta’lim.

B.        Variabel Penelitian
          Variabel adalah segala sesuatu yang dijadikan objek pengamatan penelitian, dalam kata lain variabel dapat didefinisikan sebagai suatu sifat yang dapat dimiliki berbagai macam nilai, segala sesuatu yang menjadi objek penelitian.[27]
          Yang menjadi variabel dalam penelitian ada dua yaitu:
a. Peranan Majlis Ta’lim (X)
b. Pembentukan sikap keberagamaan perempuan (Y)
VARIABEL
DIMENSI
INDIKATOR
Peranan Majlis Ta’lim
(X)


§  Kegiatan Pengajian









§  Aktivitas Keberagamaan

§ Meningkatkan Pengetahuan agama Perempuan.
§ Praktek ibadah
§ Pengembangan pengajaran agama Islam
§ Menciptakan suasana yang khitmat
§ Meningkatkan aktivitas dan kreativitas Perempuan dan tanya jawab
§ Mengikut sertakan Perempuan dalam berbagai kegiatan yang diselenggarakan
§ Menciptakan Perempuan yang bertanggung jawab
§ Menumbuh kembangkan bakat para Perempuan.
Sikap Keberagamaan Perempuan
(Y)


§  Ibadah




§  Sikap, tingkah laku
dan perasaan


§ Praktik sholat, puasa, zakat, infaq dan shodaqoh
§ Berintraksi pada lingkungan, keluarga, masyarakat dengan baik
§ Cara berfikir yang luas
§ Berakhlak baik
§ Berkepribadian yang dinamis dan agamis

C.   Tempat dan Waktu Penelitian
          Penelitian dilakukan di Majlis Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu, karena  letak Majlis Ta'lim tersebut dekat dengan domisili penulis, selain itu penulis merupakan salah satu jama'ah dari Majlis Ta'lim tersebut, hal ini mendorong penulis untuk mengetahui dan meneliti lebih mendalam peranan Majlis Ta'lim tersebut dalam membentuk spikap keberagamaan erempuan disekitarnya. Adapun waktu penelitian dilakukan pada tanggal 10 Maret sampai 10 April 2012.

D.   Populasi Dan Sampel
1. Populasi
          Yang dimaksud populasi adalah. Keseluruhan Subjek Penelitian. Apabila orang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian merupakan penelitian populasi.[28] Populasi penelitian ini adalah seluruh anggota jamaah Majlis Ta’lim Nur Mu’minah yang berjumlah 60 Orang.
2. Sampel
          Yang dimaksud sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti[29] Menurut pendapat DR. Suwarno Surachmad, yang antara lain: "untuk pedoman umum yang saya dapat katakan bahwa populasi cukup homogen terdapat populasi dibawah seratus (100) maka dapat digunakan sampel sebanyak 50 %, bila populasi dibawah seribu (1000) maka dapat digunakan sampel sebanyak 25 % dan bila terdapat diatas seribu (1000) maka dapat digunakan sampel sebanyak 15 %".[30]
             Oleh karena itu yang menjadi sampel dalam penelitian ini adalah 66 % dari 60 jama'ah  pengajian Perempuan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu Maka dalam tekhnik pengambilan sampel digunakan teknik random sampling.

E. Tehnik Pengumpulan Data
            Metode adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai tujuan maka dalam penelitian ini penulis menggunakan riset kepustakaan dan riset lapangan.
            Riset kepustakaan (library research) adalah penelitian dengan membaca, dan menelaah buku-buku, tulisan-tulisan yang ada kaitannya dengan variable yang diteliti, dan riset lapangan (filed research) adalah penelitian dengan mencari dan mengumpulkan informasi dan data tentang masalah yang diteliti ke objek penelitian, yaitu ke pengurus Majlis ta'lim Perempuan Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu.
            Pengolahan data digunakan dalam penelitian adalah metode analitis uji
korelasi, yaitu prosedur pemecahan masalah dengan mengumpulkan data, menganalisa dan menginterpretasikan hasil dari data yang didapat pada waktu di lapangan, sehingga dapat diambil kesimpulan apakah masalah yang diteliti terdapat korelasi yang signifikan.
            Data penelitian ini diperoleh melalui observasi, wawancara dan angket.
1.    Observasi adalah pengamatan dan pencatatan terhadap sistematika fenomena-fenomena yang diselidiki.[31] Dalam mengadakan observasi ini penulis mendatangi langsung serta mengamati dari dekat kegiatan-kegiatan dan berbagai kegiatan yang dilakukan Majlis Ta’lim Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu yang tujuannya untuk menambah informasi secara nyata bagaimana peranan dan peroses pelaksanaan pendidikan yang dilakukan Majlis Ta’lim ini dalam membentuk sikap keagaamaan Perempuan.
2.    Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan tanya
jawab dengan pengurus Majlis Ta'lim Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu. Metode ini penulis gunakan untuk mendapatkan informasi tentang sejarah berdirinya Majlis Ta’lim Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu, struktur organisasi, kegiatan jamaah dan kegiatan-kegiatan Majlis Ta’lim Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu, fasilitator dan pihak lain yang terlibat dalam kegiatan Majlis Ta’lim. Wawancara dilakukan dengan ketua Majlis Ta’lim Nur  mu’minah  yaitu  Ibu Safanah Lukman  dan wakil ketua yaitu Ibu Mu’minah.
3. Angket penelitian, yakni pertanyaan tertulis yang diajukan kepada responden dengan berbagai alternatif jawaban. Penulis menyebarkan angket kepada anggota  Majlis Ta’lim untuk mendapat data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Jumlahnya sebanyak 22 buah yang dibagi dalam beberapa bagian, yaitu:
-    Angket tentang kegiatan keberagamaan di Majlis Ta’lim.
-    Angket tentang sikap keberagamaan (ibadah dan akhlak) .

D.   Tehnik Pengolahan dan Analisis Data
          Dalam pengolahan data penulis menempuh cara sebagai berikut:
1. Editing
          Pada tahap ini, penulis memeriksa satu persatu angket yang telah diisi dan dikembalikan oleh responden. Sehingga, apabila ada kekeliruan dalam pengisian angket tersebut, maka penulis dapat mengetahuinya dan bisa meminta responden untuk melengkapinya.
2. Tabulating dan Analisis
          Setelah melakukan pengumpulan data, maka selanjutnya data tersebut diolah dan dianalisa secara deskriptif analisa dengan menggunakan rumusan distribusi frekuensi:




f
N
P =            x 100 %

Keterangan:
P = Angka persentase
f = Frekuensi yang diperoleh dari jawaban responden
N = Number of Cases (Jumlah banyaknya individu)
100 % = Bilangan tetap
          Setelah penulis melakukan perhitungan dengan menggunakan rumus
peresentase, maka kemudian penulis mengklasifikasikan hasil perhitungan tersebut dengan ketentuan sebagai berikut:
a. 100 % = Seluruhnya
b. 90-99 % = Hampir seluruhnya
c. 60-89 % = Sebagian besar
d. 51-59 % = Lebih dari setengahnya
e. 50 % = Setengahnya
f. 40-49 % = Hampir setengahnya
g. 10-39 % = Sebagian kecil
h. 1-9 % = Sedikit sekali
i. 0 % = Tidak sama sekali. [32]



BAB IV
HASIL PENELITIAN


          Penelitian tentang Peranan Majlis Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu yang dilakukan pada tanggal 10 Maret sampai 10 April telah berhasil mengumpulkan data-data yang dibutuhkan untuk menjawab persoalan dalam pembahasan Makalah ini.
          Data-data tersebut akan dideskripsikan secara lengkap untuk selanjutnya
diolah dan dianalisa secara statistic serta diinprestasikan sehingga diperoleh suatu
kesimpulan sebagai jawaban dari persoalan Makalah ini.

A. Deskripsi Data
1. Sejarah Berdiri dan visi misi Majlis Ta'lim Nur Mu’minah di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu
            Majlis Ta'lim Nur Mu’minah berawal dari sebuah pengajian sederhana yang dirintis pada tahun 1999 oleh para tokoh perempuan yang interest terhadap pendidikan agama islam dan bertekad memberikan kontribusi kebaiakan untuk mewadahi curiosity kaum hawa disekitarnya, antara lain: Tokoh pemuka agama Ibu Mu’minah, Tokoh perempuan dari kalangan birokrasi Ibu H. Rodhiyah ( Ibu kuwu masa bakti 1992 – 2000), Tokoh perempuan dari masyarakat sebagai penyandang dana Ibu Agustini.
            Latar belakang didirikannya pengajian Perempuan ini adalah karena Perempuan disekitar Majlis Ta'lim Nur Mu’minah belum mempunyai wadah untuk menuntut ilmu dan bersilaturohmi. Hal ini mendorong para perintis merasa perlu untuk memberi perhatian kepada para Perempuan tersebut agar memiliki pengetahuan agama yang luas.
            Pengajian Perempuan ini mulai mengalami perkembangan, hal ini terlihat dari jumlah jama'ahnya yang semakin bertambah. Besarnya minat Perempuan yang mengikuti pengajian akhirnya timbul pemikiran untuk menambah waktu pengajian, maka diadakanlah pengajian mingguan yang jama'ahnya adalah jama'ah pengajian Perempuan.
            Pengajian bulanan dilaksanakan setiap hari Jum’at  jam 01 30 WIB sampai dengan selesai, dengan bentuk pengajian yaitu mendengarkan ceramah dari para ulama yang di undang untuk memberikan ceramah agama, dan pembacaan surat Yasiin sebelumnya.
            Tujuan awal didirikannya pengajian Perempuan adalah untuk memberikan pemahaman-pemahaman tentang agama Islam di kalangan Perempuan agar nantinya tercermin akhlaqul karimah dalam diri mereka, serta mampu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari agar terhindar dari pengaruh negatif lingkungan baik dari segi sosial maupun budaya. [33]
            Secara spesifik visi misi Majlis Ta’lim Nur Mu’minah ialah:
Visi:    Menjadi kawah candradimuka bagi perempuan sehingga “Allah ridlo terhadap mereka dan merekapun ridlo kepadaNya”
zÓÅ̧  ) ª!$# öNåk÷]tã (#qàÊuur çm÷Ztã 4 y (
Misi:   -    Membentuk sikap keberagamaan yang humanistik, berdasarkan Al-Qur’an dan hadits.
            -    Menumbuhkembangkan ghiroh membaca dan memahami isi Al- Qur’an.
            -              Memberi wadah kontemplasi transadental bagi para perempuan  dengan dzikir kepada Allah.
2. Kurikulum
         Kuriklum yang digunakan di Majlis Ta’lim Nur Mu’minah ialah “hiden curriculum” ini berarti kurikulum yang digunakan tidak tertuang dan tersusun de jure, akan tetapi bersifat kesepakatan hasil musyawarah anggota.Materi yang diajarkan di Majlis Ta'lim Nur Mu’minah, antara lain:
v  Jum’at pertama: Pengajian Yasiin dilanjutkan Siraman Rohani bertemakan Fiqih dan syariat oleh Ustadz Taufiq Tamal, S.PdI.
v  Jum’at kedua: Pengajian Yasiin Fadhilah dan siraman rohani oleh Ustadz Yani, Ustadz Surita, Ustadzah Uli Uswatun Hasanah S.HI
v  Jum’at ketiga Pembacaan ayat Wamimma (Aurodh dari ayat Al-Qur’an yang bertemakan Rizqi ) dilanjutkan kajian  Tafsir Al-Qur’an oleh Ustadzah Faizah S.Pd.
v  Jum’at keempat Pembacaan Al Barjanzi dan siraman rohani bertemkan Tauhid oleh Ustadz Hariri ali Hakim,S.Th I.
          Proses pengajian dilaksanakan dari jam 13.30 sampai dengan 15. 30.
Metode yang digunakan adalah metode internalisasi pembiasaan dengan diawali membaca ayat-ayat Al-Qur’an berjama’ah di pimpin ustadz ustadzah. Selanjutnya metode ceramah, yaitu seorang guru menyampaikan pelajaran di depan para jama'ah dan jama'ah mendengarkan serta menyimak bacaan yang sedang dijelaskan, dan tanya jawab
3. Kaderisasi Tenaga Pengajar dan Kondisi Jama’ah
          Tenaga pengajar Majlis Ta'lim Nur mu’minah ialah para tokoh agama di Desa Manggungan antara lain:  Ustadz Taufiq Tamal S.PdI, Ustadz Yani, Ustadz Surita, Ustadzah Uli Uswatun Hasanah S.HI, Ustadzah Faizah S.Pd, Ustadz Hariri Ali Hakiem, S.Th.I. Mereka memberikan materi sesuai spesifikasi pada bidang kajiannnya masing-masing. Sarana kaderisasi tenaga pengajar berjalan alamiah, dalam artian Tokoh atau putra daerah yang berkualitas di rekrut untuk aktif di Majlis untuk kemudian bisa melanjutkan estafet pengajian yang ada.
          Jama'ah Majlis Ta’lim Nur Mu’minah yang mengikuti pengajian berjumlah 60 orang, yang berfariasi kehadirannya, terdiri dari berbagai varian umur antara 19-64 Tahun.
          Sebagian besar dari jama'ah adalah Ibu Rumah Tangga dengan berbagai profesi tambahan baik seorang pedagang, guru, petani, buruh, dan lain sebagainya. Dalam setiap pengajian jama'ah harus mengisi absent yaitu untuk mengetahui kehadiran jama'ah disetiap minggunya. Pakaian yang dipakai dalam mengikuti pengajian adalah busana   muslimah.
4. Sarana dan Prasarana
              Sarana merupakan komponen pendukung bagi kelangsungan Majlis Ta'lim ini. Menurut data yang penulis peroleh dari hasil observasi dan survey, Majlis Ta'lim Nur Muminah memiliki sarana dan prasara pendukung dalam melaksanakan proses belajar mengajar, seperti: spidol, white board (papan tulis), alat pengeras suara (sound system), serta kitab-kitab.
          Pengajian diadakan secara bergilir di rumah Anggota Jama’ah. Prosedur yang digunakan ialah Arisan, nama anggota jamaah yang diundi dan mendapat uang arisan maka rumahnya memperoleh giliran tempat pengajian tersebut dengan snack alakadarnya.
5. Manajemen Kelembagaan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah
Majlis Ta'lim Nur Mu’minah adalah pendidikan non-formal dengan berbagai kegiatan keberagamaan, yang dikelola oleh seluruh pengurus yang struktur organisasinya sebagai berikut:
Penasehat           : KH. Waqi’ah
Pembina             : Hj. Sumirah
Ketua                 : Safanah Lukman
Wakil Ketua      : Mu’minah
Sekretaris I        : Nur’ani
Sekretaris II       : Eti Supriyati
Bendahara I       : H. Dasri
Bendahara II     : Atun
          Pengurus inilah yang mengelola kegiatan yang ada di Majlis Ta'lim sehingga berbagai kegiatan Keberagamaan berjalan dengan baik. Dalam arti yang lebih luas manajemen yang dipakai di Majlis Ta’lim ini sudah relative profesional, terlihat dari distribusi kerja yang tersebar pada orang-orang yang mempunyai kapabilitas di bidangnya. Kegiatan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah dilaksanakan satu kali seminggu, yaitu hari Jum’at setelah shalat Jum’at. Materi yang dikaji adalah Hadits, Tafsir, Akhlaq, Fiqh, yang diajarkan secara bergiliran oleh para guru dalam satu minggu.
          Selain kegiatan pengajian Mingguan, pengajian Perempuan Majlis Ta'lim Nur mu’minah juga melaksanakan pengajian bulanan, dengan mengundang para ulama atau kyai untuk memberikan siraman rohani atau pengetahuan agama Islam (ceramah). Pengajian Perempuan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah juga mempunyai berbagai kegiatan yang dikelola para pengurus untuk memenuhi kebutuhan jama'ah. Kegiatan tersebut antara lain:
·      Memperingati hari-hari besar Islam yang secara rutin dilaksanakan, yaitu:
Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, Peringatan Tahun Baru Islam.
·      Kunjungan ke Majlis Ta'lim-Majlis Ta'lim lain (Study Comperative). Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menambah wawasan para jama'ah dan mempererat tali silaturahim antar sesama muslim.
·      Kegiatan sosial dengan menjenguk dan memberi santunan kepada anggota yang sakit atau meninggal dunia.
6. Peranan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah
          Peranan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah secara umum dapat terlihat dari
berbagai kegiatan yang telah diselenggarakan. Kegiatan-kegiatan tersebut pada akhirnya akan membawa dampak positif bagi jama'ah yang selanjutnya menjadi landasan kehidupan sehari-hari.
          Peranan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah, antara lain:
a. Memberikan wawasan Keberagamaan yang luas kepada para jama'ah. Peran Majlis Ta’lim Nur Mu’minah dalam pengembangan wawasan keberagamaan para jama.ahnya, terlihat dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Dari berbagai kegiatan-kegiatan tersebut secara langsung para jamaah Majlis Ta’lim tersebut dapat mengetahui dan memahami lebih mendalam tentang wawasan agama Islam dan akhirnya menambah pengetahuan mereka tentang Islam sebagai agama yang mereka yakini serta mereka jadikan sebagai landasan hidup sehari-hari.
b. Mempererat tali silaturrahim antar sesama muslim.
Dari berbagai kegiatan yang dilaksanakan Majlis Ta’limNur Mu’minah, tidak hanya untuk menambah wawasan Keberagamaan Islam saja tetapi juga menjadi ajang untuk mempererat tali silaturrahmi sesama jamaah.
c. Menciptakan masyarakat yang bertaqwa serta memiliki akhlaqul karimah. Peran Majlis Ta’limNur Mu’minah dalam menciptakan masyarakat yang bertaqwa serta berakhlaqul karimah, dilakukan dengan cara memberikan pemahaman tentang pentingnya pengamalan agama dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini yang akan menjadikan benteng pertahanan untuk menghadapi kemajuan tekhnologi dan perkembangan jaman.
d. Melahirkan pribadi-pribadi yang bertanggung jawab, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara. Dengan kegiatan-kegiatan dan pemahaman tentang agama yang diberikan di Majlis Ta’limNur Mu’minah diharapkan para jama.ah mampu menerapkan dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara serta menjadi pribadi yang bertanggung jawab di berbagai aspek kehidupan.
7.  Sustainability (Keberlanjutan Pengelolaaan) Majlis Ta’lim Nur Mu’minah
Agar tetap eksis Majlis Ta’lim Nur Mu’minah menggaet PKK setempat untuk berpartisipasi dalam berbagai acara pengajian. Hal ini di rasakan manfaatnya karena pihak birokrasi mempunyai program pemberdayaan perempuan, misalnya dengan pemberian modal usaha kecil dan menengah, pemberian keterampilan untuk ibu-ibu Majlis Ta’lim maupun remajanya.

B.   Analisa dan Interpretasi Data
            Pada pengumpulan data ini dideMakalahkan dengan mengambil pembuatan tabel-tabel. Mengingat terbatasnya kemampuan penulis maka penelitian ini menggunakan sampel sebesar 66 % dari 60 jama'ah pengajian Perempuan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah. Data-data yang terkumpul dari responden sebanyak 40 jama'ah.
            Untuk mempermudah menganalisa data angket maka tiap yang ditanyakan dalam angket diolah dalam bentuk tabel. Hal tersebut berguna untuk menghitung besar prosentase pilihan responden sesuai dengan rumus pada bab III.


1. Kegiatan Keberagamaan Majlis Ta'lim

Tabel 1
Keberadaan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah
No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Sangat penting
24
60 %
B
Penting
16
40 %
C
Kurang penting
-
-
D
Tidak penting
-
-
Jumlah
N=40
100%

          Tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar jama'ah menganggap keberadaan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah sangat penting yaitu sekitar 60 % dan yang menjawab penting sebayak 40 %. Hal ini membuktikan bahwa Majlis Ta'lim Al-Mu’minah mempunyai kontribusi dalam memberikan wawasan Islam. Dengan demikian dapat diketahui bahwa Majlis Ta'lim Nur Mu’minah mempunyai peranan yang cukup penting.

Tabel 2
Frekuensi Mengaji
No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Selalu
32
32,5 %
B
Sering
16
40 %
C
Kadang-kadang
11
27,5 %
D
Tidak pernah
-
-
Jumlah
N=40
100%
         
          Bila dilihat dari prosentase di atas sekitar 32,5 % dari jama'ah selalu mengikuti pengajian dan yang menjawab sering mengikuti pengajian secara rutin sebanyak 40 %. Sedangkan 27,5 % menyatakan kadang-kadang mengikuti pengajian secara rutin. Dari tabel di atas mununjukan bahwa Majlis Ta'lim Nur Mu’minah mempunyai daya tarik bagi jama'ah sehingga sebagian besar sering menghadiri kegiatan tersebut.

Tabel 3
Motivasi Mengaji di Majlis Ta'lim
No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Atas kemauan sendiri
30
75 %
B
Ajakan teman/pengurus
7
17,5 %
C
Dorongan pihak lain
3
7,5 %
D
Ikut-ikutan
-
-
Jumlah
N=40
100%

          Tabel di atas menunjukan bahwa sebagian besar jama'ah yang mengikuti aktivitas di Majlis Ta'lim atas kemauan sendiri, yaitu sebanyak 75 %. Sedangkan jama'ah yang mengikuti Majlis Ta'lim karena ajakan teman atau pengurus sebanyak 17,5 % dan 7,5 % atas Dorongan pihak lain. Dengan demikian kesadaran agama dalam diri Perempuan sudah melekat dan tidak harus dipaksa lagi.

Tabel 4
Alasan Bergabung di Majlis Ta'lim Nur Mu’minah
No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Menambah pengetahuan agama
35
87,5 %
B
Memperbanyak teman
3
7,5 %
C
Mengisi waktu luang
2
5 %
D
Iseng-iseng saja
-
-
Jumlah
N=40
100%

          Berdasarkan hitungan prosentase di atas yaitu 87,5 % sebagian besar jama'ah mengikuti pengajian di Majlis Ta'lim Nur Mu’minah untuk menambah pengetahuan agama, di samping itu ada juga yang beralasan untuk memperbanyak teman yaitu sekitar 7,5 % dan mengisi waktu luang 5 %. Hal ini menunjukan bahwa Majlis Ta'lim sebagai lembaga pendidikan non-formal dapat menambah pengetahuan agama khususnya bagi para jama'ahnya.

Tabel 5
Keaktifan Mengikuti Kegiatan Keagamaaan
No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Sangat aktif
11
27,5 %
B
Aktif
20
50 %
C
Kurang aktif
9
22,5 %
D
Tidak aktif
-
-
Jumlah
N=40
100%

          Bila dilihat prosentase di atas 27,5 % dari jama'ah terbilang sangat aktif dan 50 % jama'ah menyatakan aktif, sedangkan 22,5 % jama'ah kurang aktif. Hal ini menunjukan antusias para jama'ah untuk mempelajari pengetahuan agama yang diajarkan di Majlis Ta'lim Nur Mu’minah.


Tabel 6
Pengetahuan Bertambah Setelah Mengikuti Pengajian
No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Sangat bertambah
20
50 %
B
Cukup bertambah
20
50 %
C
Kurang bertambah
-
-
D
Tidak sama sekali
-
-
Jumlah
N=40
100%

          Tabel di atas menunjukan bahwa setelah mereka mengikuti pengajian di Majlis Ta'lim Nur Mu’minah pengetahuan agama mereka sangat bertambah yaitu 50 % dan 50 % lagi menyatakan cukup bertambah. Ini menunjukan bahwa Majlis Ta'lim Nur Mu’minah berperan dalam menambah wawasan Keberagamaan bagi para jama'ahnya.

Tabel 7
Cara Penyampaian Materi
No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Sangat sitematis sehingga mudah dipahami
18
45 %
B
Cukup sederhana
20
50 %
C
Sering berbelit-belit sehingga sukar dipahami
2
5 %
D
Tidak menarik/membosankan
-
-
Jumlah
N=40
100%

          Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa 45 % jama'ah menyatakan bahwa dalam penyampaian materi mereka dapat memahami dengan baik karena sangat sistematis dan ada pula yang menyatakan cukup sederhana yaitu 50 %. Sedangkan yang menyatakan sering berbelit-belit adalah sebanyak 5 %. Hal ini menunjukan bahwa para pengajar di Majlis Ta'lim Nur Mu’minah dalam menyampaikan materi cukup jelas sehingga mudah dipahami oleh jama'ah.

Tabel 8
Metode yang Diinginkan

No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Ceramah, diskusi dan Tanya jawab
34
85 %
B
Ceramah
3
7,5 %
C
Diskusi
1
2,5 %
D
Tanya jawab
2
5 %
Jumlah
N=40
100%

          Tabel di atas menunjukan bahwa 85 % dari responden menyatakan bahwa mereka menginginkan metode ceramah, diskusi dan Tanya jawab yang dipakai di Majlis Ta'lim Nur Mu’minah. Sedangkan metode ceramah saja 7,5 %, metode diskusi saja 2,5 % dan metode Tanya jawab saja 5 %. Dengan demikian tabel di atas menunjukkan metode yang dipakai harus bervariasi.

Tabel 9
Pengamalan Ilmu dalam Kehidupan Sehari-hari

No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Selalu
7
17,5 %
B
Sering
29
72,5 %
C
Kadang-kadang
4
10 %
D
Tidak pernah
-
-
Jumlah
N=40
100%

          Pada tabel di atas 17,5 % responden menyatakan selalu dan 72,5 % menyatakan sering mengamalkan ilmu yang telah diajarkan dalam kehidupan seharihari. Sedangkan yang menyatakan kadang-kadang sebanyak 10 %. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar jama'ah Majlis Ta'lim Nur Mu’minah mengamalkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel 10
Peran Majlis Ta'lim Mempengaruhi Sikap dan Perilaku Keberagamaan
No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Sangat berperan
24
60 %
B
Cukup berperan
16
40 %
C
Kurang berperan
-
-
D
Tidak berperan
-
-
Jumlah
N=40
100%

          Prosentase di atas 60 % dari responden menyatakan bahwa Majlis Ta'lim Nur Mu’minah mempunyai peranan dalam mempengaruhi sikap Keberagamaan. Sedangkan 40 % dari responden menyatakan cukup berperan. Dengan demikian Majlis Ta'lim Nur Mu’minah sebagai pendidikan non-formal mempunyai peranan penting dalam mempengaruhi sikap dan perilaku keberagamaan perempuan.


Tabel 11
Faktor lain yang Berperan Terhadap Sikap dan Perilaku Keberagamaan
No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Pendidikan keluarga
21
52,5 %
B
Pendidikan agama di sekolah
6
15 %
C
Bimbingan guru ngaji
5
12,5 %
D
Baca buku agama
8
20 %
Jumlah
N=40
100%

          Berdasarkan tabel di atas meninjukan bahwa 52,5 % dari jama'ah menyatakan bahwa pendidikan keluarga sangat berperan penting dalam membentuk sikap dan perilaku keberagamaan selain Maj;is Ta'lim Nur Mu’minah. 15 % menunjukan bimbingan pendidikan agama di sekolah juga memp[unyai peran dalam membentuk sikap dan perilaku keberagamaan. Sedangkan 12,5 % dan 20 % adalah bimbingan guru ngaji dan baca buku agama juga berperan penting dalam membentuk sikap dan perilaku keberagamaan seorang Perempuan.

2. Sikap Keberagamaan (Ibadah dan Akhlak)

Tabel 12
Kelancaran Membaca Al-Qur'an
No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Ya, lancar
23
57,5 %
B
Kurang lancar
9
22,5 %
C
Tidak lancar
8
20 %
D
Tidak bisa sama sekali
-
-
Jumlah
N=40
100%

          Tabel hitungan presentase di atas 57,5 % dari responden lancar dalammembaca Al-Qur'an. Sedangkan 22,5 % menyatakan kurang lancar. 20 % menyatakan tidak lancer. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar dalam membaca Al-Qur'an setelah mengikuti pengajian di Majlis Ta'lim ini adalah lancar

Tabel 13
Kewajiban Melaksanakan Shalat 5 Waktu

No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Selalu
27
67,5 %
B
Sering
8
20 %
C
Kadang-kadang
5
12,5 %
D
Tidak pernah
-
-
Jumlah
N=40
100%

          Presentase di atas menyatakan bahwa 67,5 % dari responden menyatakan selalu melaksanakan shalat lima waktu. 20 % menyatakan sering dan 12,5 % menyatakan kadang-kadang melaksanakan shalat lima waktu. Hal ini menunjukanbahwa sebagiab besar jama'ah menyadari bah wa kewajiban sholat lima waktu merupakan perintah yang harus dilaksanakan.



Tabel 14
Mengulur-ulur Waktu Shalat
No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Selalu
-
-
B
Sering
9
22,5 %
C
Kadang-kadang
23
57,5 %
D
Tidak pernah
8
20 %
Jumlah
N=40
100%

          Tabel di atas menunjukan presentase 20 dari jama'ah Majlis Ta'lim Nur Mu’minah tidak pernah mengulur-ulur waktu sholat. Sedangkan 57,5 5 dariresponden menyatakan kadang-kadang mereka mengulur-ulur waktu sholat lima waktu dan 22,5 % menyatakan sering mengulur-ulur waktu.

Tabel 15
Pelaksanaan Shalat Jama'ah
No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Selalu
9
22,5 %
B
Sering
12
30 %
C
Kadang-kadang
19
47,5 %
D
Tidak pernah
-
-
Jumlah
N=40
100%

          Berdasarkan tabel di atas menunjukan bahwa 22,5 5 dari responden menyatakan bahwa mereka selalu melaksanakan shalat secara berjama'ah dan 30 % menyatakan sering melaksanakan shalat berjama'ah sedangkan 47,5 % dariresponden menyatakan kadang-kadang melaksanakan shalat berjama'ah.

Tabel 16
Kewajiban Berpuasa di Bulan Ramadhan
No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Selalu
36
90 %
B
Sering
4
10 %
C
Kadang-kadang
-
-
D
Tidak pernah
-
-
Jumlah
N=40
100%

          Berdasarkan hitungan presentase di atas 90 % dari responden menyatakan bahwa mereka selalu melaksanakan kewajiban berpuasa di bulan Ramadhan dan 10% menyatakan sering berpuasa di bulan Ramadhan. Hal ini menyatakan bahwa kesadaran melaksanakan kewajiban berpuasa sudah melekat dalam diri mereka, walaupun ada juga yang menyatakan sering.


Tabel 17
Sikap Ketika di Perintah Oleh Orang Tua
No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Menjalankan perintahnya
dengan senang hati
34
85 %
B
Menjalankan perintahnya
dengan kesal hati
-
-
C
Biasa saja
6
15 %
D
Membantah perintahnya
-
-
Jumlah
N=40
100%

         Tabel di atas menunjukan bahwa 85 % dari responden menyatakan bahwa mereka selalu menjalankan perintah orang tua dengan senang hati. Sedangkan sekitar 15 % dari responden menyatakan bahwa selalu menjalankan perintah orang tua biasa saja.

Tabel 18
Adab Bertemu
No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Mengucapkan salam
40
100 %
B
Memanggil namanya
-
-
C
Langsung masuk
-
-
D
Diam saja
-
-
Jumlah
N=40
100%

          Tabel di atas menunjukan bahwa 100 % dari responden menyatakan bahwa ketika mereka berkunjung ke rumah teman selalu mengucapkan salam.


Tabel 19
Sikap Ketika Bertemu Teman
No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Mengucapkan salam
21
52,5 %
B
Memanggil namanya
18
45 %
C
Memanggil julukannya
1
2,5 %
D
Masa bodoh
-
-
Jumlah
N=40
100%

          Tabel di atas menunjukan 52,5 % dari responden menyatakan bahwa merekaselalu mengucapkan salam ketika bertemu dengan tema khususnya sesame muslim, sedangkan 45 % memanggil namanya dan 2,5  memanggil dengan nama julukannya.

Tabel 21
Kehadiran Dalam Kegiatan Keberagamaan di Sekitar Linkungan
No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Sering hadir
8
20 %
B
Sering
15
37,5 %
C
Kadang-kadang
17
42,5 %
D
Tidak pernah
-
-
Jumlah
N=40
100%

          Berdasarkan tabel di atas 20 % dari responden menyatakan selalu hadir dalam setiap Keberagamaan yang diadakan disekitar lingkungan mereka, sedangkan 37,5 % dari anggota jama'ah menyatakan sering, dan 42,5 % menyatakan kadang-kadang.
Tabel 22
Sikap Ketika Melihat Teman Terkena Musibah
No
Alternatif Jawaban
( F )
( P )
A
Menolong dan menghiburnya
14
35 %
B
Melihat dan menjenguk
24
60 %
C
Mengucapkan rasa iba
2
5 %
D
Masa bodoh
-
-
Jumlah
N=40
100%

          Berdasarkan tabel di atas 35 % dari jama'ah Majlis Ta'lim menyatakan jika mereka melihat teman mereka tertimpa musibah mereka selalu menolong danmenghiburnya, sedangkan 60 % mereka selalu  melihat dan menjenguknya dan 5 % mengucapkan rasa iba. Dari semua tabel di atas menunjukan bahwa keberadaan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah mempunyai peranan yang sangat penting dalam membentuk sikap keberagamaan Perempuan di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu. Pernyataan ini bisa dibuktikan dari rata-rata jawaban responden yang menjawab selalu dan sering. Meskipun sebagian kecil responden menyatakan Majlis Ta'lim hanya sedikit berperan dalam membentuk sikap Keberagamaan Perempuan, ini dapat dilihat dari jawaban responden yang menjawab kadang-kadang dan tidak pernah.
          Apabila dilihat dari ilmu pengetahuan, responden menyatakan bahwa setelah mengikuti pengajian di Majlis Ta'lim Nur Mu’minah pengetahuan agama sangat bertambah sekitar 50 %, adapun yang mengikuti pengajian di Majlis Ta'lim atas kemauan sendiri yaitu sekitar 75 %. Hal ini menunjukan bahwa pengetahuan tentang agama mereka sangat bertambah setelah mengikuti pengajian di Majlis Ta'lim Nur Mu’minah. Motivasi itu timbul dari diri Perempuan tersebut tanpa paksaan dari orang lain. Ini terlihat kesadaran tentang agama terhadap Perempuan sudah melekat.
          Majlis Ta'lim Nur Mu’minah dalam keikutsertaannya (peranannya) dalam membentuk sikap Keberagamaan Perempuan diaplikasikan dengan melakukan berbagai macam kegiatan yang telah mendidik dan mengarahkan Perempuan agar jangan sampai mereka melakukan perbuatan yang dilarang.
          Melalui kegiata-kegiatan itulah para Perempuan akan mendapat pengetahuan dan pendidikan agama maupuan umum dan dapat membawa Perempuan menjadi manusia-manusia yang berkepribadian muslim yang diharapkan semua orang baik keluarga, masyarakat dan agama.
          Berdasarkan penelitian ternyata hipotesa alternatif (Ha) diterima karena teruji kebenarannya, berarti: pengaruh yang signifikan antara peranan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah dan pembentukan sikap Keberagamaan Perempuan di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu. Dan sebaliknya hipotesa nihil (Ho) ditolak karena tidak teruji kebenarannya.


BAB V
PENUTUP

A.   Kesimpulan
          Berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan untuk menulis Makalah dengan judul “Peranan Majlis Ta’lim Nur Mu’minah dalam Pembentukan Sikap Keberagamaan Perempuan di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu, penulis mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Kegiatan yang dilaksanakan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah tidak hanya menyelenggarakan pengajian rutin saja. Akan tetapi masih banyak kegiatan lain yang sering diselenggarakan, antara lain:
a. Memperingati hari-hari besar Islam yang secara rutin dilaksanakan, yaitu: Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Peringatan Isra Mi'raj Nabi Muhammad SAW, Peringatan Tahun Baru Islam, dan lain sebagainya.
b. Kunjungan ke Majlis Ta'lim-Majlis Ta'lim lain (Study Comperative). Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk menambah wawasan para jama'ah dan mempererat tali silaturahim antar sesama muslim.
2. Majlis Ta'lim Nur Mu’minah sebagai sebuah lembaga pendidikan non-formal banyak mempunyai peranan dalam masyarakatnya, antara lain:
a.    Memberikan wawasan Keberagamaan yang luas
b.    Mempererat tali silaturrahim antar sesama muslim
c.    Mengkaderisasi para ulama yang ada disekitar
d.   Menciptakan masyarakat yang bertaqwa serta memiliki akhlaqul karimah
e.    Membentuk pribadi-pribadi yang bertanggung jawab, baik di lingkungan keluarga, masyarakat, serta bangsa dan negara.




B.   Saran
          Dari hasil penelitian yang penulis lakukan di Majlis Ta'lim Nur Mu’minah yang terletak di Desa Manggungan Kec. Terisi Kab. Indramayu, telah dapat penulis simpulkan sebagaimana tertulis sebelumnya di atas.
          Bertolak dari kesimpulan tersebut, maka penulis menganjurkan saran sebagai berikut:
1.      Untuk lebih meningkatkan intelektualitas para jama'ah, hendaklah jama'ah tidak hanya mendengarkan dan menerima materi yang diajarkan saja. Akan tetapi usahakan materi yang akan dibahas terlebih dahulu dibaca oleh jama'ah secara bergiliran, sehingga jama'ah lebih memperhatikan materi yang akan dibahas.
2.      Dalam menjelaskan materi yang sedang dibahas janganlah bersifat monoton yang selajutkan akan membuat bosan jama'ah, usahakan penjelasan materi dikaitkan dengan perkembangan zaman yang sedang berkembang, sehingga para jama'ah mudah memahami dan merealisasikan dalam kehidupan sehari-hari.
3.      Kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan Majlis Ta'lim Nur Mu’minah hendaklah lebih bervariasi sehingga menarik minat para jama'ah untuk ikut menghadiri.
4.      Majlis Ta'lim Nur Mu’minah sebagai lembaga pendidikan non-formal yang telah lama berdiri dan telah mengalami perkembangan, hendaklah diimbangi dengan sistem pengelolaan yang baik. Kemandirian dan ketangguhan dalam mengantisipasi setiap perubahan, baik yang berskala lokal, nasional dan internasional menjadi suatu hal yang penting yang harus diperhatikan para pengurus.
5.      Peranan Majlis Taklim yang strategis dalam pembentukan personality perempuan hendaknya diimbangi dengan aktifitas nyata, tidak sebatas tahu dan faham (Tataran kognitif) tapi bagaimana mengaplikasikan materi keagamaan dalam kehidupan sehari-hari (Being),misal menghindari ekses negatif dari kesan pamer perhiasan dan busana. Majlis Taklim diharapkan sebagai kawah candradimuka pembentukan kepribadian yang bersahaja.


DAFTAR PUSTAKA


Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), cet. XI

Ahmadi, Abu, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka cipta, 1991), cet I

Azwar, Saefudin, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya) Cet-2, Pustaka Pelajar, 1998

Alawiyah, Tuti, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Ta’lim, (Bandung: Mizan,
1997), cet. Ke-1

Arifin, M., H., Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-3

Chirzin, Habib, M., Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES), cet. Ke-3

Daradjat, Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), cet XVI

........, Perempuan Harapan dan Tantangan, (Jakarta: CV. Ruhama, 1995), Cet. II

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 1999), cet. Ke-10

Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), cet. Ke-4, jilid 3

Huda, Nurul, H., (e.d.), Pedoman Majlis Ta’lim, (Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam (KODI), 1986/1987)

Hadi, Aminul dan Haryono, Metodologi Penelitian pendidikan, (Bandung CV. Pustaka Setia, 1998)

Hadi, Sutrisno, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), cet. ke-10

Purwanto, Ngalim, M., Psikologi Pendidikan, (Bandung; Perempuan Rosdakarya 1995), cet. Ke-10

Poerwadarminta, W.J.S., Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985)

Rukminto Adi, Isbandi, Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu kesejahteraan Sosial (dasar-dasar Pemikiran), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 1994

Soekamto, Soejono, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1982)
Sutarno, R., Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), cet-II

Salam, Abdus, HM., K.H., Wawancara Pribadi, 21 april 2006

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1989), cet II

Wirawan Sarwono Sarlito, Dr., Teori-teori Psikologi Sosial, PT. Raja Grafindo Persada Jakarta: 2000, cet. V

W. S, Sarlito, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1991), cet VI

......., Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: Bulan Bintang, 1996) cet VII

......, Psikologi Sosial, Bulan Bintang, 2000

Warson Munawir, Ahmad, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka Progresif, 1997), cet. Ke-14

Zuhairi, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997)

Zakiyah Darajat, Perempuan Harapan dan Tantangan, (Jakarta: CV. Ruhama, 1995), Cet. II,

Zakiyah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, (Jakarta: Bulan Bintang, 2003), cet XVI, hal.





[1]  W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PN. Balai Pustaka, 1985), hlm.
735
[2]  Soejono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, (Jakarta: Rajawali Press, 1982), hlm. 238
[3]  Dr. Sarlito Wirawan Sarwono, Teori-teori Psikologi Sosial, PT. Raja Grafindo Persada
Jakarta:2000, cet. V, hlm. 224-225

[4]  Ibid, hal. 229
[5] M. ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung; Perempuan Rosdakarya 1995), cet.10, hal. 141
[6] R. Sutarno, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: Kanisius, 1995), cet-II, hal. 41
[7] Saepudin Azwar, Sikap Manusia (Teori dan Pengukurannya), cet.2, Pustaka Pelajar, 1998, hal-5
[8] Sarlito W. S, Pengantar Umum Psikologi, (Jakarta: PT Bulan Bintang, 1991), cet VI, hal. 91

[9] Abu Ahmadi, Psikologi Sosial (Jakarta: Rineka cipta, 1991), cet I, hal. 163
[10] Sarlito Wirawan, op.cit, hal. 95

[11] Saefudin Azwar, op.cit, hal. 30

[12] Sarlito W. S. , Psikologi Sosial, Bulan Bintang, 2000, hal. 96
[13] Isbandi Rukminto Adi, Psikologi, Pekerjaan Sosial dan Ilmu kesejahteraan Sosial (dasardasar Pemikiran), PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta 1994, hal. 182

[14]  Shihab, M. Quraish, Wawasan al-Qur’an: Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Pesoalan Umat, (Bandung: Mizan Media Utama (MMU), 2007), hlm. 298
[15]  Ahmad Warson Munawir, Al-Munawir Kamus Bahasa Indonesia, (Yogyakarta: Pustaka
Progresif, 1997), cet. Ke-14, h. 202
[16]  Ibid., h. 1038
[17] Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Pustaka, 1999), cet. Ke-10, h. 615
[18]  Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), cet. Ke-4, jilid 3, h. 120
[19]  Tuti Alawiyah, Strategi Dakwah di Lingkungan Majlis Ta’lim, (Bandung: Mizan, 1997),
cet. Ke-1, h. 78
[20]  M. Habib Chirzin, Pesantren dan Pembaharuan, (Jakarta: LP3ES), cet. Ke-3, h.77
[21]  H. M. Arifin, Kapita Selekta Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), cet. Ke-3

[22] H. Nurul Huda (e.d.), Pedoman Majlis Ta’lim, (Jakarta: Koordinasi Dakwah Islam (KODI), 1986/1987), hlm. 13
[23] Zuhairi, dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 192
[24]  Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, loc.cit.

[25]  H.M. Arifin, op.cit., h. 120
[26]  Dewan Redaksi Ensiklopedi, Ensiklopedi Islam, op.cit., h. 121

[27]  Aminul Hadi dan Haryono, Metodologi Penelitian pendidikan, (Bandung CV. Pustaka Setia, 1998), hal. 205
[28]  Suharsini Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), cet. Ke-11, h. 115.
[29]  Ibid., h. 117
[30]  Dr. Suwarno Surachman, Pengantar Dasar dan Teknik (Bandung: Transito, 1982), h. 93

[31]  Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Yogyakarta: Andi Offset, 1991), cet. ke-10, hlm. 136

[32]  Ahmad Supardi dan Wahyudin Syah, Metodologi Riset, (Bandung; IAIN, Sunan Gunung Djati Bandung, 1984), Cet. Ke-1, hal-52.

[33]  Wawancara Penulis dengan Ibu Safanah lukman pada tanggal 16 Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar